7
Penularan dapat juga terjadi melalui penggunaan alat cukur yang digunakan bersama, benda tajam yang telah digunakan pada orang yang sudah
terinfeksi virus hepatitis B. Cara penularan ini biasanya sering disebut dengan penularan perkutan. Sedangkan cara penularan yang non-perkutan diantaranya
ialah: melalui semen, cairan vagina yaitu kontak seksual dengan orang yang menderita hepatitis B, atau melalui saliva Hadi, 2002.
2.1.4. Patogenesis
Patogenesis terjadinya infeksi virus hepatitis B dapat dilihat dari gambar berikut:
Gambar 2.1. Patogenesis Hepatitis B Ganem dan Prince., 2004
Menurut Soemohardjo Soewignjo dan Stephanus Gunawan 2010, bila proses eliminasi virus berlangsung efisien maka infeksi HBV dapat di akhiri,
sedangkan bila proses tersebut kurang efisien maka terjadilah infeksi HBV yang menetap. Proses eliminasi HBV oleh respon imun yang tidak efisien dapat
disebabkan oleh faktor virus ataupun faktor penjamu.
Universitas Sumatera Utara
8
a. Faktor virus : terjadinya imunotoleransi terhadap produk HBV, hambatan terhadap CTL yang berfungsi melakukan lisis sel-sel terinfeksi, terjadinya
mutan HBV yang tidak memproduksi HBeAg, integrasi genom HBV dalam genom sel hati.
b. Faktor penjamu: faktor genetik, kurangnya produksi IFN, adanya antibodi terhadap antigen nukleokapsid, kelainan fungsi limfosit, respons
antiidiotipe, faktor kelamin atau hormonal.
2.1.5. Faktor-faktor Penyebab
Adapun beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang dapat terinfeksi virus hepatitis B adalah:
Menerima transfusi darah dari orang yang sudah terinfeksi HBV, pemakaian jarum suntik berulang yang tidak steril, bayi yang dilahirkan dengan riwayat ibu
menderita hepatitis B, riwayat penggunaan atau peminum alkohol, melakukan hubungan seks bebas, riwayat penggunaan atau menjalani tattoo, riwayat operasi
dan lain-lain.
2.1.6. Gejala Klinis
Hepatitis B menunjukkan gejala klinis yang bervariasi mulai dari asimtomatik, gagal hati fulminan, dan menjadi kronis. Sering berkembang
menjadi hepatitis kronis, sirosis hati, dan karsinoma. Gejala klinis ini dapat bervariasi tergantung pada usia mereka pada saat terinfeksi virus hepatitis B.
Gejala klinis muncul kurang dari 10 pada anak-anak di bawah usia 5 tahun, sementara pada orang dewasa sekitar 50-60 Kwon dan Chang, 2011.
Hepatitis B Akut : Manifestasi klinis infeksi HBV cenderung ringan. Apabila menimbulkan gejala hepatitis, gejalanya menyerupai hepatitis virus yang
lain tetapi dengan intensitas yang lebih berat. Gejala yang muncul seperti flu dengan malaise, lelah, anoreksia, mual dan muntah, timbul kuning atau ikterus,
dan pembesaran hati; dan berakhir setelah 6-8 minggu. Dari pemeriksaan laboratorium didapatkan peningkatan kadar ALT dan AST sebelum timbulnya
gejala klinis, yaitu 6-7 minggu setelah terinfeksi. Pada beberapa kasus dapat
Universitas Sumatera Utara
9
didahului gejala seperti serum sickness, yaitu nyeri sendi dan lesi pada kulit urtikaria, purpura, macula, dan makulopapular. Ikterus terdapat pada 25
penderita, biasanya mulai timbul saat 8 minggu setelah infeksi dan berlangsung selama 4 minggu Arief, 2012.
Hepatitis B Kronik adalah terdapatnya peningkatan kadar aminotransferase atau HBsAg dalam serum, minimal selama 6 bulan. Pada banyak kasus tidak
didapatkan keluhan maupun gejala dan pemeriksaan tes faal hati hasilnya normal. Pada sebagian lagi di dapatkan hepatomegali atau bahkan splenomegali atau
tanda-tanda penyakit hati kronis lainnya, misalnya eritema Palmaris dan spider nevi,
serta pada pemeriksaan laboratorium didapatkan kenaikan konsentrasi ALT walaupun hal itu tidak selalu di dapatkan. Pada umunya didapatkan konsentrasi
bilirubin yang normal. Konsentrasi albumin serum umumnya masih normal kecuali pada kasus-kasus yang parah. Pemeriksaan biopsi untuk pasien hepatitis B
kronik sangat penting terutama untuk pasien dengan HBeAg positif dengan konsentrasi ALT 2 x nilai normal tertinggi atau lebih Soemohardjo dan
Stephanus, 2010.
2.1.7. Diagnosis