Skala Work-family conflict Skala IPC Internality Powerful-others Chance

28

D. Metode dan Alat Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data dengan menggunakan skala. Penggunaan skala merupakan metode untuk mendapatkan jawaban subjektif dari subjek dengan menempatkan respon pada titik-titik yang kontinum Azwar, 2010. Stimulus diberikan dalam bentuk pernyataan-pernyataan. Skala yang akan diberikan di dalam penelitian ini merupakan skala Likert, yang menyediakan respon yang kontinum dari respon negatif sampai dengan respon positif. Penelitian ini menggunakan dua skala psikologis, yaitu skala work-family conflict dan skala IPC Internality Powerful-others Chance.

1. Skala Work-family conflict

Pengambilan data work family conflict dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan skala work family conflict yang disusun oleh peneliti berdasarkan berdasarkan konsep Greenhaus dan Beutell 1985 yaitu time-based conflict, strain-based conflict, dan behavior-based conflict. Model Skala work family conflict ini menggunakan skala Likert. Item terdiri dari pernyataan dengan lima pilihan jawaban yaitu : SS Sangat setuju, S Setuju, N Netral, TS Tidak Setuju, dan STS Sangat Tidak Setuju. Skala disajikan dalam bentuk pernyataan favourable mendukung atau unfavourable tidak mendukung. Nilai setiap pilihan bergerak dari 1 sampai 5. Bobot penilaian untuk pernyataan favourable adalah SS = 5, S = 4, N=3, TS = 2, dan STS = 1. Sedangkan bobot penilaian untuk pernyataan unfavourable adalah SS =1, S = 2, N= 3, TS = 4, dan STS = 5. Semakin tinggi skor skala work-family conflict, maka semakin tinggi work- family conflict yang dialami seorang karyawan. Sebaliknya, semakin rendah skor Universitas Sumatera Utara 29 skala work-family conflict, maka semakin rendah work-family conflict yang dialami karyawan. Tabel 1. Blue Print Skala Work Family Conflict No Aspek Favourable Unfavourable 1 Time based conflict 1,6,12,17,20 5,10,16,24,30 2 Strain based conflict 2,8,14,23,26 3,9,13,19,27 3 Behavior based conflict 4,7,15,22,28 11,18,21,25,29 Total 15 15

2. Skala IPC Internality Powerful-others Chance

Pengambilan data locus of control dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan skala IPC Internality Powerful-others Chance yang dikembangkan oleh Levenson pada tahun 1972. Adapun indikator dari Skala IPC Internality Powerful-others Chance ini disusun berdasarkan aspek-aspek locus of control yang terdiri dari internality keyakinan seseorang bahwa kejadian- kejadian dalam hidupnya ditentukan oleh kemampuannya sendiri, powerful- others keyakinan seseorang bahwa kejadian-kejadian dalam hidupnya ditentukan terutama oleh orang lain yang berkuasa, dan chance keyakinan seseorang bahwa kejadian-kejadian dalam hidupnya ditentukan terutama oleh nasib, peluang, dan keberuntungan. Skala IPC Internality Powerful-others Chance merupakan skala yang terdiri dari 24 aitem yang memuat pernyataan favourable. Model Skala IPC Internality Powerful-others Chance ini menggunakan skala Likert. Item terdiri dari pernyataan dengan lima pilihan jawaban yaitu : SS Sangat setuju, S Setuju, N Netral, TS Tidak Setuju, dan STS Sangat Tidak Setuju. Bobot penilaian untuk pernyataan favourable adalah SS = 5, S = 4, N=3, TS = 2, dan STS = 1. Universitas Sumatera Utara 30 Interpretasi atas hasil pengukuran skala IPC Internality Powerful-others Chance ini adalah dengan cara memasukkan skor indikator internality ke dalam orientasi locus of control internal, sedangkan skor indikator powerful-others dan chance dimasukkan ke dalam orientasi locus of control eksternal. Selanjutnya untuk melakukan kategorisasi kelompok locus of control internal dan locus of control eksternal dilakukan dengan menggunakan kategorisasi standar error pengukuran standard error of measurement. Tabel 2. Blue Print Skala IPC Internality Powerful-others Chance No. Indikator Nomor aitem 1. Internality 1,4,5,9,18,19,21,23. 2. Powerful-others 3,8,11,13,15,17,20,22. 3. Chance 2,6,7,10,12,14,16,24. Total aitem 24

E. Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur 1. Uji Validitas

Validitas menunjukkan sejauh mana sebuah alat ukur mampu menjalankan fungsi ukurnya Azwar, 2010. Suatu alat ukur dikatakan valid jika hasil pengukurannya sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut Azwar, 2003. Validitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu validitas isi content validity. Validitas isi atau content validity, yaitu sejauh mana alat tes yang digunakan dilihat dari segi isi adalah benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur Hadi, 2000. Validitas isi dalam penelitian ini diperoleh dengan bertanya kepada Universitas Sumatera Utara 31 professional judgement, pendapat profesional diperoleh dengan cara berdiskusi dengan dosen pembimbing. Setelah melakukan validitas isi kemudian dilanjutkan dengan melakukan uji daya diskriminasi aitem. Uji daya diskriminasi aitem dilakukan untuk melihat sejauh mana aitem mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki atribut dengan yang tidak memiliki atribut yang diukur. Prinsip kerja yang dijadikan dasar untuk melakukan seleksi aitem dalam hal ini adalah memilih aitem-aitem yang fungsi ukurnya selaras atau sesuai dengan fungsi ukur tes. Artinya memilih aitem yang mengukur hal yang sama dengan yang diukur oleh skala sebagai keseluruhan Azwar, 2012. Pengujian daya diskriminasi aitem dilakukan dengan komputasi koefisien korelasi antara distribusi skor aitem dengan suatu kriteria yang relevan yaitu distribusi skor skala itu sendiri. Komputasi ini menghasilkan koefisien korelasi aitem total yang dikenal pula dengan sebutan parameter daya beda aitem. Semakin tinggi koefisien korelasi positif antara skor aitem dengan skor skala berarti semakin tinggi konsistensi antara aitem tersebut dengan skala secara keseluruhan yang berarti semakin tinggi daya diskriminasinya. Bila koefisien korelasinya rendah mendekati nol berarti fungsi aitem tersebut tidak cocok dengan fungsi ukur skala dan daya disriminasinya tidak baik. Prosedur pengujian ini menggunakan taraf signifikansi 5 p 0,05. Untuk kriteria digunakan batasan . ≥ 0,30. Semua aitem yang mencapai koefesien korelasi minimal 0,30 maka daya diskriminasinya dianggap memuaskan. Sedangkan aitem yang memiliki koefisien korelasi kurang dari 0,30 maka daya diskriminasinya rendah Azwar, Universitas Sumatera Utara 32 2012. Penghitungan daya diskriminasi aitem dalam uji coba ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS 15.0 for windows.

2. Uji Reliabilitas