13 makanan berkisar antara 50-80 mg hari yang ditemukan dalam buah-buahan dan
sayuran. Kelompok flavonoid termasuk di dalamnya flavon, flavan, flavonol, katekin dan antosianin. Perbedaan struktur dalam setiap anggota flavonoid
menghasilkan berbagai variasi jumlah dan subsitusi gugus hidroksil dan glikosilasi kelompok tersebut Silalahi, 2006.
Flavonoid menunjukkan manfaatnya bagi kesehatan melalui efeknya sebagai antioksidan fitokimia, yang berkaitan dengan gugus hidroksil fenolik yang
terikat pada strukturnya. Radical scavenging tampaknya berperan cukup dominan dalam aktivitas antioksidan senyawa flavonoid Winarsi, 2014.
Aglikon flavonoid adalah polifenol dan karena itu mempunyai sifat kimia senyawa fenol, yaitu bersifat agak asam sehingga dapat larut dalam basa. Karena
mempunyai sejumlah gugus hidroksil yang tak tersulih, atau suatu gula, flavonoid merupakan senyawa polar maka umumnya flavonoid larut dalam pelarut polar
seperti etanol, metanol, butanol, aseton, dimetil sulfoksida, dimetil formamida, air dan lain-lain. Adanya gula yang terikat pada flavonoid bentuk yang umum
ditemukan cenderung menyebabkan flavonoid lebih mudah larut dalam air dan dengan demikian campuran pelarut di atas dengan air merupakan pelarut yang
lebih baik untuk glikosida. Sebaliknya, aglikon yang kurang polar seperti isoflavon, flavonon, dan flavon serta flavonol yang termetoksilasi cenderung lebih
mudah larut dalam pelarut seperti eter dan kloroform Markham, 1988.
2.7 Penentuan Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH
Aktivitas antioksidan dapat dilakukan dengan DPPH, karena merupakan radikal bebas yang stsbil pada suhu kamar, dan banyak digunakan untuk
mengevaluasi aktivitas antioksidan dari senyawa atau ekstrak bahan alam.
Universitas Sumatera Utara
14 Interaksi antioksidan dengan DPPH baik secara transfer elektron atau radikal
hidrogen pada DPPH akan menetralkan radikal bebas dari DPPH dan membentuk DPPH tereduksi. Jika semua elektron pada radikal bebas pada DPPH menjadi
berpasangan, maka warna larutan berubah dari ungu menjadi kuning terang. Perubahan ini dapat diukur sesuai dengan jumlah elektron atau atom hidrogen
yang ditangkap oleh molekul DPPH akibat adanya zat antioksida Panjaitan, 2011.
Suatu senyawa menunjukkan efeknya sebagai antioksidan jika dapat menghambat reaksi peroksidasi lipid, yang secara in vitro dapat diketahui dari
besarnya IC
50
atau Inhibitor Concentration-50. Parameter yang dipakai untuk menunjukkan aktivitas antioksidan adalah harga konsentrasi efisiensi atau efficient
concentration EC
50
atau Inhibitory Concentration IC
50
yaitu konsentrasi suatu zat antioksidan yang dapat menyebabkan 50 DPPH kehilangan karakter radikal
atau konsentrasi suatu zat antioksidan yang memberikan persen peredaman sebesar 50. Zat yang mempunyai aktivitas antioksidan tinggi, akan
mempunyai harga EC
50
atau IC
50
yang rendah Molyneux, 2004. Aktivitas antioksidan tanaman yang didasarkan besarnya IC
50
, diklasifikasikan kedalam 3 kelompok yaitu tinggi IC
50
20 μgml, sedang 20 μgml IC
50
75 μgml, dan rendah IC
50
75 μgml. IC
50
juga didefinisikan sebagai bilangan yang menunjukkan konsentrasi ekstrak mikrogram mililiter
yang mampu menghambat 50 oksidasi. Semakin kecil nilai IC
50
semakin tinggi aktivitas antioksidannya. Suatu senyawa dikatakan sebagai antioksidan sangat
kuat jika nilai IC
50
50 μgml, kuat 50-100 μgml, sedang 100-150 μgml, dan lemah 151-
200 μgml. Kekuatan ini dianalisis dengan metode DPPH 1,1-
Universitas Sumatera Utara
15 diphenil-2-picrylhydrazil radical
, manfaat antioksidan diperoleh dari minuman teh herbal yang berasal dari daun, rimpang, daging buah, bunga dan kulit kayu
Winarsi, 2014.
2.8 Spektrofotometer Visibel