2.1.2 Penggolongan Air Tanah
Penggolongan  air  tanah  berdasarkan  asal  mulanya  dapat  dibagi  menjadi  empat tipe, yaitu :
1. Air meteorik  yakni air  yang berasal dari atmosfer dan mencapai mintakat kejenuhan  baik  secara  langsung  infiltrasi  permukaan  tanah  dan
kondensasi uap air  maupun tidak langsung perembesan influen. 2. Air  Juvenil  merupakan  air  baru  yang  ditambahkan  pada  mintakat
kejenuhan dan  kerak  bumi  yang  dalam  seperti  air  magmatik,  air  gunung api, dan air kosmik.
3. Air  diremajakan  rejuvenated  ialah  air  untuk  sementara  waktu  telah dikeluarkan  dari  daur  hidrologi  oleh  pelapukan,  dan  sebab-sebab  lain,
kembali kedaur lagi dengan proses-proses yang serupa. 4. Air  kinat  adalah  air  yang  dijebak  pada  beberapa  batuan  sendimen  atau
gunung saat asal mulanya. Air tersebut biasanya sangat termineralisasi dan mempunyai salinitas yang lebih tinggi daripada air laut. Seyhan,1977
2.2 Kondisi air tanah
Air  tanah  merupakan  suatu  bagian  dalam  proses  sirkulasi  alamiah.  Jika pemanfaatan  air  tanah  itu  memutuskan  sistem  sirkulasi,  yakni  jika  air  yang
dipompa  melebihi  besarnya  pengisian  kembali  recharge,  maka  akan  terjadi pengurangan volume air tanah yang ada. Berkurangnya volume air tanah itu akan
kelihatan  dalam  bentuk  penurunan  permukaan  air  tanah  atau  penurunan  tekanan air  tanah  ,  ini  akan  mengakibatkan  penurunan  intensitas  pemompaan,  dan  jika
penurunan  ini  melampaui  suatu  limit  tertentu  maka  fungsi  pemompaan  akan hilang.  Akhirnya  sumber  air  tanah  itu  menjadi  kering.  Jadi  untuk  menghindari
pengurangan  volume  air  tanah  yang  ada,  maka  harus  dijaga  supaya  besarnya pemompaan  itu  sesuai  dengan  pengisian  kembali.
Sasrodarsono  dan Takeda,1993
Universitas Sumatera Utara
Terjadinya penyedotan
air tanah
yang terus–menerus
tanpa memperhitungkan  daya  dukung  lingkungannya  dapat  menyebabkan  permukaan
air  tanah  melebihi  daya  produksi  dari  suatu  akifer  yang  dapat  menimbulkan pengaruh  negatif    terhadap  sumber  air  bawah  serta  menyebabkan  penurunan
lapisan tanah.
Penyedotan  air  bawah  tanah  yang  berlebihan  dibeberapa  tempat  yang berakibat menurunnya permukaan air tanah setempat secara menyolok dapat kita
lihat  misalnya  di  Jakarta,  permukaan  air  tanah  tanah  turun  sampai  25  meter  di bawah permukaan air laut dan di Bandung sampai 20 meter dipermukaan air tanah
setempat,  disamping  itu  untuk  beberapa  kota  yang  terletak  ditepi  pantai  seperti Medan,  Jakarta  ,  Semarang  terjadi  penyusupan  air  laut ke  dalam  lapisan  tanah
yang mengandung air tawar akibat penurunan permukaan air tanah tersebut.  Dari kasus- kasus tersebut dapat dilihat bagaimana kerugian-kerugian yang diakibatkan
oleh penurunan muka air tanah maupun penyusupan air laut ke akuifer air tanah di daratan  akibat  dari  pengambilan  air  yang  berlebihan. Akan  tetapi  penurunan
permukaan  tanah  atau  penerobosan  air  asin  tidak  seluruhnya  diakibatkan  oleh pemompaan  yang  berlebihan,  kejadian-kejadian  itu  mempunyai  hubungan  erat
dengan  kondisi-kondisi  geologi  di  lokasi  air  tanah  dan  jenis  air  tanah  itu. Sasrodarsono dan Takeda, 1993
2.3 Akuifer