Mengatasi Kelangkaan Beras Lembaran Persetujuan Ujian Skripsi Politik Pangan Di Sumatera Utara Tahun 1969-1997 (Suatu Tinjauan Historis)

77 Presiden, yang dianggap tidak becus mengendalikan harga kebutuhan pokok, dan menyerukan segera turun tangan menindak tegas pelaku penyeleweng tersebut. Jika dilihat pergerakan aksi massa tersebut merupakan respon dari perkembangan keadaan ekonomi dan politik, karena aksi-aksi yang ada terdiri dari kelompok-kelompok kecil yang memang menonjolkan reaksi spontanitas atas keadaan buruk yang insidentil. Untuk mencegah kekhawatiran aksi pemuda ini menjadi gerakan nasional, maka Pemerintah melalui Panglima Daerah Jakarta May.Jend. Poniman memanggil beberapa eksponen “Gerakan Anti Lapar”. Pihaknya hanya ingin mencegah jangan sampai ekses-ekses yang tidak di inginkan terjadi. Ia pun melanjutkan belum melihat gerakan anti lapar digunakan atau ditunggangi oleh golongan politik tertentu, dan menyarankan agar aksi-aksi itu sebaiknya disalurkan melalui jalur konstitusional. 116

4.7 Mengatasi Kelangkaan Beras

4.7.1 Mekanisme Pasar Untuk Menjaga Stabilitas Harga Pangan

Sejak Orde lama hingga Orde Baru sekalipun tidak pernah terlepas dengan masalah ketersediaan pangan. Diperlukan berbagai usaha dan strategi untuk dapat menjamin terpenuhinya kebutuhan pangan yang cukup bagi masyarakat. Jika kita merujuk pada krisis Orde Lama tahun 1965—indonesia mengalami inflasi yang begitu 116 Ibid. hlm. 29 78 tinggi di mana bahan pangan menjadi penyumbang utamanya. Tentulah kita tidak dapat menyalahkan beras. Kalaulah kita secara seksama memperhatikan gejolak tersebut, di awali dengan kelangkaan beras di mana-mana, yang berimbas pada harga pangan yang membumbung tinggi, dilanjutkan dengan inflasi tinggi menciptakan ketidak-stabilan sosial—kondisi ini menjadi krisis ekonomi dan berubah menjadi krisis politik. Pastinya kelangkaan beras pangan bukanlah satu-satunya menyebabkan terjadinya krisis ekonomi dan politik. Tapi merujuk pada fakta sejarah bahwa krisis yang terjadi pada masa Orde Lama di mana kelangkaan beras membidani krisis ekonomi dan politik nasional. Oleh karena rentannya komoditi beras terhadap gejolak-gejolak politik yang mempengaruhi kestabilan nasional, maka pemerintah melakukan intervensi melalui mekanisme pasar beras, di mana komoditi ini berhubungan langsung dengan kepentingan publik dalam kehidupan sehari-hari serta menguasai hajat hidup orang banyak. Untuk itu pemerintah diminta untuk berhati-hati membuat kebijakan yang akan menimbulkan konsekuensi terhadap setiap intervensi yang di lakukan. Kegagalan pemerintah dalam menangani ekonomi beras akan sendirinya menggoncang sendi-sendi politik—dan pemerintah akan dijadikan kambing hitam. 117 117 Fachry, op.cit., hlm. 110-11 Bagaimana tidak, kesalahan maupun ketidak-sigapan lembaga negara mengelola dan menanggapinya membuat struktur ekonomi tidak kondusif lagi karena berdampak 79 langsung terhadap kehidupan daya beli rakyat—hingga menimbulkan kemiskinan secara massif. Sejak tahun 1966 Orde Baru naik ketampuk tahta pemeritahan negeri ini, memberikan perhatian serius mengenai stabilitas harga beras di pasar. Pastinyalah rezim yang baru ini telah mempelajari setidaknya memperhatikan situasi gejolak yanng terjadi sebelumnya. Sejak awal mereka masih percaya kepada kebebasan pasar, namun intervensi dilakukan terhadap ketersediaan beras untuk menurunkan harga di pasar dan secara berangsur-angsur menata kembali pasar dan stabilitas harga beras secara nasional. 118 Tepat sebulan pasca di keluarkannya Supersemar, tepatnya tanggal 23 Maret 1966 dikeluarkanlah Keputusan Presidium Kabinet Ampera No. 871966, dengan membentuk Kolognas Komando Logistik Nasional menggantikan BPUP. Meskipun Kolognas telah berhasil menekan laju harga beras, namun kenaikan harga yanng terjadi tahun 1967 pemerintah mentranformasi Kolognas menjadi Bulog Badan Urusan Logistik pada tanggal 10 Mei 1967 dengan dikeluarkannya Keppres No.2721967. Adapun tugasnya untuk melakukan pengendalian operasional pengadaan dan pendistribusian kebutuhan pokok, seperti beras. 119 118 Ibid., hlm. 116 119 Pada tahap awal fungsi utama Kolognas adalah mensuplai kebutuhan beras bagi pegawai negeri dan keperluan koprs Militer, di saat itu kita tahu bahwa gaji kaum sipil dan militer sebagian dibayarkan dalam bentuk beras. Setelah berubah menjadi Bulog, kini tugasnya lebih berat yakni berfungsi secara tunggal mengendalikan kebutuhan pangan nasioanl. Ibid.,hlm.117-20 Badan ini bersifat non-departemen berada di bawah tanggung-jawab Presiden. 80

4.7.2 Distribusi Beras

Untuk memaksimalkan distribusi pangan hingga ke daerah-daerah pedalaman sekalipun maka pemerintah melakukan rehabilitasi atau up-grading sejumlah infrastruktur vital yang berdampak besar terhadap integrasi ke semua daerah. Soeharto mengintruksikan melalui pidato kenegaraannya yang akan memperbaiki akses ke setiap daerah di Sumatera Utara. 120

4.7.3 Peranan Bulog Dalam Menjaga Ketahanan Pangan

Pemerintah sadar bahwa tanpa ada infrastuktur yang baik akan menghambat konektivitas setiap barang dan jasa yang akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Ada begitu banyak kelompok yang telibat dalam proses kegiatan pangan baik semua dinas dan badan swasta yang memiliki peran penting di mulai dari produksi pangan, panen dan pengolahan pangan, penyimpangan dan pengawetan pangan, distribusi pangan, pemasaran pangan, sanitasi pangan, penyiapan pangan dan konsumsi dan penerimaan pangan Badan Urusan Logistik Bulog didirikan pada tahun 1967 dengan tugas melakukan pembelian kebutuhan pangan yang di pasok untuk kalangan militer, instansi pemerintah dan badan negara lainnya saja. Bulog merupakan transformasi dari Komando Logistik Nasional Kolognas berdasarkan Keputusan Presidium 120 Pidato Soeharto, op.cit., hlm. 101 81 Kabinet Ampera No.871966. 121 Namun tahun 1970, fungsinya di perluas meliputi tanggungjawab memelihara stabilitas harga melalui kebijakan pembelian, import, pemasaran dan penetapan harga. 122 Melalui badan ini pemerintah Indonesia leluasa melakukan pengontrolan terhadap distribusi dan harga barang-barang kebutuhan pokok, utamanya beras, gula dan terigu. Sejak tahun 19661967 BULOG diberi wewenang untuk berpartisipasi sebagai penyandang dana ke tiga provinsi utama pengembangan Bimas yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah dn Sumatera Utara. 123 Secara fungsinya Bulog memberikan basis tatanan politik dan sosial dengan menjamin pasokan dan harga kebutuhan pokok. Karena menangani masalah beras bukanlah perkara mudah, kelihatannya sederhana sebatas memasok beras ke pasar dengan cukup secara rutin. Namun bagaiman untuk menjamin ketersediaan beras tetap cukup, itu masalah yang paling utama. Beras sebagai “komoditi” politik sangat rentan pada timbulnya sejumlah ramifikasi persoalan. Mengusahakan beras tidak menjadi sumber inflasi dan mengusahakan supaya beras dapat digunakan sebagai Adapun dana tunai tersebut disalurkan langsung melalui Bupati-bupati kepada Kepala Desa yang membagikan secara langsung ke petani, sementara faktor-faktor produksi ditangani oleh PN Pertani. 121 Tugas dan peran Kolognas pada awal pembentukan di fokuskan menangani masalah kestabilan harga pangan tinggi pasca runtuhnya kekuasaan Orde Lama. Catatan khusus Kolognas; pemerintah pusat memberikan wewenang untuk melakukan impor beras dalam jumlah ratusan ribu ton untuk mencukupi kebutuhan pangan dan gejolak harga pasar. Fachry Ali dkk, op.cit., hlm.117 122 Richard Robinson. Soeharto dan Bangkitnya Kapitalisme Indonesia. Jakarta: Komunitas Bambu, 2012 hlm. 179 123 Lihat, Jan H.M. Oudejans. Perkembangan Pertanian di Indonesia terj.Edhi Martono. Yogyakarta: UGMpress,2006, hlm.52. Lihat juga, Ann Booth, op.cit., hlm.36 82 senjata untuk menjinakkan inflasi yang mengganas sebagai operasi pemulihan kestabilan. Bulog diharapkan menjadi pintu gerbang penyuplai makanan pokok bagi masyarakat dituntut peka terhadap kondisi terkini untuk membaca kebutuhan pasar dan mampu membuat kebijakan tetap sasaran melalui mekanisme pasar maupun mekanisme harga. Perannya yang strategis memaksa Bulog mampu mengendalikan jumlah peredaran beras di lapangan, dengan menguasai sekitar 5-7 dari produksi beras secara nasional. 124 Akan tetapi, badan ini menjadi pemupukan kapital korporasi domestik dengan wewenang yang dimilikinya dalam membagi alokasi distribusi dan kontrak, menjadi lahan subur bagi kaum birokrat politik untuk menghasilkan keuntungan pribadi maupun, seperti dikutip dari Kepala Bulog Bustanul Arifin, “setelah Pertamina, banyak orang percaya disinilah Bulog kalian bisa mendapatkan uang.” 125 Bulog dengan kapasitas dan wewenang yang di milikinya dibebani tugas yang begitu sensitif terhadap gejolak sosial. Tidak hanya sebatas penyedia kebutuhan pangan, lembaga ini juga harus kreatif memfasilitasi maupun melakukan distribusi ke perusahaan swasta dalam melakukan injeksi pasar. Namun Robinson melihat bahwa monopoli Bulog dalam import, distribusi dan pembelian manufaktur bahan pangan hanya memberikan pertumbuhan kelas kapitalis domestik swasta. 126 124 Fachry, op.cit., hlm. 364 125 Anne Booth, loc.cit 126 Lihat Richard, op.cit., hlm. 180 83 Terdapat beberapa kejanggalan distribusi beras yang di jalankan oleh Bulog melalui Dolog Sumatera Utara dari beberapa hasil kajian dari tahun 1981-1997. Dari tabel 3 di bawah setidaknya ada 5 tujuan penyaluran beras oleh Bulog yaitu: Pegawai Negeri, ABRI, PNPTP, Pegawai Otonom dan terakhir pasar. Sejak tahun 1985-1997 terjadi peningkatan distribusi ke Pegawai negeri, yang sedikit anehnya di tahun 1986 peningkatan cukup signifikan hampir 13 kali lipat dari 1.661 Ton menjadi 21.118 ton. Sementara suplai beras bagi PN, pegawai otonom dan ABRI sangat fluktuatif dan cenderung peningkatan dan penurunannya tidak terlalui signifikan. Begitu juga dengan distribusi terhadap pasar sebagai bagian dalam intervensi harga pangan di sesuaikan dengan stok ketersediaan di pasar, sehingga jika sewaktu-waktu terjadi kekosongan, maka Bulog antar menginjeksi sejumlah besar untuk menekan peningkatan harga pangan. 84 Tab el.3 Harga Eceran Beras Di Pasar Ibukota KabupatenKotaTahun 1978-1999 No. Nama KabupatenKota Rpkg Nias Padang Sidempuan Tarutung Rantau Prapat Kisaran Sidi- kalang Sibolga Tj. Balai P. Siantar Medan Binjai 1978 134,5 141,7 141,2 187,7 136,6 153,6 162,5 148,2 157,4 142,0 150,3 1979 154,5 158,7 155,2 218,7 173,0 189,6 206,2 221,7 174,4 151,2 147,4 1980 224,5 228,7 190,0 277,5 226,7 209,0 218,1 230,2 226,6 209,3 222,2 1981 261,5 263,7 236,4 310,7 258,5 244,9 237,0 246,7 235,6 203,5 231,0 1982 311,9 247,0 265,9 303,0 255,5 250,8 239,8 235,5 245,2 233,7 241,3 1983 - - - - - - - - - - - 1984 - - - - - - - - - - - 1985 - - - - - - - - - - - 1986 451,7 383,3 396,5 432,2 464,9 398,0 442,2 351,6 394,8 349,1 385,5 1987 539,1 433,2 429,2 474,2 575,9 473,7 514,9 464,2 465,9 396,9 454,9 1988 849,3 499,4 502,2 610,1 608,9 537,5 583,7 488,9 536,3 527,8 625,4 1989 908,3 529,1 634,9 716,2 686,5 615,7 639,0 572,7 638,7 570,9 734,5 1990 916,7 555,0 610,9 757,7 691,7 620,4 640,5 555,6 621,2 559,5 720,8 1991 1045,0 572,2 675,1 728,3 779,1 705,8 761,2 639,4 653,7 589,3 751,0 1992 1110,6 609,4 738,3 774,6 780,0 750,0 713,6 752.0 716,03 610,4 715,5 1993 1234,3 536,1 694,5 821,9 759,6 733,8 691,2 608,7 654,1 582,3 800,0 1994 1250,0 756,8 793,3 943,6 816,5 929,1 835,5 650,0 837,4 680,5 767,0 1995 - - - - - - - - - - - 1996 1779,1 943,1 1149,9 950,0 1237,5 1102,8 1040,0 970,8 1017,4 868,4 1075,0 1997 1568,7 1132,6 1189,2 1275,0 1334,3 1217,1 1221,8 1179,1 1246,4 1025,1 1266,6 1998 2181,6 2320,7 1977,2 1751,2 3479,0 3375,4 1600,9 1958,3 2406,3 2741,8 2253,1 1999 3282,7 3181,6 2472,3 1972,6 3567,7 3572,6 2320,7 2427,2 3479,0 2842,7 3270,0 Sumber data: - BPS diolah 85 Namun, melihat data penyaluran beras yang di lakukan oleh Dolog Sumatera Utara, terdapat kejanggalan terdapat besaran distribusi yang dikeluarkan oleh Bulog dalam tabel di bawah, yakni distribusi kelain-lain maupun susut beras. Bagaimana mungkin terjadi susut beras dalam jumlah lebih dari seribu ton dalam setahun. Bahkan di tahun 1985 dan 1986 susut beras sebesar 3.124 ton dan 4.271 ton. Stok beras di tahun tersebut juga dalam kondisi yang aman baik secara regional maupun nasional. Hal ini butuh penelitian lebih lanjut secara terperinci, bagaimana sebenarnya kondisi beras di saat itu. Ketika pun terjadi pertambahan perluasan areal BimasInmas, termasuk juga peningkatan penggunaan teknologi, belum mampu mendongkrak produksi secara signifikan. Defisit beras terjadi hampir setiap tahun. Tahun 1978 saat harga beras mulai tinggi yang diakibatkan oleh kekosongan pasokan—menutupi kekurangan tersebut Bulog melalui DOLOG-SU harus mengimport beras sebesar 180.000 ton beras dari luar Pulau Sumatera 127 127 Sumatera Membangun, op.cit., hlm.62 . 86 Tab el. 4 Penyaluran Dan Penjualan Beras DOLOGSU Ton Tahun Pegawai negeri ABRI PNPTP Pegawai Otonom Pasar Lain- lain Susut Total 1981 1.611 18.168 52.239 20.581 41.330 1.865 683 136.777 1982 2.348 17.233 52.777 58.727 14.872 3.095 1.634 150.683 1983 2.386 16.942 48.826 58.161 29.170 1.009 870 157.334 1984 1.529 16.306 35.741 60.591 4.465 502 220 119.354 1985 1.557 15.622 36.740 58.672 48.754 4.852 3.124 109.321 1986 1.661 15.238 38.738 63.500 52.859 60.160 4.271 236.317 1987 21.118 14.607 36.382 39.685 25.082 50.884 886 180.644 1988 28.756 13.502 46.878 39.296 15.563 1.341 359 145.695 1989 30.588 15.244 41.981 39.546 3.550 902 1.802 133.613 1990 32.480 13.031 37.682 39.786 563 55.660 10 179.212 1991 30.084 13.489 34.156 42.906 12.737 2.622 7 136.001 1992 31.107 12.550 35.263 43.518 150 2.875 9 125.476 1993 31.274 13.702 38.479 44.956 10.701 53.104 12 192.298 1994 31.515 13.622 45.967 45.568 65.822 1.544 - 204.038 1995 33.633 13.606 41.980 45.233 45.693 105.265 13 285.423 1996 31.660 14.706 40.970 45.087 36.244 2.961 - 171.656 1997 31.670 14.703 38.980 45.186 102.382 1.009 - 233.930 Sumber: BPS data di olah Pada tahun 1982, pemerintah mengambil kebijakan tidak populer yakni menaikkan harga bahan bakar minyak BBM ditengah booming minyak Indonesia. Bustanul Arifin selaku kepada Badan Urusan Logistik BULOG menyatakan bahwa kondisi pangan daerah maupun secara nasional berada dalam kondisi cukup dalam beberapa bulan ke depan dan yakin tidak akan terjadi kelangkaan beras di pasar. Untuk mengantisipasi inflasi di daerah akibat kenaikan BBM, beliau mengintruksikan 87 BULOG melalui DOLOG segera melakukan operasi pemasaran pangan beras untuk memastikan harga tetap stabil dan berkoordinasi dengan seluruh daerah Kabupatenkota mengantisipasi kelangkaan beras. 128 Pada periode Repelita Kedua 1974-1978 pemerintah mengintruksikan untuk melakukan upaya maksimal dalam meningkatkan produksi beras yang kemudia disertai dengan pembangunan gudang- gudang BULOG baru di setiap Kabupaten. 129

4.8 Pencapaian Swasembada Beras