mengalami kerusakan atau penurunan mutu air, sehingga aktivitas budidaya dilakukan dengan sistem pergantian air yang terbatas atau sedikit. Hal ini dilakukan
dengan alasan bahwa sistem pergantian air secara langsung menjadi pemicu serangan penyakit. Terbukti bahwa penyakit viral seperti yellowhead melalui
perantaraan air, sedangkan whitespot melalui perantaraan krustase yang masuk pada saat pergantian air dilakukan.
Terlepas dari keberadaan patogen atau carrier, penciptaan kondisi lingkungan prima dalam budidaya perlu dilakukan. Faktor-faktor terkait dengan masalah tersebut
perlu diidentifikasi guna pengelolaan lingkungan budidaya yang lebih baik. Salah satu diantaranya yang sangat penting adalah keberadaan pakan buatan dan
implikasinya bagi media budidaya selama pemeliharaan. Hal ini didasarkan pada beberapa hal seperti : 1 pakan merupakan faktor produksi yang cukup mahal pada
sistem budidaya semi intensif dan intensif Posadas, 1988 dalam Millamena dan Trino, 1997; dan 2 pakan merupakan input terbesar yang dapat mempengaruhi
akumulasi bahan organik di sedimen dan kualitas air tambak Boyd, 1993 sehingga potensi sebagai sumber polutan jika tidak dikelolah dengan baik akibat kandungan N
dan P yang tinggi Jackson et al., 2003.
3.1 Akumulasi Nutrien dan Bahan Organik di Dasar Tambak
Ikan dan udang dapat mengakumulasi nutrien dari pakan yang diberikan berkisar 5-40 Tabel 2. Dari data yang ada diketahui bahwa rerata nutrien yang
dapat tertahan dalam tubuh ikan dan udang adalah 13 carbon, 29 nitrogen, dan 16 posfor. Rendahnya jumlah karbon sebagai konsekuensi dari banyaknya fraksi
karbon pakan yang lepas akibat respirasi. Data ini menunjukkan rendahnya retensi nutrien dalam tubuh kultivan, sehingga sisanya seperti nitrogen 75 dan posfor
80 terakumulasi di dasar tambak.
Tabel 2. Estimasi karbon, nitrogen dan posfor dalam tubuh ikan dan udang yang dinyatakan
dalam persentase total budget nutrien nutrien yang ditambahkan dalam bentuk pakan dan pupuk
a
. Avnimelech dan Ritvo, 2003.
a input organik karbon melalui produktivitas primer tidak diperhitungkan b Kalkulasi didasarkan pada jumlah C, N, dan P pada saat panen FCR
c 17 pada padat tebar rendah 1 Plm
2
dan 34,6 untuk penebaran 30 Plm
2
Komponen organik pada akumulasi sedimen merupakan campuran antara kandungan organik tanah dasar dan material berupa detritus. Detritus merupakan
komponen sedimen yang bersumber dari plankton, feses udang dan sisa pakan. Dengan demikian, karakter dari akumulasi sedimen sangat ditentukan oleh intensitas
budidaya yang diterapkan, kandungan organik tanah dasar, dan penerapan sistem pergantian air.
Secara umum, masalah yang dihadapi pada tanah dasar dan akumulasi sedimen tambak adalah akumulasi bahan organik yang berlebih dan pada akhirnya
akan melepaskan amoniak dan senyawa sulfur organik. Bahkan pada kondisi bahan organik sangat tinggi dan tanah asam dapat berupa hidrogen sulfida. Dengan
demikian, untuk siklus pemeliharaan berikutnya terutama sistem semi intensif dan intensif, pembersihan sedimen sangat diperlukan. Jika tidak, maka sedimen ini akan
melepaskan bahan organik yang cenderung menstimulasi perkembangan fitoplankton secara pesat terutama pada bulan pertama pemeliharaan. Avnimelech
dan Ritvo 2003 menyatakan bahwa jumlah nutrien untuk setiap 1 cm lapisan dasar tambak setara dengan 10 kali lipat atau lebih untuk kedalaman tambak 1 meter
Tabel 3.
Tabel 3. Konsentrasi komponen kimia pada dasar tambak dan kolom air Avnimelech dan
Ritvo, 2003. Komponen
Unit Kisaran konsentrasi
Air tambak Dasar tambak
Berat Kering 10
-3
-10
-1
20-80 Bahan organik
Mgkg 10-100
10.000-200.000 Total N
Mgkg 1-10
1000-20.000 Total N-amonia
Ppm 0.1-10
1-1000 Total P
Ppm 0.01-1
1000-20.000
3.2 Budget Nutrien dan Padatan solid di Tambak