2.2 Kerangka Berpikir
Biji trembesi banyak dijumpai di pasar tradisional dan mudah diperoleh masyarakat karena tanaman ini berbuah tanpa mengenal musim. Kurangnya
pengetahuan masyarakat untuk memanfaatkan biji trembesi sebagai alternatif pengganti kacang tanah dalam pembuatan pindakaas karena biji trembesi memenuhi
kriteria sebagai bahan pengganti pindakaas, biji trembesi lebih murah dapat juga dijadikan alternatif alasan kesehatan sehingga baik bagi yang ingin memenuhi
kebutuhan protein. Hasil pengujian di Laboratorium Balai Penelitian dan Pengembangan
Industri Semarang dengan menggunakan uji Kjentec Automatic, biji trembesi yang telah disangrai dan di buat tepung dalam 100 gram mengandung protein yang cukup
besar 44,4 Sri Kamtini, 2001. Dengan demikian biji trembesi sebenarnya mengandung protein yang cukup tinggi dibanding kacang tanah, selain itu biji
trembesi harganya relatif murah hanya saja masyarakat belum begitu banyak yang mengetahuinya.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka peneliti ingin mencoba menganekaragamkan bahan dasar pindakaas dengan bahan dasar biji trembesi. Biji
trembesi merupakan biji dari pohon trembesi, biji ini tumbuh secara liar dan belum di manfaatkan secara optimal. Orang memanfaatkannya hanya sebagai makanan ringan
dengan cara disangrai. Hal ini dikarenakan kebanyakan orang belum mengetahui kandungan gizi dari biji trembesi maupun manfaatnya. Selain itu dalam pembuatan
pindakaas ditambahkan bahan lainnya sehingga kandungan gizinya akan meningkat namun biji trembesi mempunyai kelemahan yaitu bau langu dan tekstur keras
sehingga apabila akan dibuat suatu produk perlu perlakuan awal.
Biji Trembesi Faktor Positif
Faktor Negatif
a. Harga murah dan mudah didapat b. Mengandung protein yang tinggi yaitu
44,4 c. Memenuhi persyaratan bahan pindakaas
a. Bau langu b. Pemanfaatan masih kurang
c. Kulitnya keras
Ditingkatkan pemanfaatan menjadi olahan yang awet
Eksperimen pembuatan pindakaas yang dibuat dengan kondisi berbeda
Pindakaas hasil eksperimen
Kualitas subyektif Kualitas obyektif
Uji inderawi Uji laboratorium
Gambar 3. Skema Kerangka Berpikir
2.3 Hipotesis