Impelementasi Pemerintah Daerah Dalam Mencapai Target Produksi

59 penyuluh pertanian. Seiring berjalannya program Bimas, pemerintah juga meluncurkan program Inmas sebagai program pendamping.

3.3 Impelementasi Pemerintah Daerah Dalam Mencapai Target Produksi

Pangan 3.3.1 Kebijakan Dalam Upaya Mencapai Target Produksi Pangan Kebijakan pemerintah dalam mencapai swasembada pangan telah tersusun dalam Rencana Pembangunan Lima Tahun atau Repelita oleh pemerintah pusat dan proyek tersebut di implementasikan ke setiap daerah. Repelita adalah suatu rencana; yaitu rencana tentang pembangunan berjangka waktu lima tahun. Dengan membuat rencana ini berarti negara mempunyai landasan dan pedoman bagi apa yang akan di lakukan: landasan dan pedoman tersebut menghindarkan negara dari pemborosan- pemborosan dan penyelewengan tenaga, uang, barang, ruang dan waktu, sekaligus alat kontrol. 89 Pemerintah daerah juga ikut bertanggung-jawab dengan mengawasi kelancaran pelaksanan proyek-proyek pembangunan nasional yang diselenggarakan di daerahnya yang mewajibkan mengikuti arahan setiap proyek pembangunan beserta 89 Soebakti Soesilowidagdo. Melaksanakan Repelita. Yogyakarta:BPA-UGM, 1969, hlm.3 60 pedoman dan penunjuk teknis melalui departemen terkait. Oleh sebab itu landasan pembangunan daerah sama dengan pembangunan nasional. 90 Dalam usaha pencukupan kebutuhan pangan, pemerinah Orde Baru merencanakan peningkatan produksi beras melalui bimbingan massal Bimas yang terus di selenggarakan melalui penyediaan pupuk, bahan obat-obatan insektisida dan perbaikan saluran irigasi yang di harapkan lebih menguntungkan dan meningkatkan produksi pangan secara pesat. 91 Di samping itu, pemerintah juga terus mencari ikhtiar-ikhtiar agar masyarakat disediakan pangan pengganti beras yang kadar dan rasanya tidak kalah dengan beras. Penelitian dan pencobaan terus dilakukan untuk memprodusir bahan pengganti beras, karena kebutuhan beras terus meningkat, sedangkan produksi beras belum dapat mengimbangi peningkatan kebutuhan. 92 90 Ibid., hlm. 14-7 91 Pidato Presiden pada tanggal 16 Agustus 1967, lihat. Presiden Soeharto. Amanat Kenegaraan. Jilid I 1967-1971. Jakarta:Yayasan Idayu.1985, hlm. 38-39 92 Ibid., hlm. 39 Usaha untuk meningkatkan produktivitas pertanian di bagi dalam sub sektor di mulai dari: 1. penyebaran penggunaan benih unggul dalam daerah pertanian serta pengembangan penelitian untuk bibit-bibit baru, 61 2. Pendistribusian pupuk dan obat hama ke daerah-daerah dengan ketentuan- ketentuan pengadaan yang tepat dan selanjutnya menggunakan pengadaan pupuk dan obat hama asal produksi sendiri, 3. Peningkatan cara-cara pengolahan dengan alat-alat secara massal dari luar- negeri, 4. Peningkatan proses pengeringan dan penggilingan padi, 5. Penyuluhan serta bimbingan terhadap peningkatan efisiensi usaha dan pertanian. Serta di sediakan sub lembaga untuk membantu melalui Pusat Penelitian Pertanian di Perguruan Tinggi di daerah Sumatera Utara, memberikan kredit kepada petani melalui Bank Pemerintah dan Swasta, intensifikasi lahan dan produksi melalui irigasi seluruh inventarisasi daerah-daerah pertanian dan mengadakan modal cadangan dari pemerintah untuk menjaga kestabilan harga beras. 93

3.3.2 Pelaksanaan Kebijakan di Daerah

Berdasarkan hasil dari pelaksanaan pembangunan dari Repelita I, II dan III, pemerintah bertekad untuk memacu pertumbuhan pembangunan jangka panjang dan cita-cita bangsa Indonesia. Sasaran pembangunan di bidang ekonomi masih di titik beratkan pada sektor pertanian yang semakin memantapkan swasembada pangan 93 Untuk lebih jelas tentang rincian pembangunan tersebut lihat, Pidato Soeharto. Ibid., hlm. 13-14 62 melalui peningkatan intensifikasi, diversifikasi dan ekstensifikasi baik lahan basah maupun lahan kering. Adapun usaha intensifikasi melalui langkah-langkah: 94 Untuk itu Pemerintah melalui Dinas Pertanian memberikan tanggungjawab penerapan program diberikan kepada pejabat daerah untuk menangani Bimas dan Inmas. Bupati diangkat sebagai koordinator dan pejabat Dinas Pertanian Provinsi menyeleksi wilayah terapan, menyediakan benih dan menghubungi petugas-petugas lokal. a memperluas dan meningkatkan mutu dan intensifiksi khusus INSUS, b melaksanakan intensifikasi diversifikasi, dan rehabilitasi dengan operasi Khusus OPSUS pada lahan-lahan marjinal dan daerah-daerah minus. 95 Sementara itu, berdasarkan analisis salah satu faktor pendorong petani meningkatakan intensifikasi penggunaan lahan sawah adalah faktor bibit unggul, sarana produksi modal, tenaga kerja, pemasaran hasil produksi dan peningkatan program penyuluhan. 96 Keberadaan teknologi dipercaya mampu membantu petani meningkatkan produktivitasnya secara signifikan, masihlah memiliki sejumlah persoalan mendasar. Pemakaian teknologi seperti yang telah di perkenalkan kepada petani belum mampu mendorong produktivitasnya. Pemakaian teknologi terkendala oleh tingkat adopsi 94 Rencana Pembangunan Lima Tahun Keempat Jilid I Republik Indonesia. hlm. 422 95 Lihat Jan Oudejans, op.cit.,hlm.56 96 Jannes Silitonga. “Faktor-faktor yang mendorong petani meningkatkan intensifikasi penggunaan lahan sawah di Wilayah kerja siarang-arang Kab. Taput”. Tesis tidak diterbitkan Medan: Fak.Pertanian USU, 1984 63 oleh petani desa sangatlah rendah. Bukan hanya itu, petani juga masih sulit dalam memanfaatkan obat-obatan pemberantas hama dan penyakit dikarenakan terbatasnya fasilitas yang disediakan pemerintah serta minimnya arahan dari penyuluhan. 97

3.3.3 Target Produksi Pangan

Di harapkan melalui program peningkatan bahan pangan mencapai swa- sembada ditargetkan tercapai hingga tahun 1971 dengan peningkatan produksi sebesar 25 dari produksi tahun 1968 khusus untuk Sumatera Utara. Jika di hitung secara kebutuhan dan produksi, maka dengan jumlah penduduk kisaran ± 6 juta jiwa dengan angka kebutuhan 220 kgjiwa dengan produksi 1,2 jt ton , menjadi 1,5 juta ton tahun 1971, dan pada akhir pelaksaan Pelita 1974 angka produksi padi di targetnya mencapai 1,9 juta ton. 98 Repelita ke lima tahun 19891990 – 19931994 di bidang pembangunan pertanian di tujukan pada peningkatan produksi dan memantapkan swasembada pangan dan memperbaiki mutu gizi serta peningkatan pendapatan petani. Laju pertumbuhan tanaman pangan di perkirakan naik rata-rata 2,60 melalui ekstensifikasi, intensifikasi dan diversifikasi tanaman pangan. 99 97 Aman Pinem. “Masalah-Masalah Dan Prospek Pengembangan Teknologi Baru Di Stabat”. Tesis tidak diterbitkan Medan: PascasarjanaUSU, 1980 98 Ibid. 99 Rencana Pembangunan Lima Tahun Kelima 1989-1994, Pemerintah Provinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara Jilid I. hlm. 90. Untuk tingkat konsumsi kalori dan protein rata-rata penduduk Sumatera Utara melampaui tingkat konsumsi nasional di sebabkan oleh semakin tingginya tingkat kemampuan masyarakat membuat bertambahnya kebutuhan pangan. Lihat Repelita pemerintah Provinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara Jilid IIB hlm 142-4 Dari segi pertumbuhan penduduk di Sumatera Utara dalam periode di perkirakan dalam laju 64 2 pertahun di atas rata-rata nasional, yaitu 1980 8.350.9500, 1985 9.442.137, 1988 10.330.090, 1989 10.330.090, 1993 11.156.550.

3.4 Evaluasi Atas Program