Teori kompleksometri Magnesium Hidroksida

8

2.4 Magnesium Hidroksida

Rumus Molekul : MgOH 2 Berat Molekul : 78,00 Magnesium hidroksida yang telah dikeringkan pada suhu 105 selama 2 jam mengandung tidak kurang dari 95,0 dan tidak lebih dari 100,5 MgOH 2 Ditjen POM, 1995.

2.4.1. Teori kompleksometri

Reaksi pembentukan kompleks dianggap sebagai reaksi asam-basa Lewis dengan ligan bekerja sebagai basa dengan memberikan sepasang elektron kepada kation yang merupakan suatu asam Day dan Underwood, 1981. Ligan dari kata Latin ligare, yang berarti “mengikat”. Atom pada ligan yang memberikan pasangan elektron pada ion logam dinamakan atom donor sedangkan ion logamnya disebut akseptor. Ligan dalam kompleks dapat berupa anion atau molekul netral yang mengandung sebuah atom atau lebih dengan paling sedikit mempunyai sepasang elektron yang dapat diberikan pada ion logam Brady, 1999. Ligan diklasifikasikan atas dasar banyaknya titik lekat kepada ion logam. Ligan monodentat, yaitu ligan itu terikat pada ion logam hanya pada satu titik oleh penyumbangan satu pasangan elektron menyendiri kepada logam. Ligan multidentat mengandung lebih dari dua atom koordinasi per molekul, misalnya asam 1,2-diaminoetanatetraasetat EDTA yang mempunyai dua atom nitrogen penyumbang dan empat atom oksigen penyumbang dalam molekul yang merupakan heksadentat Basset, dkk., 1991. 9 Schwarzenbach menyatakan bahwa ion asetat mampu membentuk kompleks-kompleks asetat yang rendah kestabilannya dengan hampir semua kation polivalen dan sifat ini diperkuat dengan efek sepit, maka kompleks- kompleks yang jauh lebih kuat akan terbentuk oleh kation ion logam. Ia menemukan asam-asam aminopolikarboksilat merupakan zat-zat pengkompleks yang baik Basset, dkk., 1991. Berbagai nama trivial nama khusus digunakan untuk asam etilenadiaminatetraasetat dan garam natriumnya meliputi: Trilon B, Komplekson III, Sekuestrena, Versena, dan Khelaton 3 Basset, dkk., 1991. EDTA mendapat aplikasi umum yang paling luas dalam analisis karena aksi mengkompleksnya yang sangat kuat dan tersedia secara komersial Basset, dkk., 1991. Dalam perdagangan yang sering digunakan bentuk garamnya yaitu dinatrium edetat dengan struktur kimia dibawah ini. Struktur ruang anionnya yang mempunyai enam atom penyumbang memungkinkan untuk memenuhi bilangan koordinasi enam yang sering dijumpai diantara ion-ion logam. Kompleks-kompleks yang dihasilkan mempunyai struktur serupa, tetapi berbeda satu sama lain dalam hal muatan 10 CO 2 ̶ O CH 2 CO CH 2 O N CH 2 M CH 2 O N yang dibawa. Satu struktur kompleks dengan suatu ion divalen dapat dilihat pada gambar berikut ini. CO CH 2 O CH 2 CO Basset, dkk., 1991. Untuk menyerdehanakan pembahasan berikut, EDTA diberi rumus H 4 Y; maka garam dinatriumnya adalah Na 2 H 2 Y, dan memberi ion pembentuk kompleks H 4 Y 2- dalam larutan air; ia bereaksi dengan semua logam dalam rasio 1:1. Reaksi dengan kation dapat ditulis sebagai: M 2+ + H 2 Y 2- ↔ MY 2- + 2H + 1 M 3+ + H 2 Y 2- ↔ MY - + 2H + 2 M 4+ + H 2 Y 2- ↔ MY + 2H + 3 Rumus Umum: M n+ + H 2 Y 2- ↔ MY n-4+ + 2H + 4 Basset, dkk., 1991. Dalam semua kasus satu mol H 2 Y 2- yang membentuk kompleks akan bereaksi dengan satu mol ion logam, dan selalu terbentuk dua mol ion hidrogen. Nampak dari persamaan 4 bahwa disosiasi kompleks akan ditentukan oleh pH larutan; menurunkan pH akan mengurangi kestabilan kompleks logam-EDTA. Semakin stabil kompleks, semakin rendah pH pada 11 mana suatu titrasi EDTA dari ion logam bersangkutan dapat dilaksanakan Basset, dkk., 1991. Tabel di bawah ini menunjukkan nilai pH minimum untuk eksistensi kompleks EDTA dari beberapa logam pilihan. pH Minimum Adanya Kompleks Logam Pilihan 1 – 3 4 – 6 8 – 10 Zr 4+ ; Hf 4+ ; Th 4+ ; Bi 3+ ; Fe 3+ Pb 2+ ; Cu 2+ ; Zn 2+ ; Co 2+ ; Ni 2+ ; Mn 2+ ; Fe 2+ ; Al 3+ ; Cd 2+ ; Sn 2+ Ca 2+ ; Sr 2+ ; Ba 2+ ; Mg 2+ Jadi terlihat bahwa pada umumnya kompleks EDTA dengan ion logam divalen stabil dalam larutan basa atau sedikit asam, sementara kompleks dengan ion logam tri dan tetravalen terjadi dalam larutan-larutan dengan keasaman yang jauh lebih tinggi Basset, dkk., 1991.

2.4.2 Metode kompleksometri 1. Titrasi langsung