32
dengan penelitian yang dilakukan Rahayujati et al 2006 yang menyatakan tidak terdapat hubungan signifikan secara statistik antara transfusi darah dan terjadinya
hepatitis B. Hadi 2002 mengatakan dengan percikan sedikit darah yang mengandung virus hepatitis B sudah dapat menularkan penyakit hepatitis B,
dengan demikian transfusi darah sangat beresiko terhadap penularan hepatitis B, walaupun demikian terdapat penyebab lain yang dapat menyebabkan terjadinya
infeksi hepatitis B karena ditemukannya semakin banyak laporan yang diterima tentang cara penularan virus hepatitis B. Sastri 2011 mengatakan bahwa untuk
mencegah penularan penyakit yang ditularkan melalui darah, Indonesia umumnya melakukan skrining terhadap HBV, HCV, HIV dan VDRL, bila hasil uji negatif
maka darah tersebut dianggap layak untuk di transfusikan.
5.4.5. Hubungan Jarum Suntik dengan Hepatitis B
Dari hasil penelitian saya berdasarkan hasil perhitungan Chi-Square Test diperoleh nilai p=0.01 p0.05, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hasil ini
memiliki makna adanya hubungan signifikan antara penggunaan jarum suntik bebas dengan terjadinya hepatitis B di RSUP. HAM Medan tahun 2012-2013. Hal
tersebut sama dengan penelitian Eryawati 2004 yang mengatakan bahwa terdapat hubungan signifikan antara penggunaan jarum suntik bebas dengan
HBsAg positif. Virus hepatitis B dapat masuk ke dalam tubuh kita melalui kulit seperti tertusuk jarum atau menggunakan jarum bebas yang tidak steril yang
terdapat virus hepatitis B Hadi, 2002. Cahyono 2014 Virus hepatitis B sangat mudah ditularkan melalui kulit seperti tertusuk jarum yang terkontaminasi virus
hepatitis B, sehingga terjadi luka pada kulit dan mudah terjadi infeksi virus hepatitis B.
5.4.6. Hubungan Alkohol dengan Hepatitis B
Dari hasil penelitian saya berdasarkan hasil perhitungan Chi-Square Test diperoleh nilah p=0.00 p0.05, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hasil ini
memiliki makna adanya hubungan yang sangat signifikan antara alkohol dengan hepatitis B di RSUP. HAM Medan tahun 2012-2013. Cahyono 2014, alkohol
Universitas Sumatera Utara
33
merupakan hepatotoksik sehingga dapat menurunkan fungsi hati dan akan mudah terjadinya infeksi virus hepatitis B dan sangat berkaitan erat dengan faktor
lainnya.
5.4.7. Hubungan Seks Bebas dengan Hepatitis B
Dari hasil penelitian saya berdasarkan hasil perhitungan Chi-Square Test diperoleh nilah p=0.00 p0.05, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hasil ini
memiliki makna adanya hubungan yang sangat signifikan antara seks bebas dengan terjadinya hepatitis B di RSUP. HAM Medan tahun 2012-2013. Hal ini
sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Eryawati 2004 yang mengatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara seks bebas dengan HBsAg
positif secara statistik. Cahyono 2014 menyatakan selaput lendir genitalia dapat menjadi pintu masuk virus hepatitis B, sehingga hubungan seksual menjadi
perantara masuknya virus hepatitis B dan penularan secara seksual lebih banyak terjadi dinegara dengan endemis infeksi hepatitis B rendah serta pada umumnya
para pengidap virus hepatitis B bersifat carrier dan tidak memperlihatkan keluhan sama sekali dan tidak menyadari bahwa dirinya terinfeksi virus hepatitis B.
5.4.8. Hubungan Tattoo dengan Hepatitis B