3.5 Diagram Alir
Pada Percobaan ini akan dilakukan beberapa tahap percobaaan yang dapat dilihat pada diagram alir dibawah ini :
Gambar 3.5 Diagram Alir Penelitian Kesimpulan
Interpretasi Model 2-D dan Topografi
Pemrosesan Data dengan Software Res2dinv
Akuisi Data Arus Listrik I dan Beda Potensial V
Persiapan
Proses pengridan
Proses Perhitungan Tahanan Jenis Semu ρ =
SELESAI START
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data hasil penelitian yang diperoleh adalah harga resistivitas yang dapat dilakukan pendugaan terhadap jenis material batuan yang ada sesuai dengan nilai
resistivitas yang mewakilinya berdasarkan Tabel 2.1. Dalam hal ini jenis material batuan yang ada hanya dapat ditentukan menurut kisaran harga resistivitasnya
masing- masing karena batuan yang sama belum tentu memiliki harga resistivitas yang sama, dan sebaliknya harga resistivitas yang sama dapat dimiliki oleh batuan
yang berbeda Soenarno,2003. Berdasarkan hal tersebut maka proses penentuan jenis material batuan hanya dapat dilakukan dalam bentuk pendugaan
berdasarkan kisaran harga resistivitas yang diberikan. Dalam hal ini dapat juga dilakukan pendugaan terhadap intrusi air laut karena lokasi pengambilan data dan
jenis material batuan yang ada sangat berpengaruh terhadap kandungan dan volume air yang tersimpan di dalam tanah, baik air tawar fresh water maupun air
garam salt water.
4.1 Analisa Data dan Pembahasan
Data hasil survei resistivitas di lapangan dan perhitungan resistivitas semu dapat dilihat pada Lampiran 1, sedangkan proses perhitungan resistivitas semu dengan
menggunakan rumus yang disesuaikan dengan konfigurasi yang digunakan yaitu Wenner Sclumberger dapat dilihat pada Lampiran 2. Data yang akan diolah ke
dalam software Res2dinv dapat dilihat pada Lampiran 3. Untuk memperoleh hasil pencitraan bawah tanah dilakukan pengolahan data dengan menggunakan teknik
inversi software Res2dinv. Nilai apparent resistivity atau resistivitas semu yang diperoleh dari hasil
pengukuran selanjutnya akan dilakukan inversi dengan menggunakan software
Universitas Sumatera Utara
Res2dinv dari konfigurasi Wenner Sclumberger dengan jarak elektroda 5m serta panjang lintasan 200 m yang terbagi dalam tiga lintasan yang teramati pada Tabel
4.1 dan diperoleh penampang tahanan jenis.
Tabel 4.1 Letak koordinat lokasi penelitian No
Lintasan Koordinat LU
Koordinat BT Jarak dari
Pantai 1
I Satu 03
o
38’452” 098
o
59’073” ± 1 km
2 II Dua
03
o
38’463” 098
o
59’072” 955 m
3 II Tiga
03
o
38’475” 098
o
59’064” 980 m
Lintasan pengukuran terbagi atas tiga lintasan yaitu: Lintasan I, Lintasan II dan Lintasan III, yang dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1 Letak lintasan pengukuran
Nilai resistivitas batuan material tidak selalu sama. Nilai reistivitas masing – masing tiap batuan yang sama belum tentu memiliki harga resistivitas
masing – masing tiap batuan yang sama belum tentu memiliki harga resistivitas yang sama, dan sebaliknya harga resistivitas yang sama dapat dimiliki oleh batuan
Universitas Sumatera Utara
yang berbeda. Nilai resistivitas material – material atau batuan bumi dapat dilihat pada Tabel 4.2
Tabel 4.2 Nilai Resistivitas Kelistrikan Batuan Telford,1990 Material
Tahanan Jenis ohm meter Air Udara
Quarzt Kwarsa 500 – 800.000
Calcite kalsit 1 x 10
12
– 1 x 10
13
Rock Salt Garam Batu 30 – 1 x 10
13
Granite granit 200 – 100.000
Basalt basal 200 – 100.000
Limestones Gamping 500 – 10.000
Sandstones Batu Pasir 200 – 8.000
Shales Batu Tulis 20 – 20.000
Sand Pasir 1 – 1.000
Clay Lempung 1 – 100
Ground Water Air Tanah 0,5 – 300
Sea Water Air Laut 0,2
Dry Gravel Kerikil Kering 600 – 10.000
Alluvium alluvium 10 – 800
Gravel Kerikil 100 – 600
Air dalam akuifer alluvial 20 – 30
Pasir dan kerikil terendam dalam air tawar 50 – 5 x 10
2
Pasir dan kerikil terendam dalam air laut 0,5 – 5
4.1.1 Lintasan I
Lintasan I terletak pada koordinat 03
o
38’452” LU dan 098
o
59’073” BT. Pengukuran data lapangan untuk lokasi pertama dilakukan sejajar dengan
Universitas Sumatera Utara
garis pantai yang berjarak ±1 km dari pinggir pantai dengan rentang pengukuran 200 m yang terbagi menjadi 32 titik dengan jarak spasi 5m.
Gambar 4.2 Penampang melintang reistivitas lapisan bawah permukaan bumi Lintasan I.
Gambar 4.2 memperlihatkan penampang melintang model inversi dengan kedalaman maksimal 28,7m dan harga resistivitas berkisar antara 27,9
Ω.m – 968 Ω.m dengan kesalahan iterasi 24,6 . Dari bentuk penampang melintang terlihat
bahwa susunan material batuan tiap lapisan bawah permukaan bumi sangat bervariasi dan tidak beraturan, dilihat dari warna tiap lapisan yang berbeda dan
tersusun secara acak. Hal ini menandakan bahwa susunan dan karakteristik lapisan bawah permukaan yang tidak merata.
Berdasarkan pada Tabel 4.2 dapat dilakukan pendugaan terhadap jenis material batuan yang ada sesuai dengan warna yang mewakilinya serta nilai
resistivitasnya. dimana hasil pendugaan jenis material batuan sementara dapat dilihat pada Tabel 4.3
Tabel 4.3 Distribusi lapisan permukaan bawah tanah Lintasan I
warna kontur jenis material batuan
resistivitas ohm.m
Universitas Sumatera Utara
biru tua Lapisan air tanah permukaan ground water
dalam akuifer tanah endapan lumpur alluvial yang terdiri dari campuran garam batu rock
salt, batu tulis shales, alluvium alluvium dengan pasir berlempung.
27,9 Ω.m
biru - biru muda-biru
tosca Lapisan pasir berlempung yang terendam air
tawar pada lapisan air tanah permukaan ground water yang terdiri dari garam batu
rock salt dan aluvium alluvium. 46,3
Ω.m – 76,9
Ω.m
hijau muda – hijau lumut
Lapisan air tanah permukaan ground water yang terdiri dari campuran batu tulis shales,
garam batu rock salt, pasir sand, aluvium alluvium dan kerikil gravel
128 Ω.m -
212 Ω.m
Kuning - coklat
Lapisan air
tanah bawah
permukaan groundwater yang terdiri dari campuran batu
tulis shales, pasir sand, kerikil gravel dan alluvium alluvium
352 Ω.m
orange – merah
Lapisan yang terdiri dari basal basalt, batu pasir sandstones, batu tulis shales, aluvium
alluvium dan kerikil gravel. 583
Ω.m
merah bata – ungu
lapisan yang terdiri dari batuan kwarsa quarzt, basal basalt, gamping limestones,
batu pasir sandstones, aluvium alluvium dan kerikil kering dry gravel
968 Ω.m
Apabila dilihat Gambar 4.2 hasil inversi menunjukkan pada lapisan atas terlihat warna biru muda sampai biru tua dengan interval kedalam berkisar antara
1,25m – 15,9 m dan mempunyai nilai resistivitas berkisar antara 27,9 Ω.m -76,9
Ω.m merupakan material yang terdiri dari campuran garam batu, batu tulis, alluvium dengan pasir berlempung yang terendam air tawar.
Universitas Sumatera Utara
Lapisan kedua terlihat berwarna hijau muda sampai hijau tua meiliki nilai resistivitas berkisar antara 128 Ω.m – 212 Ω.m dengan kedalaman berkisar antara
6,38 m – 28,7 m merupakan batuan yang terdiri dari materia – material berupa pasir, kerikil, batuan tulis yang terendam air tawar yang mengandung alluvium.
Lapisan ini merupakan lapisan dengan susunan material yang lebih kompak sehingga memungkinkan untuk menyimpan air dalam volume yang lebih banyak
dari pada lapisan pertama dan posisi lapisan ini terletak di bawah lapisan pertama sehingga penguapan air sebagai akibat penyinaran matahari lebih kecil.
Lapisan ketiga merupakan lapisan yang terdiri dari warna kuning sampai ungu dengan kedalaman berkisar antara 12,4m - 28,7m yang mempunyai nilai
resitivitas berkisar antara 352 Ω.m – 968 Ω.m diduga lapisan ini mengandung
beberapa material batuan seperti batu tulis, kerikil, basal dan alluvium.
Dari keseluruhan lapisan yang ada pada Lintasan I yang ditunjukkan oleh Gambar 4.2 mempunyai nilai resistivitas berkisar antara 27,9
Ω.m – 968 Ω.m. Dengan melihat Tabel 4.2 dapat diketahui nilai resistivitas yang terkena intrusi
berkisar antara 0,5 Ω.m - 5 Ω.m, maka pada Lintasan I tidak ditemukan adanya kandungan air garam sebagai akibat adanya intrusi atau rembesan air laut.
Semakin kecil nilai resistivitas suatu lapisan material batuan maka akan semakin banyak kandungan air laut begitu pula sebaliknya. Intrusi air laut juga sangat
dipengaruhi oleh jarak lokasi penelitian dengan bibir pantai, semakin jauh jarak suatu lokasi penelitian maka akan semakin kecil kemungkinan terjadinya intrusi
air laut, tetapi bila semakin dekat jarak lokasi penelitian dengan bibir pantai maka kemungkinan terjadinya intrusi air laut lebih besar. Hal ini ini juga dipengaruhi
oleh kondisi batuan atau struktur tanah penyusun akifer tanah.
4.1.2 Lintasan II
Lintasan II terletak pada koordinat 03
o
38’463” LU dan 098
o
59’072” BT. Pengukuran data lapangan untuk lokasi kedua dilakukan sejajar dengan garis
pantai yang berjarak ± 0,955 km dari pinggir pantai dengan rentang pengukuran 200 m yang terbagi menjadi 32 titik dengan jarak spasi 5 m,
Universitas Sumatera Utara
jarak antara Lintasan I dengan Lintasan II berjarak ± 45 m, dimana Lintasan II lebih dekat dengan bibir pantai
Gambar 4.3. Penampang melintang reistivitas lapisan bawah permukaan bumi Lintasan II.
Gambar 4.3 memperlihatkan penampang melintang model inversi dengan kedalaman maksimal 28,7m dan harga resistivitas berkisar antara 14,0
Ω.m - 508 Ω.m dengan kesalahan iterasi 23,1 . Dari bentuk penampang melintang pada
gambar di atas terlihat bahwa susunan tiap lapisan bawah permukaan tidak selalu mendatar terhadap bidang vertikal, tetapi bervariasi secara acak sesuai dengan
nilai reistivitasnya masing – masing berdasarkan jenis material atau batuan yang dikandungnya.
Berdasarkan pada Tabel 4.2 dapat dilakukan pendugaan terhadap jenis material batuan yang ada sesuai dengan warna yang mewakilinya serta nilai
resistivitasnya, dimana hasil pendugaan jenis material batuan sementara dapat dilihat pada Tabel 4.4
Tabel 4.4 Distribusi lapisan permukaan bawah tanah Lintasan II
Warna Kontur
Jenis Material Batuan Nilai
Resistivitas ohm m
Biru tua Lapisan air tanah permukaan groundwater
dalam akuifer tanah endapan lumpur alluvial yang terdiri dari campuran pasir sand dan
14
Universitas Sumatera Utara
lempung clay yang terendam air tawar.
Biru - Biru
muda Lapisan air tanah permukaan groundwater
dalam akuifer tanah endapan lumpur alluvial yang terdiri dari campuran pasir sand, garam
batu rock salt dan lempung clay yang terendam air tawar dengan batuan tulis shales.
23,3 - 39,0
Hijau muda
Lapisan air
tanah bawah
permukaan groundwater yang terdiri dari campuran batu
tulis shales, pasir sand, lempung clay dan alluvium alluvium
65,1
Hijau - Hijau
lumut Lapisan
air tanah
bawah permukaan
groundwater yang terdiri dari campuran batu tulis shales, pasir sand, kerikil gravel dan
alluvium alluvium 109
Kuning – Coklat
Lapisan air
tanah bawah
permukaan groundwater yang terdiri dari campuran batu
tulis shales, pasir sand, kerikil gravel dan alluvium alluvium
182
orange – ungu
lapisan yang terdiri dari kerikil gravel, basal basalt, gamping limestones, granit Granite,
batu tulis Shales, alluvium alluvium dengan batu pasir berlempung
304 - 508
Lapisan pertama dengan nilai resistivitas berkisar antara 182 Ω.m – 508
Ω.m diwakili oleh orange sampai ungu dengan kedalaman 1,25 m -19,8 m diduga merupakan material yang terdiri dari lapisan kerikil, basalt, gamping, granit , batu
tulis dan alluvium yang memiliki volume air yang sedikit terlihat pada nilai resistivitasnya yang besar sehingga memungkinkan tidak adanya air permukaan.
Lapisan kedua yang dengan nilai resistivitas berkisar antara 14,0 Ω.m – 39,0 Ω.m diwakili oleh warna biru tua sampai biru muda dengan kedalaman
berkisara antara± 1,5 m – ± 12,4 m bentangan ± 15 m – ± 40 m diduga merupakan lapisan air tanah permukaan dalam akuifer tanah endapan lumpur alluvial yang
Universitas Sumatera Utara
terdiri dari material batuan pasir, lempung dan batu tulis. volume air tanah permukaan yang sedikit. Hal ini disebabkan karena proses penguapan air rii
lapisan permukaan tanah lebih tinggi dari pada lapisan-lapisan di bawahnya, terutama di lokasi pantai sebagai akibat penyinaran oleh matahari yang terjadi
secara langsung. Lapisan serupa juga terdapat pada bentangan ±85m – ±115 m.
Lapisan ketiga dengan nilai resistivitas 65,1 Ω.m – 182 Ω.m diwakili oleh
warna hijau tua sampai kuning yang hampir terdapat pada setiap lapisan. Lapisan ini terdapat pada kedalaman berkisar antara 1,25 m – 28,7m. Diduga pada
lapisan ini terkandung meterial berupa material batuan yang terdiri dari pasir, lempung, batu tulis dan alluvium yang terendam oleh air tawar.
Lapisan material batuan pada keseluruhan lapisan yang ditunjukkan pada Gambar 4.3 mempunyai nilai resistivitas berkisar antara 14,0
Ω.m - 508 Ω.m. Dengan melihat Tabel 4.2 dapat diketahui nilai resistivitas yang terkena intrusi
berkisar antara 0,5 Ω.m - 5 Ω.m. Lintasan II juga tidak ditemukan adanya intrusi
atau rembesan air laut. Hal ini disebabkan karena nilai resistivitasnya minimumnya bernilai 14,0
Ω.m. Semakin kecil nilai resistivitas dari material batuan maka kemungkinan terjadi intrusi air laut semakin besar begitu pula
sebaliknya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi resistivitas material batuan seperti keadaan struktur tanah, unsur kimia yang terkandung dalam tanah, keadaan
iklim, temperatur dan jenis tanah.
4.1.3 Lintasan III
Lintasan III terletak pada koordinat 03
o
38’475” LU dan 098
o
59’064” BT. Pengukuran data lapangan untuk lokasi ketiga dilakukan dengan posisi menyilang
dengan garis pantai yang berjarak ± 0,98 km dari pinggir pantai dengan rentang pengukuran 200 m yang terbagi menjadi 32 titik dengan jarak spasi 5m. Dimana
Lintasan III menyilang antara Lintasan I dengan Lintasan II.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.4. Penampang melintang reistivitas lapisan bawah permukaan bumi Lintasan III.
Gambar 4.4 memperlihatkan penampang melintang model inversi dengan kedalaman maksimal 28,7 m dan harga resistivitas berkisar antara 16,8
Ω.m - 494
Ω.m dengan kesalahan iterasi 24,0 . Dari bentuk penampang melintang pada gambar di atas terlihat bahwa susunan tiap lapisan bawah permukaan tidak
selalu mendatar terhadap bidang vertikal, terdapat beberapa lapisan warna yang menunjukkan nilai reistivitasnya tersusun secara tidak beraturan dan bervariasi
secara acak sesuai dengan nilai reistivitasnya masing – masing berdasarkan jenis material atau batuan yang dikandungnya.
Berdasarkan pada Tabel 4.2 dapat dilakukan pendugaan terhadap jenis material batuan yang ada sesuai dengan warna yang mewakilinya serta nilai
resistivitasnya. dimana hasil pendugaan jenis material batuan sementara dapat dilihat pada Tabel 4.5
Tabel 4.5 Distribusi lapisan permukaan bawah tanah Lintasan III
Warna Kontur
Jenis Material Batuan Reistivitas
ohm.m biru tua
– biru Lapisan air tanah permukaan groundwater
yang terdiri dari campuran pasir sand, garam batu rock salt,aluvium alluvium dan lempung
16,8 Ω.m – 27,2 Ω.m
Universitas Sumatera Utara
clay yang terendam air tawar. Biru
muda - hijau
muda Lapisan air tanah permukaan groundwater
yang terdiri dari campuran pasir sand, garam batu rock salt,aluvium alluvium dan lempung
clay yang terendam air tawar dengan batuan tulis shales.
44,1 Ω.m - 71,5
Ω.m
Hijau lumut -
coklat Lapisan
air tanah
bawah permukaan
groundwater yang terdiri dari campuran batu tulis shales, pasir sand, kerikil gravel dan
alluvium alluvium 116 Ω.m - 188
Ω.m
Orange – Ungu
Lapisan batuan yang terdiri yang terdiri dari campuran pasir sand, garam batu rock
salt,alluvium alluvium, kerikil gravel dan batu pasir sandstones
305 Ω.m - 494 Ω.m
Lapisan pertama dengan nilai resistivitas berkisar antara 116 Ω.m - 494
Ω.m diwakili oleh warna hijau lumut sampai ungu dengan kedalaman berkisar antara 1,25m – 6,38 m. Diduga pada lapisan ini terdapat material batuan berupa
Lapisan batuan yang terdiri yang terdiri dari campuran pasir sand, garam batu rock salt,alluvium alluvium, kerikil gravel dan batu pasir sandstones.
Lapisan serupa juga terdapat pada kedalaman ±12,4 m – ±24,0 m. Lapisan ini merupakan lapisan dengan susunan material yang lebih kompak sehingga
memungkinkan untuk menyimpan air dalam volume yang lebih banyak dari pada lapisan pertama dan posisi lapisan ini terletak di bawah lapisan pertama sehingga
penguapan air sebagai akibat penyinaran matahari lebih kecil.
Lapisan kedua dengan nilai resistivitas berkisar antara 71,5 Ω.m – 116
Ω.m yang diwakili oleh warna orange sampai ungu pada kedalaman ±6,38 m - ±25,2 m. Diduga pada lapisan ini merupakan lapisan material yang terdiri dari
Universitas Sumatera Utara
campuran material batu tulis, pasir, kerikil dan allluvium yang terendam sedikit air.
Lapisan ketiga dengan nilai resistivitas berkisar antara 16,8 Ω.m – 44,1
Ω.m yang diwakili oleh warna biru tua sampai biru muda dengan kedalaman berkisar antara ±6,38 m – ±28,7 m. Diduga pada lapisan ini terdapat beberapa
campuran material yang terendam oleh air tanah permukaan groundwater yang terdiri dari pasir, garam batu, aluvium dan lampung. Lapisan ini merupakan
lapisan paling bawah yang dimana pada lapisan ini merupakan lapisan yang mengandung air.
Dari seluruh lapisan pada Lintasan III yang ditunjukkan pada Gambar 4.4 mempunyai nilai resistivitas berkisar antara 16,8
Ω.m - 494 Ω.m. Dengan melihat Tabel 4.2 dapat diketahui nilai resistivitas yang terkena intrusi berkisar antara 0,5
Ω.m - 5 Ω.m. Pada Lintasan III ini juga tidak ditemukan adanya intrusi atau rembesan air laut ke daratan . Dimana pada lapisan tersebut nilai resistivitasnya
minimumnya bernilai 16,8 Ω.m sehingga kemungkinan terkena intrusi air laut
lebih kecil. Hal ini bisa juga disebabkan karena jarak dari bibir pantai jauh, semakin jauh jarak lokasi penelitian maka kemungkinan terjadi intrusi air laut
semakin kecil begitu pula sebaliknya.
Dari ketiga lintasan pengukuran tidak ditemukan adanya intrusi air laut, hal ini dilihat dari nilai resistivitas batuannya yang nilainya resistivitasnya
Lintasan I nilai resistivitasnya 27,9 Ω.m – 968 Ω.m, Lintasan II nilai
resistivitasnya 14,0 Ω.m – 508 Ω.m dan Lintasan III nilai resistivitasnya 16,8 Ω.m –
494 Ω.m, dimana suatu lintasan terjadi intrusi jika nilai resistivitasnya 0, 5 Ω.m –
5 Ω.m. Ini bisa dipengaruhi faktor jarak dari garis pantai, kedalaman sumur, juga dipengaruhi oleh kondisi batuan atau struktur tanah penyusupan akifer tanah.
Semakin dekat jarak pengukuran dengan pantai nilai resistivitasnya akan semakin kecil, begitu juga sebaliknya semakin jauh jarak pengukuran dari bibir
pantai maka nilai resistivitasnya makin besar. Dari Gambar 4.1 dapat kita lihat jarak paling dekat dengan pantai yaitu lintasan II mempunyai nilai resitivitas
Universitas Sumatera Utara
lebih kecil yaitu 14 Ω.m sedangkan untuk lintasan pengukuran yang terjauh,
lintasan I mempunyai nilai resitivitas yang lebih besar yaitu 27,9 Ω.m.
Pada ketiga Lintasan baik Lintasan I, Lintasan II dan Lintasan III hampir mempunyai lapisan batuan yang sama. Dengan melihat hasil pendugaan terhadap
jenis material batuan yang diperoleh berdasarkan Tabel 4.2 diketahui jenis – jenis material batuan tiap lapisan tanah seperti Lempung, pasir, kerikil, batu pasir, dan
batu kapur. Dimana tiap tipe batuan mempunyai nilai porositas yang berberbeda dan mempunyai nilai permeabilitas yang berbeda.
Porositas dan permeabilitas batuan juga sangat berpengaruh terjadinya intrusi air laut. Dengan melihat jenis material batuan diperoleh nilai porositas dan
permeabilitas batuan berdasarkan Tabel 2.1. Dari tabel diketahui nilai porositas batuan berkisar antara 5 - 45 , dimana batuan lempung memiliki nilai
porositas paling besar, sedangkan yang paling kecil batuan kapur. Sedangkan nilai permeabilitas berkisar antara 0,0004mhari – 4100mhari, dimana lempung
memiliki nilai permeabilitas yang cukup kecil sedangkan kerikil mempunyai nilai permeabilitas yang cukup besar.
Lempung merupakan batuan yang mempunyai nilai porositas yang paling besar, yang memungkinkan batuan ini mampu menahan air diantara rongga-
rongga batuannnya. Lempung juga memiliki permeabilitas yang kecil, yang memungkinkan air sulit lolos melewati batuan tersebut. Semakin kecil rongganya
semakin lambat alirannya. Jika rongganya sangat kecil, akan mengakibatkan molekul air akan tetap tinggal. Sedangkan batuan kerikil mempunyai nilai
permeabilitas yang cukup besar yaitu 4100mhari yang memungkinkan air mudah lolos. Air akan mudah lolos jika permeabilitas batuan besar dan mempunyai
porositas yang kecil. Air akan mudah melewati suatu batuan jika terdapat tekanan yang besar, sehingga akan membuat air tertekan melewati batuan, jika
permeabilitasnya besar akan memudahkan air melewatinya. Namun jika permeabilitasnya kecil dan mempunyai porositas besar akan membuat air tertahan
Universitas Sumatera Utara
dan susah untuk melewati lapisan batuan tersebut, hal ini terjadi pada batuan lempung.
Intrusi air laut akan terjadi jika air laut meresap memasuki air bawah tanah, hal ini bergantung pada nilai permeabilitas dan porositasnya. Semakin kecil
nilai permeabilitas suatu batuan maka semakin susah untuk dilewati air resapan dari laut. Karena rongga – rongga pada batuan tersedebut akan semakin kecil.
Begitupula jika porositas batuan semakin besar kemungkinan air lolos semakin sukar. Hal ini dilihat dari kemampuan dari batuan tersebut manahan air. Jika
porositasnya kecil air resapan laut akan mudah melewatinya.
Sejauh ini belum ditemukan adanya intrusi air laut, hal ini dimungkinkan karena banyak penduduk yang masih menggunakan sumur gali, hanya sebagian
kecil penduduk yang menggunakan sumur bor. Jika pemakaian sumur bor semakin meningkat, kemungkinan terjadinya intrusi air laut akan semakin besar.
Terjadinya penyedotan air bawah tanah yang berlebihan akan berakibat menurunnya permukaan tanah sampai beberapa meter. Air laut akan menyusup
kedaratan ke dalam lapisan tanah yang mengandung air tawar akibat dari penurunan muka air tanah tersebut. Untuk itu diperlukan adanya perhatian dari
pemerintahan daerah, untuk memberlakukan peraturan daerah tentang pembuatan sumur bor pada daerah tersebut. Dengan adanya peraturan daerah, memungkinkan
penduduk untuk tidak melalakukan penggalian atau pembuatan sumur yang terlalu berlebihan.
BAB V
Universitas Sumatera Utara
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan