99
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan diambil kesimpulan berikut: 1. Hasil pengujian secara serempak Uji F dengan metode Random Effects
Model REM menunjukkan bahwa Ukuran Perusahaan Firm Size, Return on Assets, Risiko Bisnis, Time Interest Earned, dan Pertumbuhan Aktiva
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Debt to Assests Ratio pada perusahaan property, realestate, dan konstruksi di Bursa Efek Indonesia
periode 2010-2013. 2. Hasil pengujian secara parsial Uji t dengan metode Random Effects Model
REM menunjukkan bahwa Ukuran Perusahaan Firm Size dan Risiko Bisnis berpengaruh singifikan terhadap Debt to Assets Ratio sedangkan
Return on Assets, Time Interest Earned, dan Pertumbuhan Aktiva tidak berpengaruh signifikan terhadap Debt to Assests Ratio pada perusahaan
property, realestate, dan konstruksi di Bursa Efek Indonesia periode 2010- 2013.
5.2 Saran
1. Bagi Perusahaan Sektor Property, Realestate, dan Konstruksi
Diharapkan agar menjaga berbagai faktor yang dapat mempengaruhi struktur modal terutama Ukuran Perusahaan Firm Size dan perusahaan lebih
menjaga kestabilan perusahaan dalam kegiatan perusahaan agar risiko bisnis
Universitas Sumatera Utara
100
yang dihadapi lebih kecil apabila terjadi kerugian dan lebih meningkatkan kinerja perusahaan agar tidak mengalami kerugian dan dapat memperoleh
pinjaman dana dari para investor atau Bank. 2. Bagi Investor
Bagi investor diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam mengambil keputusan dalam berinvestasi khususnya investasi pada
perusahaan-perusahaan sektor Property, Realestate, dan Konstruksi 3. Bagi Peneliti Lanjutan
Bagi Peneliti selanjutnya diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk melakukan pengembangan penelitian, khususnya penelitian
yang berkaitan dengan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi struktur modal.
Universitas Sumatera Utara
14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Struktur Modal 2.1.1 Pengertian Struktur Modal
Sawir 2004: 2 menyatakan bahwa struktur modal merupakan komposisi pendanaan parmanen perusahaan, yaitu bauran pendanaan jangka panjang
perusahaan. Struktur modal merupakan struktur keuangan dimana struktur keuangan mencerminkan kebijakan manajemen perusahaan dalam mendanai
aktivanya. selanjutnya Riyanto 2008: 4 keseluruhan aktivitas yang bersangkutan
dengan usaha untuk mendapatkan dana dan menggunakan atau mengalokasikan dana tersebut disebut pembelanjaan perusahaan. Perolehan dan penggunaan dana,
harus didasarkan pada pertimbangan efisiensi dan efektifitas. Adapun penggunaan dana harus dilakukan secara efisien artinya setiap rupiah dana yang tertanam
dalam aktiva harus dapat digunakan seefisien mungkin untuk dapat menghasilkan tingkat keuntungan investasi atau rentabilitas yang maksimal. Efisiensi
penggunaan dana secara langsung akan menentukan besar kecilnya tingkat keuntungan yang dihasilkan dari investasi tersebut atau rentabilitas. Sedangkan
penggunaan dana harus dilakukan secara efisien, artinya manajer keuangan harus mengusahakan agar perusahaan dapat memperoleh dana yang diperlukan dengan
biaya yang minimal dan syarat-syarat yang paling menguntungkan. Tujuan manajemen struktur modal kerja adalah menciptakan bauran
sumber dana permanen sedemikian rupa agar mampu memaksimalkan harga
Universitas Sumatera Utara
15
saham dan agar tujuan manejemen keuangan untuk memaksimalkan nilai perusahaan tercapai. Bauran pendanaan yang ideal dan selalu diupayakan
manajemen ini disebut sruktur modal optimal.
2.1.2 Teori Struktur Modal
Teori struktur modal adalah teori yang menjelaskan bahwa kebijakan pendanaan perusahaan dalam menentukan bauran antara hutang dan ekuitas yang
bertujuan untuk memaximumkan nilai perusahaan. Setiap keputusan pendanaan mengharuskan manajer keuangan untuk dapat mempertimbangkan manfaat dan
biaya dari sumber-sumber dana yang akan dipilih. Sumber pendanaan di dalam perusahaan dibagi kedalam dua kategori,
yaitu sumber pendanaan internal dan sumber pendanaan eksternal. Sumber pendanaan internal dapat diperoleh dari laba ditahan dan depresiasi aktiva tetap
sedangkan sumber pendanaan eksternal dapat diperoleh dari para kreditur yang disebut dengan hutang.
Teori struktur modal pertama kali dikemukakan oleh Modigliani dan Miller pada tahun 1958, yang selanjutnya disebut dengan teori MM. Teori MM
dibagi dalam dua bagian yaitu teori MM tanpa pajak dan teori MM dengan pajak. 1. Teori MM Tanpa Pajak
Dalam teori MM tanpa pajak dijelaskan bahwa struktur modal tidak mempengaruhi nilai perusahaan dengan memiliki beberapa asumsi, diantaranya:
a. Tidak terdapat Agency cost.
b. Tidak ada pajak
c. Investor dapat berhutang dengan suku bunga yang sama dengan perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
16
d. Investor mempunyai informasi yang sama dengan manajemen mengenai
prospek perusahaan dimasa depan. e.
Tidak ada biaya kebangkrutan. f.
Earning Before Interest and Taxes EBIT tidak dipengaruhi oleh penggunaan dari hutang.
g. Para investor adalah price-takers.
h. Jika terjadi kebangkrutan maka aset dapat dijual pada harga pasar.
Teori MM tanpa pajak dalam Syahyunan 2013: 60 menyatakan Teori MM tanpa pajak menyatakan dua preposisi yang dikenal sebagai preposisi MM
tanpa pajak yaitu: a.
Preposisi I Jika tidak ada pajak nilai perusahaan tidak tergantung pada struktur modal
menggunakan hutang atau tidak. Hal ini terjadi karena nilai perusahaan yang menggunakan hutang sama dengan perusahaan yang tidak menggunakan
hutang akibat kemungkinan munculnya proses arbitrase. Proses arbitrase muncul karena investor selalu lebih menyukai investasi yang memerlukan
dana yang lebih sedikit. b. Preposisi II
Penggunakan hutang tidak akan meningkatkan nilai perusahaan, karena keuntungan dari biaya hutang yang lebih kecil ditutup dengan naiknya biaya
modal sendiri yang diinginkan pemilik akibat meningkatnya risiko yang disebabkan meningkatnya penggunaan hutang.
Universitas Sumatera Utara
17
2. Teori MM Dengan Pajak Teori MM tanpa pajak dianggap tidak realistis karena kenyataannya
peraturan pemerintah mengharuskan pembayaran pajak bagi setiap perusahaan. Oleh sebab itu, pada tahun 1963, Teori MM menerbitkan lanjutan teori mengenai
adanya efek pajak Brigham dan Houston, 2006: 37. Dalam teori MM dengan pajak juga terdapat dua preposisi yaitu:
a. Preposisi I
Nilai perusahaan yang berhutang sama dengan nilai perusahaan yang tidak berhutang ditambah dengan penghematan pajak karena bunga hutang.
Implikasinya adalah pembiayaan dengan hutang sangat menguntungkan dan struktur modal optimal adalah penggunaan seratus persen hutang.
b. Preposisi II Biaya modal saham akan meningkat dengan semakin meningkatnya hutang,
tetapi penghematan pajak akan lebih besar dibandingkan dengan penurunan nilai karena kenaikan biaya modal saham. Implikasi teori tersebut adalah
sebaiknya perusahaan menggunakan hutang sebanyak-banyaknya.
2.1.3 Kebijakan Struktur Modal
Pada dasarnya, pendanaan melalui utang akan meningkatkan tingkat pengambalian yang diharapkan dari suatu investasi, tetapi disisi lain, pendanaan
melalui utang juga meningkatkan tingkat resiko atas investasi. Menurut Brigham dan Hoston 2006: 6 kebijakan struktur modal melibatkan adanya suatu
pertukaran antara resiko dan pengembalian:
Universitas Sumatera Utara
18
a. penggunaan lebih banyak utang akan meningkatkan resiko yang ditanggung oleh para pemengang saham,
b. namun penggunaan utang yang lebih besar biasanya akan menyebabkan terjadinya espektasi tingkat pengembalian atas ekuitas yang lebih tinggi.
Selanjutnya menurut Brigham dan Houston 2006: 101 seberapa jauh perusahaan menggunakan utang financial leverage akan memiliki 3 tiga
implikasi penting yaitu: a.
Dengan memperoleh dana melalui utang, para pemegang saham dapat mempertahankan kendali mereka atas perusahaan tersebut dengan sekaligus
membatasi investasi yang mereka berikan, b.
Kreditor akan melihat pada ekuitas, atau dana yang diperoleh sendiri, sebagai suatu batasan keamanan, sehingga semakin tinggi proporsi dari jumlah modal
yang diberikan pemegang saham, maka semakin kecil resiko yang dihadapi kreditor.
c. Jika perusahaan mendapatkan hasil dari investasi yang didanai dengan dana
hasil pinjaman lebih besar daripada bunga yang dibayarkan, maka pengembalian dari modal pemilik akan diperbesar, atau diungkit leverage.
2.1.4 Rasio Struktur Modal
Rasio yang digunakan untuk mengukur struktur modal adalah dengan menggunakan rasio leverage. Rasio leverage mencerminkan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang Rodoni
dan Ali, 2010: 123.
Universitas Sumatera Utara
19
Fakhrudin 2008: 109 menyatakan bahwa leverage merupakan jumlah utang yang digunakan untuk membiayai atau membeli aset-aset perusahaan.
Perusahaan yang memiliki utang lebih besar dari equity dikatakan sebagai perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi.
Menurut Sugiono dan Untung 2008: 64 rasio leverage bertujuan untuk menganalisa pembelanjaan yang dilakukan berupa komposisi hutang dan modal
serta kemampuan perusahaan untuk membayar bunga dan beban tetap lainnya. Rasio leverage terdiri dari debt ratio, financial ratio, fixed charge coverage ratio,
dan cash flow coverage. Dalam penelitian ini, struktur modal diukur dengan menggunakan Debt to
Assets Ratio DAR. Sawir 2004: 2 menyatakan bahwa leverage keuangan dapat diukur berdasarkan nilai buku yaitu dengan rasio nilai buku seluruh utang
terhadap total aktiva Debt to Asset Ratio. Pengukuran manfaat penggunaan utang atau analisis leverage
keuangan dapat dilakukan dengan memperbandingkan tingkat pengembalian aktiva Sawir, 2004:4.
Menurut Sugiono dan Untung 2008: 64 Debt to Assets Ratio merupakan perbandingan antara total hutang dan total aktiva. Para kreditur menginginkan
debt ratio yang rendah karena semakin tinggi rasio ini maka semakin besar risiko para kreditur. Debt to Assets Ratio dirumuskan sebagai berikut Sugiono dan
Untung, 2008: 64:
Universitas Sumatera Utara
20
2.2 Ukuran Perusahaan 2.2.1 Pengertian Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan menurut Riyanto 2008: 313 adalah besar kecilnya perusahaan dilihat dari besarnya nilai equity, nilai penjualan, atau nilai aktiva.
Menurut Sawir 2004: 101 ukuran perusahaan dinyatakan sebagai determinan dari struktur keuangan
Berdasarkan definisi tersebut maka dapat diketahui bahwa ukuran perusahaan adalah suatu skala yang menentukan besar kecilnya perusahaan yang
dapat dilihat dari nilai equity, nilai penjualan, jumlah karyawan dan nilai total aktiva yang merupakan variabel konteks yang mengukur tuntutan pelayanan atau
produk organisasi.
2.2.2 Klasifikasi Ukuran Perusahaan
Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 mengklasifikasikan ukuran perusahaan ke dalam kategori yaitu usaha mikro, usaha kecil, usaha menengah,
dan usaha besar. Pengklasifikasian ukuran perusahaan tersebut didasarkan pada total aset yang dimiliki dan total penjualan tahunan perusahaan tersebut.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tersebut mendefinisikan usaha mikro, usaha kecil, usaha menengah, dan usaha besar sebagai berikut:
1. Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan atau badan
usaha perorangan yang memiliki kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam undang-undang ini. Kriteria usaha menurut undang-undang ini
digolongkan berdasarkan jumlah asset dan omzet yang dimiliki oleh sebuah
Universitas Sumatera Utara
21
usaha. Untuk kriteria usaha mikro asset yang harus dimiliki maksimal 50 juta dan omzet maksimal yang dicapai 300 juta.
2. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud
dalam undang-undang ini. Kriteria usaha menurut undang-undang ini digolongkan berdasarkan jumlah asset dan omzet yang dimiliki oleh sebuah
usaha. Untuk kriteria usaha kecil asset yang harus dimiliki 50 juta sampai 500 juta dan omzet yang dicapai 300 juta sampai 2,5 miliar.
3. Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi
bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan
sebagaimana diatur dalam undang-undang ini. Kriteria usaha menurut undang-undang ini digolongkan berdasarkan jumlah asset dan omzet yang
dimiliki oleh sebuah usaha. Untuk kriteria usaha menengah asset yang harus dimiliki 500 juta sampai 10 miliar dan omzet yang dicapai 2,5 miliar sampai
50 miliar. 4.
Usaha besar adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh badan usaha dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih
Universitas Sumatera Utara
22
besar dari usaha menengah, yang meliputi usaha nasional milik negara atau swasta, usaha patungan dan usaha asing yang melakukan kegiatan ekonomi di
Indonesia.
2.2.3 Rasio Ukuran Perusahaan
Ukuran Perusahaan size bisa diukur dengan menggunakan total aktiva, penjualan, atau modal dari perusahaan tersebut. Salah satu tolak ukur yang
menunjukkan besar kecilnya perusahaan adalah ukuran aktiva dari perusahaan tersebut.
Menurut Riyanto 2008: 299, suatu perusahaan yang besar di mana sahamnya tersebar sangat luas, setiap perluasan modal saham hanya akan
mempunyai pengaruh kecil terhadap kemungkinan hilangnya atau tergesernya control dari pihak dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan. Sebaliknya
perusahaan yang kecil di mana sahamnya hanya tersebar di lingkungan kecil, penambahan jumlah saham akan mempunyai pengaruh yang besar terhadap
kemungkinan hilangnya kontrol pihak dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan.
Dengan demikian maka pada perusahaan yang besar di mana sahamnya tersebar sangat luas akan lebih berani mengeluarkan saham baru dalam memenuhi
kebutuhannya untuk membiayai pertumbuhan penjualan dibandingkan dengan perusahaan yang kecil.
Perusahaan yang lebih besar memiliki akses yang lebih besar untuk mendapat sumber pendanaan dari berbagai sumber sehingga untuk memperoleh
pinjaman dari kreditur pun akan lebih mudah karena perusahaan dengan ukuran
Universitas Sumatera Utara
23
besar memiliki profitabilitas lebih besar untuk memenangkan persaingan atau bertahan dalam industri. Pada sisi lain, perusahaan dengan skala kecil lebih
fleksibel dalam menghadapi ketidakpastian, karena perusahaan kecil lebih cepat bereaksi terhadap perubahan yang mendadak. Semakin besar ukuran suatu
perusahaan, maka kecenderungan menggunakan modal asing juga semakin besar. Untuk melakukan pengukuran terhadap ukuran perusahaan Jogiyanto
2007: 282 mengemukakan bahwa Ukuran aktiva digunakan untuk mengukur besarnya perusahaan, ukuran aktiva tersebut diukur sebagai logaritma dari total
aktiva. Sedangkan Prasetyantoko 2008: 257 menyatakan bahwa total asset dapat menggambarkan ukuran perusahaan, semakin besar aset biasanya
perusahaan tersebut makin besar. Berdasarkan uraian di atas, maka untuk menentukan ukuran perusahaan
digunakan ukuran aktiva. Ukuran aktiva tersebut diukur sebagai logaritma dari total aktiva. Logaritma digunakan untuk memperkecil aset tersebut yang sangat
besar dibanding variabel keuangan lainnya.
2.3 Profitabilitas 2.3.1 Pengertian Profitabilitas
Profitabilitas menurut Harahap 2007: 304 menyatakan bahwa profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui
semua kemampuan dan sumber daya yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya. Brigham Houston
2010: 149 berpendapat bahwa rasio profitabilitas adalah sekelompok rasio yang
Universitas Sumatera Utara
24
menunjukkan kombinasi dari pengaruh likuiditas, manajemen aset, dan utang pada hasil operasi.
Profitabilitas merupakan faktor yang seharusnya mendapat perhatian penting karena untuk dapat melangsungkan hidupnya, suatu perusahaan harus
berada dalam keadaan yang menguntungkan profitable. Tanpa adanya keuntungan profit, maka akan sulit bagi perusahaan untuk menarik modal dari
luar.
2.3.2 Rasio Profitabilitas
Menurut Kasmir 2009: 162, rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan atau laba dalam suatu
periode tertentu. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan.
Rasio profitabilitas bertujuan untuk mengukur efektivitas manajemen yang tercermin pada imbalan atas hasil investasi melalui kegiatan perusahaan atau
dengan kata lain mengukur kinerja perusahaan secara keseluruhan dan efisiensi dalam pengelolaan kewajiban dan modal Sugiono dan Untung, 2008: 70.
Rasio-rasio profitabilitas antara lain: Gross Profit Margin, Net Profit Margin, Cash Flow Margin, Return, Return on Assets, dan Return on Equity.
Rasio profitabilitas pada penelitian ini diukur dengan Return on asset ROA. Return on asset adalah perbandingan antara laba sebelum pajak dengan
total aktiva, atau dapat dikatakan perbandingan antara laba bersih dengan total aset. Semakin besar ROA semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai
oleh perusahaan dan semakin baik posisi perusahaan tersebut dari segi
Universitas Sumatera Utara
25
penggunaan aset. Begitu juga sebaliknya bila ROA kecil maka tingkat keuntungan yang dicapai oleh perusahaan akan kecil dan posisi perusahaan akan kurang baik.
Hanafi 2008: 42 menyatakan bahwa Return on Assets mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset yang
tertentu. Menurut Fahmi 2012: 98 Return on asset sering juga disebut sebagai return on investment, karena Return on Assets ini melihat sejauh mana investasi
yang telah ditanamkan mampu memberikan pengembalian keuntungan sesuai dengan yang diharapkan dan investasi tersebut sebenarnya sama dengan aset
perusahaan yang ditanamkan atau ditempatkan. Selanjutnya, Dendawijaya 2009: 118 menyatakan bahwa Return on Assets digunakan untuk mengukur
kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan laba secara keseluruhan. Menurut Sartono 2001: 35 menyatakan bahwa Return on Assets
mengukur kemampuan perusahaan laba bersih berdasarkan tingkat aset yang tertentu. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan efisiensi manajeman asset.
Menurut Rivai et al. 2013: 490 Return on Assets menunjukkan kemampuan dalam mengelola aset yang menghasilkan laba sebelum pajak.
Sehingga Return on Assets dihitung dengan rumus sebagai berikut:
2.4 Risiko Bisnis 2.4.1 Pengertian Risiko Bisnis
Risiko Bisnis akan mempersulit perusahaan dalam melaksanakan pendanaan eksternal, sehingga secara teori akan berpengaruh negatif terhadap
leverage perusahaan. Menurut Hanafi 2004: 329 risiko bisnis atau operating
Universitas Sumatera Utara
26
leverage bisa diartikan sebagai seberapa besar perusahaan menggunakan beban tetap operasional. Perusahaan yang menggunakan biaya tetap dalam proporsi
yang tinggi relatif terhadap biaya variabel dikatakan menggunakan operating leverage yang tinggi. Dengan kata lain, Degree of Operating Leverage DOL
untuk perusahaan tersebut tinggi. Perubahan penjualan yang kecil akan mengakibatkan perubahan pendapatan yang tinggi lebih sensitif. Jika perusahaan
mempunyai Degree of Operating Leverage DOL yang tinggi, tingkat penjualan yang tinggi akan menghasilkan pendapatan yang tinggi. Tetapi sebaliknya, jika
tingkat penjualan turun secara signifikan, perusahaan tersebut akan mengalami kerugian.
Adapun kegunaan dari operating leverage adalah leverage operasi dapat mengukur perubahan pendapatan atau penjualan terhadap keuntungan operasi
perusahaan. Dilihat dari kegunaan operating leverage, dapat disimpulkan bahwa perusahaan dapat mengetahui perubahan laba operasi sebagai akibat perubahan
penjualan, sehingga perusahaan dapat mengetahui keuntungan operasi perusahaan. Risiko bisnis merupakan kombinasi dari:
a. Sales risk: yaitu ketidakpastian penjualan perusahaan. b. Operating risk: yaitu ketidakpastian operating income yang disebabkan karena
ketidakpastian fixed cost operasional. Perusahaan yang menggunakan high leverage, sedikit saja perubahan
pada penjualan, akan memberikan dampak yang besar terhadap earning.
Universitas Sumatera Utara
27
2.4.2 Rasio Risiko Bisnis
Untuk mengukur risiko bisnis dalam penelitian ini menggunakan Degree of Operating Leverage DOL yaitu persentase perubahan Earning Before
Interest and Tax EBIT yang disebabkan oleh karena persentase perubahan penjualan. Jadi, apabila penjualan perusahaan volumenya kecil, maka DOL akan
tinggi. Dan seiring meningkatnya volume penjualan perusahaan, maka fixed cost tersebut menjadi kurang berarti sehingga DOL menjadi lebih kecil.
Risiko bisnis diukur dengan:
2.5 Time Interest Earned 2.5.1 Pengertian Time Interest Earned
Time interest earned merupakan perbandingan antara laba bersih sebelum bunga dan pajak dengan beban bunga dan merupakan rasio yang mencerminkan
besarnya jaminan keuangan untuk membayar bunga utang jangka panjang. Sawir 2008: 14 mengatakan bahwa rasio time interest earned juga disebut
dengan rasio penutupan coverage ratio, yang mengukur kemampuan pemenuhan kewajiban bunga tahunan dengan laba operasi EBIT dan mengukur sejauh mana
laba operasi boleh turun tanpa menyebabkan kegagalan dari pemenuhan kewajiban membayar bunga pinjaman.
2.5.2 Rasio Time Interest Earned
Menurut Sutrisno 2007: 217 Times interest earning ratio yang sering disebut coverage ratio merupakan rasio antara laba sebelum bunga dan pajak
dengan beban bunga. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan memenuhi
Universitas Sumatera Utara
28
beban tetapnya berupa bungan dengan laba yang diperolehnya, atau mengukur berapa kali besarnya laba bisa menutup beban bunganya. Untuk menghitung times
interest earning ratio bisa menggunakan rumus sebagai berikut:
2.6 Pertumbuhan Aktiva 2.6.1 Pengertian Aktiva
Menurut Munawir 2005:30 menyatakan bahwa aktiva adalah sarana atau sumber daya ekomomik yang dimiliki oleh suatu kesatuan usaha atau perusahaan
yang harga perolehannya atau nilai wajarnya harus diukur secara objektif. Menurut Suhayati dan Anggadini 2009: 12 menyatakan bahwa aktiva adalah
barang fisik berwujud atau hak tidak berwujud yang mempunyai nilai uang. Sedangkan menurut Somantri 2004: 19 menyatakan bahwa aktiva adalah harta
benda dan hak yang merupakan sumber daya yang dikuasi perusahaan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa aktiva adalah harta benda berwujud atau
hak tidak berwujud yang mempunyai nilai uang sebagai sumber daya yang dimiliki oleh suatu perusahaan.
2.6.2 Jenis-jenis Aktiva
Adapun jenis-jenis aktiva menurut Suhayati dan Anggadini 2009: 12 dibedakan menjadi :
1. Aktiva Lancar Current Asset merupakan akun-akun yang diharapkan dapat dicairkan menjadi uang kas atau dijual atau dihabiskan biasanya dalam jangka
waktu 1 tahun atau kurang, melalui operasi normal perusahaan. Disamping
Universitas Sumatera Utara
29
uang kas yang termasuk aktiva lancar seperti bank, piutang, persediaan barang dagang, sewa dibayar dimuka, dan lain sebagainya.
2. Aktiva Tetap Fixed Asset adalah aktiva berwujud yang digunakan dalam perusahaan yang sifatnya permanen atau relatife tetap yang meliputi
peralatan, mesin, kendaraan, bangunan, dan tanah. Menurut Munawir 2002: 14 menyatakan bahwa aktiva lancar adalah
uang kas dan aktiva lainnya yang dapat diharapkan untuk dicairkan atau ditukarkan menjadi uang tunai, dijual atau dikonsumsi dalam periode berikutnya,
paling lama satu tahun atau dalam perputaran kegiatan perusahaan yang normal. Selanjutnya aktiva tetap atau aktiva tidak lancar menurut Fransisko 2005:
10 menyatakan bahwa aktiva tetap adalah kekayaan yang dimiliki perusahaan yang secara fisik tampak dan turut berperan dalam operasi perusahaan secara
permanen, selain itu mempunyai umur ekonomis lebih dari satu periode dalam kegiatan perusahaan seperti tanah, gedung, mesin, peralatan kantor dan kendaraan.
Dari uraian diatas mengenai penggolongan aktiva dapat disimpukan bahwa aktiva lancar adalah aktiva yang dapat dicairkan menjadi uang kas atau dijual dan
dikonsumsi yang masa manfaatnya kurang dari satu tahun. Sedangkan terkait dengan aktiva tetap adalah aktiva yang berwujud dan secara fisik berperan dalam
kegiatan operasi perusahaan serta mempunyai masa ekonomis lebih dari satu tahun.
2.6.3 Rasio Pertumbuhan Aktiva
Menurut Bhaduri 2002: 200 menyatakan bahwa pertumbuhan adalah perubahan peningkatan atau penurunan total aktiva yang dimiliki oleh
Universitas Sumatera Utara
30
perusahaan. Pertumbuhan aktiva dihitung sebagai persentase perubahan total aktiva pada tahun tertentu terhadap tahun sebelumnya.
Sedangkan Menurut Margaretha 2003: 108 Total aktiva adalah total atau jumlah keseluruhan dari kekayaan perusahaan yang terdiri dari aktiva tetap, aktiva
lancar dan aktiva lain-lain, yang nilainya seimbang dengan total kewajiban dan ekuitas. Adapun rumus pertumbuhan asset adalah sebagai berikut :
Dimana: TA
t
= Total Aktiva Tahun Tertentu TA
t-1
= Total Aktiva Tahun Sebelumnya Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa total aktiva adalah jumlah
keseluruhan aktiva baik aktiva lancar maupun aktiva tetap yang digunakan untuk kegiatan operasi perusahaan, dimana perubahan baik peningkatan ataupun
penurunan aktiva merupakan cerminan perusahaan mengalami tingkat pertumbuhan.
2.7 Penelitian Terdahulu
Pada beberapa penelitian terdahulu menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan dari beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal.
Penelitian Firnanti 2011 menunjukkan bahwa profitabilitas, time interest earned, dan pertumbuhan perusahaan berpengaruh signifikan terhadap struktur modal
namun ukuran perusahaan dan risiko bisnis tidak berpengaruh signifikan. Pada penelitian Rachmawati 2012 menunjukkan bahwa profitabilitas dan leverage
operasi berpengaruh signifikan terhadap struktur modal, penelitian Margaretha
Universitas Sumatera Utara
31
dkk. 2014 menunjukkan bahwa profitabilitas dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap struktur modal, selanjutnya penelitian yang
dilakukan oleh Putri 2012 struktur aktiva dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap struktur modal sedangkan profitabilitas tidak berpengaruh
signifikan. Pada Tabel 2.1 berikut dapat dilihat ringkasan beberapa penelitian
terdahulu mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti
Judul Penelitian Variabel Penelitian
Hasil Penenlitian
1 Firnanti
2011 Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Struktur Modal
Perusahaan Manufaktur Di Bursa
Efek Indonesia Variabel Dependen :
Struktur Modal Variabel Independen:
Ukuran Perusahaan, Profitablitas, Risiko
Bisnis, Time Interest earned, Pertumbuhan
Aktiva Profitabilitas,
time interest, dan
pertumbuhan aktiva,
berpengaruh terhadap struktur modal.
Sedangkan ukuran perusahaan dan risiko
bisnis tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap struktur modal
2 Lia
Rachmawati 2012
Analisis Struktur Modal Dan Beberapa
Faktor Yang Mempengaruhinya
Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa
Efek Indonesia Variabel Dependen :
Struktur Modal Variabel Independen :
Ukuran Perusahaan, Kebijakan Deviden,
Tingkat Profitabilitas, Leverage Operasi,
Tingkat Pertumbuhan Perusahaan
Secara Simultan ukuran perusahaan, kebijakan
deviden, tingkat profitabilitas, dan
tingkat pertumbuhan berpengaruh signifikan
terhadap struktur modal. Sedangkan secara parsial
dari kelima variabel independen yang
mempunyai pengaruh positif signifikan
terhadap struktur modal adalah kebijakan
deviden, tingkat profitabilitas, dan
leverage
operasi, sedangkan yang tidak
berpengaruh signifikan adalah ukuran
perusahaan dan tingkat pertumbuhan perusahaan
Universitas Sumatera Utara
32
Lanjutan Tabel 2.1
No Nama
PenelitiTahun Judul Penelitian
Variabel Penelitian Hasil Penelitian
3 Margaretha dan
Ramadhan 2012
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Struktur Modal Perusahaan
Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia
Variabel Dependen : Capital Structure
Variabel Independen : Size, Tangibility,
Profitability, Liquidity, Growth, N0n-Debt Tax
Shield, Age, Investment. Size, Tangibility,
Profitability, Liquidity gorwth, dan age
berpengaruh terhadap Capital Structure,
sedangkan Non-Debt Tax Shield
dan Investment tidak
berpengaruh terhadap Capital Structure.
4 Meidera Elsa Dwi
Putri 2012
Pengaruh Profitabilitas, Struktur
Aktiva, Dan Ukuran Perusahaan
terhadap Struktur Modal pada
Perusahaan Manufaktur Sektor
Industri Makanan dan Minuman yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI
Variabel Dependen : Struktur Modal
Variabel Independen : Profitabilitas, Struktur
Aktiva, Dan Ukuran perusahaan.
Hasil penelitian ini adalah yang
berpengaruh positif dan signifikan
terhadap struktur modal adalah struktur
aktiva dan ukuran perusahaan.
Sedangkan yang berpengaruh positif
tapi tidak signifikan adalah prifitabilitas.
5 Pontoh and Ilat
2013 Determinant Capital
Structure and Profitability Impact
Study at Listed Company in
Indonesian Stock Exchange
Variabel Dependend : Capital Structure DER
DAR and Profitability ROE
ROA Variabel Independend :
Growth, Size, Tangibility, and DOL
The result showed the Growth have a not
significant positive on DER and not
significant negative on DAR, Size have a not
significant positive on DER and significant
negative on DAR, Tangibility have a not
significant negative on DER and not
significant positive on DAR, DOL have a
significant negative on DER and not
7significant negative on DAR. DER have a
significant negative on ROE
and not
significant negative on ROA, DAR have a not
significant positive on ROE and significant
negative impact on ROA.
Universitas Sumatera Utara
33
Lanjutan Tabel 2.1
No Nama
PenelitiTahun Judul Penelitian
Variabel Penelitian Hasil Penelitian
6 Shubiri 2010
Determinant of Capital Structure Choice: A
Case Study of Jordanian Industrial
Companies Variabel Dependend :
Capital Structure DAR Variabel Independend :
Firm Size, Asset Structure, Growth Rate,
Not Tax Shield, Degree of Leverage, ROA
Firm Size, Asset Structure, Growth
Rate, Not Tax Shield, Degree of Leverage
have a positive significant
relationship beetwin DAR, but ROA have a
negative significant relationship beetwen
DAR.
7 Nawaiseh 2015
Do Profitability and Size Affect Financial
Leverage of Jordanian Industrial Listed
Companies? Variabel Dependend :
Capital Structure DAR Variabel Independend :
Firm Size, ROA, ROE Firm Size have a
positive not significant impact on DAR, ROA
have a negative significant on DAR,
ROE have a positive not significant on
DAR
2.8 Kerangka Konseptual