BAB 5. PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian ini didapatkan usia subjek penelitian terbanyak adalah pada usia 20-
˂ 30 tahun, yaitu sebanyak 14 orang 35,9. Hasil ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa bukti-bukti pada saat
sekarang menunjukkan puncak terjadinya gangguan bipolar adalah pada usia 20 hingga 25 tahun.
8
Hasil penelitian dari beberapa studi berbeda yang dilakukan antara tahun 1969-1984 menunjukkan bahwa dari 1.304
pasien dengan gangguan bipolar, usia yang paling sering adalah pada usia 20-29 tahun.
6
Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa berdasarkan jenis kelamin subjek penelitian yang terbanyak adalah pada perempuan, yaitu
sebanyak 21 orang 53,9, sedangkan laki-laki sebanyak 18 orang 46,1. Berdasarkan literatur, gangguan bipolar terjadi pada laki-laki dan
perempuan dengan prevalensi yang seimbang, kira-kira 1:1
7,12
dan bisa sedikit lebih tinggi pada perempuan.
13
Berdasarkan tingkat pendidikan subjek penelitian terbanyak adalah pada subjek dengan tingkat pendidikan tinggi SMA dan perguruan tinggi,
yaitu sebanyak 29 orang 74,4. Tidak ada data mengenai hubungan antara tingkat pendidikan dengan gangguan bipolar, namun tingkat
pendidikan berkaitan dengan masalah kemiskinan.
20
Frekuensi gangguan
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
bipolar lebih tinggi pada orang yang tidak menikah dan berpendidikan rendah.
21
Berdasarkan status pekerjaan, subjek penelitian terbanyak adalah tidak bekerja, yaitu sebanyak yaitu sebanyak 29 orang 74,4. Meskipun
sebagian besar penderita gangguan bipolar pada periode antarepisode bisa kembali ke kemampuan fungsional semula, sekitar 20-30 penderita
mungkin tetap memperlihatkan ketidakstabilan emosi, serta mengalami kesulitan dalam pekerjaan maupun relasi interpersonal.
22
Perjalanan gangguan bipolar berlangsung kronik dan sering kambuh, meskipun
dalam keadaan sedang menggunakan obat-obatan, angka kekambuhan masih tetap tinggi yaitu dalam setahun sebanyak 40 dan dalam dua
tahun sebanyak 60 dan dalam empat hingga lima tahun sebanyak 73- 88,7. Seringnya kekambuhan dapat mengganggu fungsi keluarga, sosial
dan pekerjaan.
9
Dari status perkawinan subjek penelitian terbanyak adalah tidak kawin, yaitu sebanyak 26 orang 66,7. Sesuai dengan literatur,
gangguan bipolar frekuensinya lebih tinggi pada kejadian perceraian, perpisahan dan pada janda.
12
Dari hasil penelitian didapatkan proporsi adanya masalah psikososial dan lingkungan pada pasien gangguan bipolar sebanyak 34
orang 87,2. Proporsi pasien gangguan bipolar yang awitannya tidak didahului oleh suatu masalah psikososial dan lingkungan sebanyak 5
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
orang 12,8. Sebanyak 5 orang 12,8 subjek yang awitannya tidak didahului oleh suatu masalah psikososial dan lingkungan ini kemungkinan
disebabkan oleh kurang jelasnya masalah psikososial dan lingkungan karena awitan terjadinya gangguan sudah lama atau peneliti kurang
mampu menggali masalah psikososial dan lingkungan yang ada. Bisa pula memang pada subjek betul-betul tidak memiliki masalah psikososial dan
lingkungan sebagai dasar gangguan yang dialaminya. Episode manik dan episode depresif pada gangguan bipolar seringkali menyusul peristiwa
hidup yang penuh stres atau trauma mental lain, akan tetapi adanya stres tidak esensial untuk penegakan diagnosis.
23
Suatu peristiwa dalam kehidupan seseorang dapat dilewati oleh orang itu sebagai peristiwa yang
wajar dalam kehidupannya, sedangkan peristiwa yang sama oleh orang lain dapat menjadi suatu problem sesaat; sedangkan untuk orang lain lagi,
peristiwa yang sama itu dapat menjadi sumber konflik yang berkepanjangan, sehingga peristiwa itu menjadi suatu stresor yang
bermakna. Tidak semua orang yang mengalami stresor akan mengalami gangguan jiwa; demikian pula stresor yang sama yang dialami oleh
beberapa orang, dapat menimbulkan gangguan jiwa yang berbeda. Gangguan jiwa yang sama pada beberapa orang, belum tentu disebabkan
oleh stresor yang sama: ada orang yang gabgguan jiwanya timbul tanpa stresor, sedangkan pada orang lain timbulnya oleh satu atau lebih stresor,
dan pada orang lain lagi gangguan jiwa yang sama timbul oleh stresor yang berbeda. Dengan perkataan lain: suatu stresor tidak secara linear
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
dalam arti kata hubungan sebab-akibat akan menimbulkan suatu gangguan jiwa tertentu.
5
Studi-studi klinis dengan jelas menyatakan bahwa kemalangan yang dialami pada usia dini seperti meninggalnya orang tua dan
kekerasan di dalam keluarga memiliki efek jangka panjang bagi kesehatan mental.
24
Stresor kehidupan yang paling sering terkait dengan depresi adalah kematian orang tua sebelum usia 11 tahun dan faktor lingkungan
yang sering terkait dengan depresi adalah kematian pasangan hidup. Faktor-faktor psikososial seperti bermacam-macam stres kehidupan
biasanya hanya berperan pada awitan sakit pertama dan kurang bermakna pada kekambuhan selanjutnya.
22
Masalah ekonomi, mencakup: kemiskinan yang ekstrem, keuangan yang tidak memadai dan dukungan kesejahteraan yang buruk.
2
Kemiskinan, yang berperan sebagai stresor dalam masalah ekonomi lebih mungkin mendahului terjadinya gangguan mental, sehingga
menjadikannya sebagai faktor risiko penting bagi terjadinya gangguan mental. Kesulitan ekonomi juga berpengaruh terhadap kemampuan
individu dengan gangguan mental untuk berintegrasi kembali di dalam masyarakat. Faktor-faktor seperti pendidikan dan pekerjaan mempunyai
hubungan timbal-balik dengan kemiskinan. Tidak adanya pekerjaan menyebabkan kemiskinan, dan kemiskinan menyebabkan berkurangnya
peluang untuk mendapatkan pekerjaan. Kemiskinan juga mengurangi
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
kesempatan untuk memperoleh perumahan dan akomodasi yang layak sehingga mempengaruhi sikap emosional.
20
Hasil penelitian dari Setyawan, Amri dan Sosromihardjo 2008 pada 115 karyawan di bagian redaksi suatu perusahaan surat kabar
didapatkan kesimpulan bahwa prevalensi stres kerja dan gejala gangguan mental emosional sebesar 58. Stres kerja memiliki hubungan yang
bermakna dengan kecenderungan gejala gangguan mental emosional melalui stresor pengembangan karir.
25
Dari penelitian Nasution 2007 tentang stres pada remaja didapatkan kesimpulan bahwa stres pada remaja itu disebabkan oleh
berbagai faktor, tetapi faktor yang paling banyak mempengaruhi remaja berhubungan dengan orang tua, akademik dan teman sebaya.
26
Masa pensiun melibatkan banyak perubahan hal, termasuk masalah keuangan dan aspek-aspek sosial kehidupan. Stres pada masa
pensiun dapat diakibatkan oleh delapan bidang sumber, yaitu: uang, kesehatan, proses menjadi tua, mencari kegiatan yang berarti, bekerja
dalam masa pensiun, status perkawinan, pemeliharaan anggota keluarga yang lain misalnya cucu atau orang tua, dan relokasi.
27
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN