BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Beberapa saat sebelum mulai menstruasi, sejumlah wanita biasanya mengalami rasa tidak enak. Mereka biasanya merasakan satu atau beberapa
gejala yang disebut sebagai kumpulan gejala sebelum menstruasi atau istilah populernya Premenstrual Syndrome PMS Burns, 2000. PMS merupakan
masalah kesehatan umum yang paling banyak dilaporkan oleh wanita usia reproduktif Freeman, 2007.
Perkiraan untuk prevalensi PMS adalah sekitar 5 Glasier, 2006. Tingginya masalah PMS pada wanita akan berdampak pada produktivitas
kerja. Gejala-gejala tersebut ada yang bersifat cukup berat sehingga mengganggu kehidupan sehari-hari Mason, 2008. Gejala fisik dan psikologis
yang sering dilaporkan adalah rasa kembung, pembengkakan dan nyeri payudara, ketegangan, depresi, mood yang berubah-ubah dan perasaan lepas
kendali Glasier, 2006. Penyebab PMS belum dapat diketahui secara pasti. Namun ada beberapa
teori yang menyebutkan bahwa PMS disebabkan antara lain karena faktor hormonal yakni ketidakseimbangan antara hormon estrogen dan progesteron.
Penyebab lain yang kemungkinan terjadi yaitu berhubungan dengan faktor kejiwaan, masalah sosial, atau fungsi serotonin yang dialami penderita serta
kekurangan zat-zat gizi Karyadi, 2008.
Dalam suatu penelitian pada tahun 2005 yang berjudul Calcium and Vitamin D Intake and Risk of Incident Premenstrual Syndrome yang
melibatkan 1057 wanita, setelah dikelompokkan sesuai usia, paritas, status merokok, dan faktor resiko lain, menunjukkan tingkat
konsumsi tinggi kalsium p=0,02, OR=0,703 dan vitamin D yang relatif tinggi dapat
mengurangi terjadinya PMS p=0,01, OR= 0,597 Hankinson, 2005. Menurut Badan Kesejahteraan Keluarga Berencana Nasional BKKBN
2005, wanita usia subur wanita usia reproduktif adalah wanita yang berumur 18-49 tahun yang berstatus belum kawin, kawin ataupun janda.
Terdapat fakta yang mengungkapkan bahwa sebagian remaja mengalami gejala-gelaja yang sama dan kekuatan PMS yang sama sebagaimana yang
dialami oleh wanita yang lebih tua Freeman, 2007. Perempuan
dengan pendidikan formal yang lebih tinggi, misalnya mahasiswi, cenderung akan mempunyai pengetahuan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan orang yang mempunyai tingkat pendidikan formal yang lebih rendah, sehingga akan lebih mampu serta mudah memahami arti dan
pentingnya kesehatan dan gangguan-gangguan kesehatan yang mungkin terjadi Anne, 1999.
Seorang mahasiswi kadang kala mengalami stres dalam menjalankan kegiatan perkuliahan,
yang dapat berpengaruh terhadap kondisi kesehatannya Mulyono, 2001. Faktor stres dapat memperberat gangguan PMS Wikipedia,
2009. Di samping itu, kondisi sosial ekonomi yang berbeda antara masing-
masing individu dapat mencerminkan keteraturan dan jenis makanan yang
dikonsumsi sehari-hari yang pada akhirnya akan menunjukkan asupan zat gizi secara spesifik.
Karena latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan antara asupan zat gizi dengan PMS.
B. Rumusan Masalah