bipolar adalah pada usia 20 hingga 25 tahun. Beberapa survei menunjukkan gejala-gejala premorbid bahkan bisa dimulai lebih awal,
pada masa remaja. Jarang awitan di atas usia 60 tahun.
8
Berbeda dengan depresi unipolar, gangguan bipolar terjadi pada laki-laki dan perempuan dengan prevalensi yang seimbang, kira-kira 1:1
tidak seperti depresi, di mana kejadian pada perempuan diperkirakan dua kali lebih sering dibandingkan laki-laki.
7,12
Gangguan depresif mayor dan gangguan bipolar frekuensinya lebih tinggi pada kejadian perceraian, perpisahan dan pada janda.
12
2. 1. 3. Etiologi
Dalam usaha memahami etiologi gangguan bipolar, para peneliti terus melakukan penelitian untuk mencari hubungan antara manifestasi
penyakit yang sangat kompleks dengan dasar biologinya. Gangguan bipolar dihubungkan dengan berbagai gangguan otak seperti gangguan
struktur, fungsi, kimia, neurokimia, neuroendokrin, dan transduksi sinyal otak.
9
Stres yang terjadi dalam peristiwa kehidupan sering mengawali terjadinya episode pertama gangguan mood. Peristiwa-peristiwa seperti itu
dapat menyebabkan perubahan neuronal permanen yang menjadi predisposisi pada seseorang bagi terjadinya rentetan episode gangguan
mood.
13
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
2. 1. 4. Klasifikasi
Berdasarkan DSM-IV-TR klasifikasi gangguan bipolar adalah sebagai berikut:
2
a. Gangguan bipolar I. Ditandai oleh satu atau lebih episode manik atau campuran yang
biasanya disertai oleh episode-episode depresi mayor; b. Gangguan bipolar II
Gambaran utama ditandai oleh terjadinya satu atau lebih episode depresi mayor yang disertai oleh paling sedikit satu episode
hipomanik; c. Gangguan siklotimik
Ditandai paling sedikit dua tahun dari sejumlah periode waktu gejala hipomanik yang tidak memenuhi kriteria episode manik dan
sejumlah periode gejala depresif yang tidak memenuhi kriteria depresif mayor;
d. Gangguan bipolar yang tidak terinci Gangguan ini mencakup gambaran bipolar yang tidak memenuhi
kriteria di atas.
2. 1. 5. Diagnosis Banding
Gangguan bipolar didiagnosis banding dengan cara sebagai berikut:
7
1. Menyingkirkan kondisi medis umum
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Beberapa kondisi medis dapat menginduksi terjadinya mania, termasuk penyakit Cushing di mana tubuh menghasilkan
kortikosteroid yang berlebih, hipertiroidisme, stroke, epilepsi lobus temporal, tumor otak khususnya mempengaruhi ventrikel ketiga,
trauma kepala, infeksi HIV, gangguan jaringan ikat seperti systemic lupus erythematosus atau multiple sclerosis.
2. Menyingkirkan obat yang dapat menginduksi terjadinya mania Penggunaan obat stimulan seperti metamfetamin atau kokain dapat
menyebabkan terjadinya agitasi, berpikir yang cepat, flight of ideas atau gejala psikotik yang dengan mudah dapat menjadi episode
manik. Saat pasien sedang menggunakan obat ini “crash” dan pengalaman mood swing akan muncul mengikuti perjalanan mood
swing yang tampak pada bipolar. Obat antidepresan dapat menginduksi episode manik pada individu yang rentan terhadap
perkembangan gangguan bipolar. Suatu episode dari mania yang berespons terhadap obat antidepresan dipertimbangkan sebagai
diagnosis dari gangguan bipolar primer. Perbedaannya, perkembangan mania yang berespon pada obat-obatan lain tidak
ditempatkan pada pasien yang berisiko tinggi pada perkembangan gangguan bipolar. Satu contoh yang paling sering dari obat-obatan
yang terlibat pada mania sekunder adalah prednison, suatu kortikosteroid yang dapat menyebabkan mania pada beberapa
pasien. Simetidin dapat juga menyebabkan terjadinya mania,
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
psikosis atau depresi. Obat-obatan lain yang terlibat menghasilkan mania termasuk levodopa L-Dopa dan bromocriptine
kemungkinan aksi dasarnya dalam meningkatkan aktivitas dopaminergik pada otak, obat relaksasi otot seperti baclofen dan
obat antituberkulosis seperti isoniazid. 3. Menyingkirkan gangguan psikiatri
Mood swing merupakan gejala yang sering terdapat pada beberapa kondisi psikiatri, seperti:
a. Gangguan skizoafektif Pasien yang mengalami gangguan skizoafektif sering
mempunyai riwayat depresi dan episode manik. Bagaimanapun juga, pasien ini mempunyai gejala psikotik
yang kronis dari skizofrenia, seperti delusi dan halusinasi, meskipun selama periode mood yang normal.
b. Gangguan kepribadian Pasien yang mempunyai gangguan kepribadian
kemungkinan mempunyai mood yang tidak stabil. Hal ini khususnya terjadi pada gangguan kepribadian kelompok B,
yaitu: histrionik, borderline, narsistik dan antisosial. Perubahan mood ini dapat dihubungkan dengan siklotimia,
tetapi lebih sering berhubungan dengan faktor lingkungan. Pasien yang mempunyai gangguan kepribadian sering salah
didiagnosis sebagai gangguan bipolar.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
c. Skizofrenia Pasien dengan gangguan bipolar terkadang didiagnosis
sebagai pasien dengan skizofrenia, kemungkinan hal ini disebabkan oleh munculnya gejala psikotik pada mania dan
awitan pada usia muda yang menyerupai skizofrenia. Salah diagnosis juga terjadi ketika pasien dan dokter berasal dari
etnis yang berbeda.
2. 2. Masalah Psikososial dan Lingkungan