Pengertian Pendidikan Menurut Ki Hadjar Dewantara

11

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan tentang Konsep Pendidikan Ki Hadjar Dewantara

1. Pengertian Pendidikan Menurut Ki Hadjar Dewantara

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengungkapkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yan diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Ki Soeratman 1983: 12 megungkapkan bahwa pendidikan adalah usaha kebudayaan yang bermaksud memberi bimbingan dalam hidup tumbuhnya jiwa raga anak agar dalam kodrat pribadinya serta pengaruh lingkunganannya, mereka memperoleh kemajuan lahir batin menuju ke arah adab kemanusiaan. Sementara itu Ki Hadjar Dewantara 1962: 14-15 juga mengungkapkan bahwa pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti kekuatan batin, karakter, pikiran intelek dan tubuh anak, dalam rangka kesempurnaan hidup dan keselarasan dengan dunianya. Pendidikan itu membentuk manusia yang berbudi pekerti, berpikiran pintar, cerdas dan bertubuh sehat. v beberapa definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan merupakan bagian dari kebudayaan yang merupakan usaha sadar 12 yang pelaksanaannya dipengaruhi oleh garis kodrati peserta didik dan lingkungan yang mengelilinginya. Dari definisi pendidikan di atas terdapat dua kata kunci utama yaitu; tumbuhnya jiwa raga anak dan kemajuan anak lahir batin. Dari dua kata kunci utama tersebut dapat dimaknai bahwa manusia bereksistensi ragawi raga dan rokhani jiwa. Ki Soeratman 1982: 215 mempertegas pengertian jiwa dalam budaya bangsa meliputi ngerti cipta, ngrasa rasa, dan nglakoni karsa. Ki Hadjar Dewantara 1962: 17 juga menegaskan bahwa pendidikan itu suatu tuntunan dalam hidup tumbuhnya anak-anak. Hal ini berarti bahwa hidup tumbuhnya anak-anak itu terletak di luar kecakapan atau kehendak para pendidik. Anak itu sebagai makhluk, sebagai manusia, sebagai benda hidup teranglah hidup dan tumbuh menurut kodratnya sendiri. Kaum pendidik hanya dapat menuntun tumbuhnya atau hidupnya kekuatan-kekuatan itu agar dapat memperbaiki kelakuannya hidup dan tumbuhnya itu. Berdasarkan hal tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa Ki Hadjar Dewantara ingin: 1. menempatkan anak didik sebagai pusat pendidikan, 2. memandang pendidikan sebagai suatu proses yang dengan demikian bersifat dinamis, dan 3. mengutamakan keseimbangan antar cipta, rasa, dan karsa dalam diri anak. 13 Ki Hadjar Dewantara Fudyartanta, 1998: 175-177 mempunyai pandangan pendidikan mendidik dan mengajar yang luas mengenai pendidikan antara lain: 1. “Pendidikan dan pengajaran itu untuk tiap-tiap bangsa berujud pemeliharaan buat mengembankan benih turunan dari bangsa itu agar dapat tumbuh dengan serat lahir batinnya. ...” 2. “Maksud pengajaran dan pendidikan yang berguna untuk perikehidupan bersama ialah memerdekakan manusia sebagai anggota dari pesatuan rakyat. ...” 3. “Pendidikan : Umumnya berarti daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti kekuatan batin, karakter, pikiran intelect, dan tumbuh anak, ...” 4. “Pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajkan perkembangan budi pekerti kekuatan batin, fikiran intelect dan jasmani anak- anak. ...” 5. “Pendidikan nasional ialah pendidikan yang berdasarkan garis hidup bangsanya kulturil nasional dan ditujukan untuk keperluan perikehidupan maatschappelijk yang dapat mengangkat derajat negeri dan rakya tnya, ...” 6. “Pendidikan budi pekerti harus menggunakan syarat-syarat sesuai dengan roh kebangsaan menuju ke arah keluhuran dan kesucian hidup batin, serta ketertiban dan kedamaian hidup lahir, ...” Dengan demikian pendidikan yang dimaksud oleh Ki Hadjar Dewantara memperhatikan keseimbangan cipta, rasa, dan karsa tidak hanya sekedar proses alih ilmu pengetahuan saja atau transfer of knowledge tetapi sekaligus pendidikan juga sebagai proses transformasi nilai transformation of value. Dengan kata lain pendidikan adalah proses pembetukan karakter manusia agar menjadi sebenar-benar manusia. Pandangan Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan, menunjukkan bahwa Ki Hadjar Dewantara memiliki komitmen yang tinggi untuk membentuk karakter bangsa melalui pendidikan. Hanya sayangnya pada perkembangannya pendidikan justru kehilangan roh dan semangatnya, 14 sehingga terjebak pada pencapaian target sempit, sehingga perwujudan karakter bangsa yang baik menjadi terabaikan. Sementara itu, Bartolomeus Samho dan Oscar Yasunari 2010: 27 dalam penelitiannya mengemukakan bahwa dasar-dasar pendidikan barat dirasakan Ki Hadjar Dewantara tidak tepat dan tidak cocok untuk mendidik generasi muda Indonesia karena pendidikan barat bersifat regering perintah, tucht hukuman, orde ketertiban. Karakter pendidikan semacam ini dalam praktiknya merupakan suatu perkosaan atas kehidupan batin anak-anak. Akibatnya anak-anak rusak budi pekertinya karena selalu hidup di bawah paksaan atau tekanan. Menurutnya cara mendidik semacam itu tidak akan bisa membentuk seseorang hingga memiliki kepribadian. Ki Hadjar Dewantara Moesman Wiryosentono, 1989: 97 memandang adanya tiga lingkungan pendidikan yang memiliki peranan besar dalam proses tumbuh kembangnya seorang anak. Semua ini disebut Tri Pusat Pendidikan. Tri Pusat Pendidikan ini besar pengaruhnya terhadap pembentukan karakter seseorang. Tri Pusat Pendidikan memandang adanya pusat-pusat pendidikan yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat dan gerakan pemuda. 1. Lingkungan keluarga, berlangsung pendidikan agama, budi pekerti, dan dasar-dasar hidup kemasyarakatan yang dikenal sebagai pendidikan informal yang berlaku di lingkungan rumah tangga. Lingkungan keluarga mempunyai tugas untuk mendidik budi pekerti dan perilaku sosial. 15 2. Lingkungan sekolah, dikenal sebagai pendidikan formal yang berlangsung di sekolah di bawah pimpinan guru. Lingkungan sekolah merupakan tempat penyampaian ilmu pengetahuan. Selain itu lingkungan sekolah juga menjadi perantara keluarga dan anak-anaknya dengan masyarakat. 3. Lingkungan masyarakat dan gerakan pemuda, dikenal sebagai pendidikan non-formal dimana peserta didik berlatih berbagai keterampilan, memperluas hidup kemasyarakatan, berorganisasi dan belajar hidup menghadapi masa depan yang lebih mantap. Lingkungan masyarakat dan gerakan pemuda juga berfungsi untuk melakukan penguasaan diri yang diperlukan dalam pembentukan watak. Berdasarkan Tri Pusat Pendidikan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa ketiga lingkungan pendidikan tersebut sangat erat hubungannya sehingga tidak dapat dipisahkan dan memerlukan kerjasama untuk mendapatkan hasil pendidikan yang maksimal. Lingkungan keluarga adalah pusat pendidikan yang pertama dan terpenting. Sejak timbul adab kemanusiaan hingga kini, hidup keluarga selalu mempengaruhi bertumbuhnya budi pekerti atau karakter dari tiap-tiap manusia. Lingkungan sekolah merupakan pusat perguruan yang teristimewa berkewajiban mengusahakan kecerdasan pikiran perkembangan intelektual beserta pemberian ilmu pengetahuan. Lingkungan masyarakat dan gerakan pemuda merupakan lingkungan pemuda untuk beraktivitas dan beraktualisasi diri mengembangkan potensi dirinya. Ketiga lingkungan itu perlu adanya 16 keselarasan nilai yang dikembangkan terhadap kehidupan anak didik pada segi kognitif, afektif, konatif, kreativitasnya dan segi fisik sehingga peserta didik tidak akan mengalami hambatan dalam perkembangannya. Pandangan yang demikian itu, membuat Ki Hadjar Dewantara tidak memandang perguruan atau sekolah sebagai lembaga yang memiliki orientasi mutlak dalam proses pembentukan karakter anak. Justru Ki Hadjar Dewantara memandang pendidikan sebagai suatu proses yang melibatkan unsur-unsur lain di luar sekolah. Tiap-tiap pusat harus mengetahui kewajibannya masing- masing, atau kewajibannya sendiri-sendiri dan mengakui hak pusat-pusat lainnya yaitu lingkungan keluarga untuk mendidik budi pekerti dan perilaku sosial. Lingkungan sekolah sebagai balai wiyata bertugas mencerdaskan cipta, rasa, dan karsa secara seimbang. Sedangkan lingkungan masyarakat dan gerakan pemuda untuk melakukan penguasan diri dalam pembentukan watak dan karakter.

2. Tujuan Pendidikan Menurut Ki Hadjar Dewantara