Masa Inkubasi TINJAUAN PUSTAKA

a. Fase awal Pada awal infeksi, mungkin tidak akan ditemukan gejala dan tanda-tanda infeksi. Tapi kadang-kadang ditemukan gejala mirip flu seperti demam, sakit kepala, sakit tenggorokan, ruam dan pembengkakan kelenjar getah bening. Walaupun tidak mempunyai gejala infeksi, penderita HIVAIDS dapat menularkan virus kepada orang lain. b. Fase lanjut Penderita akan tetap bebas dari gejala infeksi selama 8 atau 9 tahun atau lebih. Tetapi seiring dengan perkembangan virus dan penghancuran sel imun tubuh, penderita HIVAIDS akan mulai memperlihatkan gejala yang kronis seperti pembesaran kelenjar getah bening sering merupakan gejala yang khas, diare, berat badan menurun, demam, batuk, dan pernafasan pendek. Gejala yang dapat ditimbulkan seperti demam, sakit tenggorokan, letargi, batuk, mialgia, keringat malam, keluhan GIT Gastrointestinal Tract berupa mual, muntah, sakit menelan, dan diare. c. Fase akhir Selama fase akhir dari HIV yang terjadi sekitar 10 tahun atau lebih setelah terinfeksi, gejala yang lebih berat mulai timbul dan infeksi tersebut akan berakhir pada penyakit yang disebut AIDS.

2.8 Masa Inkubasi

Masa inkubasi merupakan suatu waktu yang dihitung mulai dari seseorang terinfeksi HIV sampai kepada memberikan gejala. Gejala yang dapat ditimbulkan seperti demam, sakit tenggorokan, letargi, batuk, mialgia, keringat malam, keluhan GIT Gastrointestinal Tract berupa mual, muntah, sakit menelan, dan diare. Berdasarkan penelitian didapati bahwa masa inkubasi virus HIV ini sangat bervariasi yaitu antara 6 bulan sampai lebih dari 10 tahun, namun dikatakan bahwa masa inkubasi rata-rata adalah 5-10 tahun Sudoyo A.W. et.al., Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, 2009. Selama masa inkubasi, orang yang terinfeksi HIV disebut penderita HIV. Pada fase ini terdapat masa dimana virus HIV tidak dapat terdeteksi dengan pemeriksaan laboratorium kurang lebih 3 bulan sejak tertular virus HIV yang Universitas Sumatera Utara dikenal dengan “masa window periode”. Selama masa inkubasi penderita HIV sudah berpotensi untuk menularkan virus HIV kepada orang lain dengan berbagai cara sesuai pola transmisi virus HIV. Mengingat masa inkubasi yang relatif lama, dan penderita HIV tidak menunjukkan gejala-gejala sakit, maka sangat besar kemungkinan penularan terjadi pada fase inkubasi ini Sudoyo A.W. et.al., Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, 2009. Menurut Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam UI Universitas Indonesia membagi lagi manifestasi klinis penyakit HIVAIDS yaitu : 1. Infeksi Akut Pasien yang terinfeksi HIV sekitar 30-50 pasien akan memberikan gejala infeksi akut yang mirip dengan gejala infeksi mononucleosis. Gejala yang dapat ditimbulkan seperti demam, sakit tenggorokan, letargi, batuk, mialgia, keringat malam, keluhan GIT Gastrointestinal Tract berupa mual, muntah, sakit menelan, dan diare. 2. Infeksi Kronik Asimptomatik Fase akut akan diikuti fase kronik asimptomatik yang lamanya dapat bertahun-tahun. Walaupun tidak ada gejala, kita tetap dapat mengisolasi virus dari darah psien dan selama fase ini pasien juga infeksius. Selama fase ini tetap jelas bahwa aktivitas HIV tetap terjadi dan ini dibuktikan dengan menurunnya imunitas tubuh penderita dari waktu ke waktu. Kemungkinan sampai jumlah virus tertentu, tubuh masih dapat mengompensasi sistem imun. 3. PGL Pembengkakan Kelenjar Getah Bening Pada kebanyakan kasus, gejala pertama yang muncul adalah PGL. Hal ini menunjukkan adanya hiperaktivitas sel limfosit B dalam kelenjar limfe. Hal ini dapat persisten selama bertahun-tahun, dan pasien tetap merasa sehat. Terjadi progresivitas yang bertahap dari adanya hyperplasia folikel dalam kelenjar limfe saat timbulnya involusi dengan adanya invasi sel limfosit T. Hal ini merupakan suatu reaksi tubuh untuk menghancurkan sel dendritik folikuler yang terinfeksi HIV. Universitas Sumatera Utara 4. Gejala-gejala Akibat Penyakit Lain a Gejala yang disebabkan oleh hal-hal yang tidak langsung berhubungan dengan HIV, seperti : diare, demam lebih dari satu bulan, keringat malam, rasa lelah berlebihan, batuk kronik lebih dari satu bulan, dan penurunan berat badan 10 atau lebih. Apabila yang mencolok adalah penurunan berat badan, maka ini merupakan salah satu indikator penyakit AIDS, dan disebut sebagai slim disease, gejala ini paling banyak di Afrika. b Gejala yang langsung akibat HIV, misalnya : mielopati, neuropati perifer dan penyakit susunan saraf otak. Hampir 30 pasien dalam stadium akhir akan menderita AIDS dementia kompleks, yaitu menurun sampai menghilangnya daya ingat, gangguan fuingsi motorik dan fungsi kognitif, sehingga pasien sulit untuk berkomunikasi dan keterbatasan pergerakan. c Infeksi opportunistik dan neoplasma. Pada stadium kronik simptomatik ini sangat sedikit keluhan dan gejala yang benar-benar sebagai akibat langsung dari HIV. Akibat menurunnya daya tahan tubuh maka infeksi opportunistik masuk dan menambah berat penyakit yang diderita orang yang terinfeksi HIV Sudoyo A.W. et.al., Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, 2009. Karena masa inkubasi yang memiliki waktu yang relatif lama ini biasanya para penderita tidak menyadari bahwa dirinya telah terinfeksi HIV. Seperti yang telah dijelaskan sebelummnya, pada masa inkubasi ini penderita sangat berpotensi untuk meyebarkan ataupun sebagai reservoir pengakit ini. Hal inilah yang dapat menyebabkan tingginya penyebaran virus ini baik dari sektor manapun.

2.9 Diagnosis