commit to user 4
mengenai efek antipiretik ekstrak herba meniran tersebut agar dapat diperoleh informasi ilmiah yang bermanfaat.
B. Rumusan Masalah
Adakah efek antipiretik ekstrak Herba Meniran
Phylla nthus niruri
L
.
terhadap tikus putih
Ra ttus norvegicus
dengan demam yang diinduksi vaksin DPT?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya efek antipiretik ekstrak Herba Meniran
Phylla nthus niruri
L. terhadap tikus putih
Rattus norvegicus
dengan demam yang diinduksi vaksin DPT.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritik:
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai efek antipiretik ekstrak Herba Meniran terhadap tikus putih
dengan demam yang diinduksi vaksin DPT serta dapat berguna sebagai bahan acuan untuk penelitian lebih lanjut.
2. Manfaat Aplikatif:
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dasar penelitian uji praklinis dan untuk menggali potensi serta aktivitas meniran sebagai
antipiretik
commit to user 5
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Demam
Di dalam tubuh, panas dihasilkan oleh gerakan otot, asimilasi makanan dan oleh semua proses vital yang berperan dalam tingkat
metabolisme basal. Panas dikeluarkan dari tubuh melalui radiasi, konduksi dan penguapan air di saluran napas dan kulit. Keseimbangan
antara pembentukan dan pengeluaran panas menentukan suhu tubuh Åstrand
et a l.,
2003; Ganong, 2008.
Suhu tubuh normal manusia umumnya berkisar 36,5 C-37,2
C. Berbagai bagian tubuh memiliki suhu yang berlainan, dan besar
perbedaan suhu antara bagian-bagian tubuh dengan suhu lingkungan bervariasi. Suhu rektum dapat mencerminkan suhu pusat tubuh
score temperature
dan merupakan bagian tubuh yang paling sedikit dipengaruhi oleh perubahan suhu lingkungan. Suhu oral pada keadaan
normal 0,5 C lebih rendah daripada suhu rektum, tetapi suhu ini
dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk makananminuman panas atau dingin, mengunyah permen karet, merokok dan bernapas melalui mulut
Davey, 2005; Ganong, 2008.
Suhu pusat tubuh manusia mengalami fluktuasi sirkadian teratur sebesar 0,5-0,7
C. Pada individu yang tidur pada malam hari dan terjaga
commit to user 6
pada siang hari walaupun bertirah baring di rumah sakit, suhu paling rendah pada jam 6 pagi dan tertinggi pada malam hari. Suhu paling
rendah saat tidur, sedikit lebih tinggi pada keadaan terjaga tetapi santai, dan meningkat seiring dengan aktifitas. Selain itu, pada perempuan
terdapat siklus variasi suhu bulanan yang ditandai dengan peningkatan
suhu basal pada saat ovulasi Ganong, 2008.
Demam didefinisikan sebagai suatu bentuk sistem pertahanan nonspesifik yang menyebabkan perubahan mekanisme pengaturan suhu
tubuh yang mengakibatkan kenaikan suhu tubuh di atas variasi sirkadian yang normal sebagai akibat dari perubahan pusat termoregulasi yang
terletak dalam hipotalamus anterior. Suhu tubuh normal dapat dipertahankan pada perubahan suhu lingkungan, karena adanya
kemampuan pada pusat termoregulasi untuk mengatur keseimbangan antara panas yang diproduksi oleh jaringan, khususnya oleh otot dan
hepar, dengan panas yang hilang. Mekanisme kehilangan panas yang penting adalah vasodilatasi dan berkeringat. Berkeringat terutama
menonjol saat demam mulai turun Dinarello dan Gelfrand, 2001;
Wilmana dan Gan, 2007; Ganong, 2008.
Demam perlu dibedakan dengan hiperpireksia, di mana batasan demam adalah suhu tubuh seseorang dalam keadaan istirahat berada di
atas 37,2 C dengan pengukuran suhu oral, sedangkan hiperpireksia
adalah suatu keadaan kenaikan suhu tubuh mulai 41,2°C atau lebih
Nelwan, 2007.
commit to user 7
Banyak mekanisme patogenik yang kompleks yang dihubungkan dengan sebab terjadinya demam. Pirogen merupakan substansi yang
menyebabkan demam dan berasal baik dari eksogen maupun endogen. Pirogen eksogen berasal dari luar hospes, sementara pirogen endogen
diproduksi oleh hospes. Pirogen endogen umumnya diproduksi sebagai respon terhadap stimulan awal yang biasanya timbul oleh karena infeksi
atau inflamasi. Penyebab eksogen demam antara lain bakteri, jamur, virus, dan produk-produk yang dihasilkan oleh agen-agen tersebut misal
endotoksin, serta kerusakan jaringan oleh sebab apapun misalnya trauma, cedera atau tergencet. Selanjutnya faktor-faktor imunologik
seperti kompleks imun dan limfokin menimbulkan demam. Seluruh substansi di atas menyebabkan sel-sel fagosit mononuklear monosit,
makrofag jaringan atau sel Kupffer membuat sitokin yang bekerja sebagai pirogen endogen, suatu protein kecil yang mirip interleukin, yang
merupakan suatu mediator proses imum antar sel yang penting. Sitokin- sitokin tersebut dihasilkan secara sistemik ataupun lokal dan berhasil
memasuki sirkulasi. Interleukin-1, interleukin-6, tumor necrosis factor α
dan interferon α, interferon β serta interferon γ merupakan sitokin yang
berperan terhadap proses terjadinya demam. Sitokin-sitokin tersebut juga diproduksi oleh sel-sel di Susunan Saraf Pusat SSP dan kemudian
bekerja pada daerah preoptik hipotalamus anterior. Sitokin akan memicu pelepasan asam arakidonat dari membran fosfolipid dengan bantuan
enzim fosfolipase A2. Asam arakidonat selanjutnya diubah menjadi
commit to user 8
prostaglandin karena peran dari enzim siklooksigenase COX, atau disebut juga PGH sintase dan menyebabkan demam pada tingkat pusat
termoregulasi di hipotalamus Dinarello dan Gelfrand, 2001; Fox, 2002;
Wilmana dan Gan, 2007; Ganong, 2008; Juliana, 2008; Sherwood, 2010.
Enzim siklooksigenase terdapat dalam dua bentuk isoform, yaitu siklooksigenase-1 COX-1 dan siklooksigenase-2 COX-2. Kedua
isoform berbeda distribusinya pada jaringan dan juga memiliki fungsi regulasi yang berbeda. COX-1 merupakan enzim konstitutif yang
mengkatalisis pembentukan prostanoid regulatoris pada berbagai jaringan, terutama pada selaput lendir traktus gastrointestinal, ginjal,
platelet dan epitel pembuluh darah. Sedangkan COX-2 tidak konstitutif tetapi dapat diinduksi, antara lain bila ada stimuli radang, mitogenesis
atau onkogenesis. Setelah stimulasi tersebut lalu terbentuk prostanoid yang merupakan mediator nyeri dan radang. Penemuan ini mengarah
kepada hipotesis,
bahwa COX-1
mengkatalisis pembentukan
prostaglandin yang bertanggung jawab menjalankan fungsi-fungsi regulasi fisiologis, sedangkan COX-2 mengkatalisis pembentukan
prostaglandin yang menyebabkan radang. Sehubungan dengan hipotesis tersebut maka toksisitas obat AINS pada saluran gastrointestinal
disebabkan oleh hambatan tidak selektif obat tersebut terhadap aktifitas COX-1 dan COX-2, khususnya COX-1 Dachlan et al., 2001; Davey,
2005.
commit to user 9
Prostaglandin E
2
PGE
2
adalah salah satu jenis prostaglandin yang menyebabkan demam. Hipotalamus anterior mengandung banyak neuron
termosensitif. Area ini juga kaya dengan serotonin dan norepineprin yang memerantarai terjadinya demam, pirogen endogen meningkatkan
konsentrasi mediator tersebut. Selanjutnya kedua monoamina ini akan meningkatkan adenosin monofosfat siklik cAMP dan prostaglandin di
susunan saraf pusat sehingga suhu termostat meningkat dan tubuh menjadi panas untuk menyesuaikan dengan suhu termostat Dinarello
dan Gelfrand, 2001; Fox, 2002; Wilmana dan Gan, 2007; Ganong, 2008;
Juliana, 2008; Sherwood, 2010.
Manfaat demam bagi organisme masih belum diketahui secara pasti. Demam mungkin bermanfaat karena timbul dan menetap sebagai
respons terhadap infeksi dan penyakit lain. Banyak mikroorganisme tumbuh subur dalam rentang suhu relatif sempit, dan peningkatan suhu
akan menghambat pertumbuhannya. Selain itu, pembentukan antibodi dan aktifitas sel-sel fagosit meningkat jika suhu tubuh meningkat.
Terdapat bukti-bukti
bahwa demam
karena infeksi
bersifat menguntungkan, karena meningkatkan efek interferon dan merangsang
mobilitas leukosit serta aktivitas bakterisidal. Peningkatan suhu tubuh juga dapat menyebabkan hepar dan limpa mengeliminasi besi sehingga
kadar besi dalam darah menurun Ganong, 2008; Juliana, 2008; Shier,
2009.
commit to user 10
Penurunan kadar besi dalam darah dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangbiakkan bakteri dan jamur sehingga menjadi lebih
lambat bahkan berhenti. Hal itu terjadi karena pada suhu yang lebih tinggi bakteri dan jamur membutuhkan lebih banyak besi. Selain itu
penurunan kadar besi tersebut juga dapat meningkatkan aktivitas neutrofil dan produksi interferon Dinarello dan Gelfrand, 2001; Fox,
2002; Wilmana dan Gan, 2007; Ganong, 2008.
Menurut Nelwan 2007, terdapat beberapa tipe demam yang
mungkin dijumpai, antara lain:
a. Demam septik
Pada tipe demam septik, suhu tubuh berangsur naik ke tingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali ke tingkat di
atas normal pada pagi hari. Demam sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ke
tingkat yang normal dinamakan juga demam hektik. b.
Demam remiten Pada tipe demam remiten, suhu tubuh dapat turun setiap hari
tetapi tidak pernah mencapai suhu tubuh normal. Perbedaan suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar
perbedaan suhu yang dicatat pada demam septik. c.
Demam intermiten Pada tipe demam intermiten, suhu tubuh turun ke tingkat yang
normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam seperti ini
commit to user 11
terjadi setiap dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari bebas demam di antara dua serangan demam disebut kuartana.
d. Demam kontinyu
Pada tipe demam kontinyu variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat.
e. Demam siklik
Pada tipe demam siklik terjadi kenaikan suhu tubuh selama beberapa hari yang diikuti oleh periode bebas demam untuk
beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.
2. Vaksin DPT
Vaksin DPT terdiri atas kuman difteri yang dilemahkan atau toksoid difteri
a lumprecipitated toxoid
, toksoid tetanus dan vaksin pertusis dengan menggunakan fraksi sel selular yang berisi komponen
spesifik dari
Bordettella pertusis
Tumbelaka dan Hadinegoro, 2005; Hay
et a l.
, 2009. Dosis yang diberikan adalah 0,5 ml intramuskular tiap kali
pemberian pada umur 2, 4 dan 6 bulan sebagai imunisasi dasar. Reaksi yang mungkin terjadi biasanya demam ringan, pembengkakan,
kemerahan dan nyeri di tempat suntikan selama 1-2 hari. Efek samping dapat berupa demam tinggi, kejang dan abses. Kontraindikasi
pemberian vaksin adalah panas yang lebih dari 38 C, riwayat kejang
serta reaksi berlebihan setelah imunisasi DPT sebelumnya misalnya suhu
commit to user 12
tinggi dengan kejang, penurunan kesadaran, syok atau reaksi anafilaktik lainnya Isbagio
et a l
., 2004; Rampengan, 2007; DiPiro
et a l.
, 2008; Hay
et a l.
, 2009. Vaksin DPT yang memiliki efek samping demam terutama vaksin
DPT dengan fraksi seluler
Bordettella pertusis,
bukan vaksin DPaT yang mengandung fraksi aseluler kuman tersebut. Fraksi seluler
Bordettella pertusis
diduga berperan sebagai pirogen eksogen terhadap tubuh sehingga menyebabkan tubuh menjadi demam karena terjadi mekanisme
pembentukan antibodi terhadap kuman dalam vaksin DPT Hay
et a l.
, 2009.
3. Antipiretik
Obat analgetik antipiretik serta obat Antiinflamasi Non Steroid AINS merupakan suatu kelompok obat yang heterogen secara kimia
dan memiliki banyak persamaan dalam efek terapi maupun efek samping. Prototip obat golongan ini disebut juga sebagai obat mirip
aspirin aspirin-like drugs Wilmana dan Gan, 2007.
Antipiretik adalah obat yang menekan suhu tubuh pada keadaan demam. Semua analgetik perifer memiliki kerja antipiretik, yaitu
menurunkan suhu tubuh pada keadaan demam, maka disebut pula
analgetik antipiretik.
Khasiat antipiretik
ditentukan berdasar
rangsangannya terhadap pusat pengaturan panas di hipotalamus yang
mengakibatkan vasodilatasi perifer di kulit, ditandai dengan
commit to user 13
bertambahnya pengeluaran kalor disertai keluarnya banyak keringat Tjay dan Rahardja, 2002.
Obat AINS terdiri atas golongan asam karboksilat dan asam enolat. Asam karboksilat terbagi atas asam asetat, derivat asam salisilat, derivat
asam propionat dan derivat asam fenamat. Sedangkan asam enolat terdiri
atas derivat pirazolon dan oksisikam Wilmana dan Gan, 2007.
Obat analgesik-antipiretik yang biasa dipakai terdiri atas empat golongan yaitu golongan salisilat aspirin, asetosal, golongan
paraaminofenol parasetamol, golongan pirazolon metamizol, dan golongan asam asam-mefenamat. Sebagai antipiretik, obat mirip
aspirin akan menurunkan suhu tubuh hanya dalam keadaan demam. Walaupun kebanyakan obat ini memperlihatkan efek antipiretik
In vitro
, tidak semuanya berguna sebagai antipiretik karena bersifat toksik bila
digunakan secara rutin atau terlalu lama Wilmana dan Gan, 2007.
Parasetamol atau asetaminofen
N-a cetyl-p-a minophenol
, APAP pertama kali digunakan secara klinis sebagai analgesik penghilang nyeri
atau rasa sakit dan antipiretik penurun suhu pada demam di Amerika Serikat pada tahun 1950. Parasetamol relatif aman jika dikonsumsi
dalam dosis terapi. Keracunan dapat terjadi pada penggunaan parasetamol dalam dosis yang berlebihan. Di Indonesia, parasetamol
dijual bebas sebagai obat OTC
over-the-counter
, baik sebagai obat tunggal maupun obat terkombinasi dalam obat influenza Ngatidjan,
2006; Hoffman
et a l.
, 2007.
commit to user 14
Parasetamol merupakan metabolit aktif dari fenasetin yang efektif sebagai terapi pengganti aspirin karena efek analgesik dan antipiretik
yang dimilikinya. Namun, efek antiinflamasi parasetamol sangat lemah sehingga tidak diindikasikan sebagai pengganti aspirin atau AINS
lainnya pada pasien dengan kondisi inflamasi kronis. Efek analgesik- antipiretik parasetamol diperantarai oleh rangsangan terhadap pusat
pengatur panas di hipotalamus yang bekerja dengan dua proses: 1 efek sentral, yaitu dengan menghambat siklus COX-1 sehingga tidak terjadi
pembentukan prostaglandin dari asam arakidonat, prostaglandin tidak akan merangsang lagi termostat untuk menaikkan suhu tubuh. 2 efek
perifer, saraf simpatis di kulit bekerja mengaktifkan reseptor-reseptor panas di kulit sehingga terjadi vasodilatasi perifer. Dengan terjadinya
vasodilatasi ini, panas lebih cepat terkonduksi ke jaringan kulit dan melalui aliran udara terjadi konveksi sehingga panas dikeluarkan disertai
keluarnya keringat, sehingga lama-kelamaan suhu tubuh akan turun Goodman
et a l.
, 2006; Hoffman
et a l.
, 2007; DiPiro
et a l.
, 2008.
Parasetamol diberikan secara oral dan absorbsinya tergantung pada laju pengosongan lambung serta dapat diabsorbsi cepat dan sempurna
melalui saluran cerna. Konsentrasi puncak plasma terjadi dalam 30-60 menit, sedangkan waktu paruh plasmanya adalah sekitar dua jam setelah
pemberian dosis terapeutik. Konsentrasi puncak plasma dihambat oleh makanan dan konsumsi bersama opioid atau antikolinergik. Parasetamol
terdistribusi secara merata ke seluruh cairan tubuh serta dapat melintasi
commit to user 15
sawar plasenta dan sawar darah otak Goodman
et a l.
, 2006; Hoffman
et a l.
, 2007; Foegh dan Ramwell, 2007.
Dalam plasma, 10-30 parasetamol terikat pada protein plasma dan sebagian lagi dimetabolisme oleh enzim mikrosom hati. Setelah
diabsorbsi, normalnya sekitar 90 parasetamol akan mengalami glukoronidasi 40-67 dan sulfasi 20-46 di hepar untuk membentuk
metabolit inaktif asam glukoronat dan asam sulfat yang kemudian akan diekskresikan dalam urin. Kurang dari 5 fraksi parasetamol akan
diekskresikan dalam bentuk asalnya, sedangkan sisanya 5-15 dalam bentuk terkonjugasi dan kemudian diekskresikan dalam urin Murray,
2003; Hoffman
et a l.
, 2007; Foegh dan Ramwell, 2007; Wilmana dan
Gan, 2007.
Waktu paruh eliminasi parasetamol adalah sekitar 2 - 3 jam setelah dosis terapeutik, tetapi dapat memanjang pada pasien dengan gangguan
hepar Murray, 2003; Hoffman
et a l.
, 2007; Foegh dan Ramwell, 2007.
Parasetamol aman diberikan peroral dengan dosis 325-1000 mg per hari dan tidak boleh melebihi 4000 mg 2000 mghari untuk alkoholik
kronis. Dosis tunggal untuk anak-anak berkisar antara 40-480 mg tergantung pada usia dan berat tubuh. Umumnya dosis 10 mgkg berat
badan masih aman untuk dikonsumsi. Parasetamol berguna untuk mengatasi nyeri ringan sampai sedang. Konsumsi parasetamol dengan
dosis terapeutik tunggal maupun terbagi tidak mempengaruhi sistem kardiovaskuler, sistem respirasi, keseimbangan asam-basa, kadar asam
commit to user 16
urat, maupun koagulasi darah. Obat ini juga tidak menghambat kerja trombosit, tidak mengantagonis obat urikosurik, dan tidak mengiritasi
lambung Goodman
et a l.
, 2006; Foegh dan Ramwell, 2007.
Parasetamol biasanya dapat ditoleransi dengan baik pada dosis terapeutik. Reaksi alergi karena parasetamol jarang terjadi. Manifestasi
dari reaksi alergi biasanya berupa eritem atau urtikaria. Efek samping yang paling serius dari overdosis parasetamol adalah nekrosis hepar
yang fatal. Nekrosis tubuler ginjal dan koma hipoglikemik juga dapat terjadi. Pada orang dewasa, hepatotoksisitas dapat terjadi dengan
pemberian dosis tunggal 10-15 gram 150-250 mgkg BB parasetamol. Dosis 20-25 gram atau lebih dapat berakibat fatal Goodman
et a l.
, 2006;
Wilmana dan Gan, 2007; Highleyman dan Franciscus, 2009.
Manifestasi klinis yang muncul pada keracunan akut parasetamol tergantung pada waktu dari awal konsumsi, keberadaan faktor risiko, dan
konsumsi obat-obatan lain. Gejala yang muncul selama 12-24 jam pertama keracunan akut parasetamol berupa gangguan lambung mual,
nyeri abdominal, dan anoreksia, tetapi banyak pasien yang asimtomatis pada periode waktu ini. Selama 1 - 3 hari berikutnya, terjadi kenaikan
enzim-enzim hepar dan bilirubin Hoffman
et a l.
, 2007; DiPiro
et a l.
, 2008.
commit to user 17
4. Meniran
a. Taksonomi
Menurut Badan POM RI 2006, taksonomi meniran adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi : Spermathophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Euphobiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Phyllanthus
Spesies :
Phylla nthus niruri
Linn b.
Nama Lain Nama-nama yang diberikan untuk meniran berbeda-beda untuk
tiap-tiap daerah di dunia. Di Cina meniran disebut
zhen zhu cao
atau
ye xia xhu
. Di Inggris meniran disebut
child a ba ck
. Di Amerika Selatan biasa disebut
stone brea ker
atau
lea fflower
sedangkan di Indonesia sendiri ada perbedaan dalam penamaan tanaman ini Kardinan dan
Kusuma, 2004; Sulaksana dan Jayusman, 2004. Di Indonesia, nama-nama meniran sangat beragam, di antaranya di
daerah Ternate tanaman ini biasa disebut gasau madungi, di Jawa biasa
commit to user 18
disebut meniran, orang-orang Sunda biasa menyebut memeniran, sedangkan di Maluku biasa disebut dukung anak atau balalang babiji
Kardinan dan Kusuma, 2004. c.
Daerah Distribusi dan Habitat Meniran merupakan rumput liar yang berasal dari Asia Tropik
yang tersebar di seluruh daratan Asia, Afrika, Amerika dan Australia. Meniran tumbuh di daerah dataran rendah sampai ke dataran tinggi
dengan ketinggian 1.000 m di atas permukaan laut. Meniran dapat
dijumpai pada hampir semua tempat, di semak-semak, pekarangan rumah, di antara rerumputan, dan di tempat-tempat lain. Meniran dapat
tumbuh pada berbagai jenis tanah, terutama tanah berpasir. Meniran menyukai tempat yang lembab dan akan tumbuh dengan subur apabila
tanah kaya akan bahan organik. Meniran hijau lebih toleran tumbuh di tanah yang miskin bahan organik dibandingkan dengan meniran merah
Badan POM RI, 2006. d.
Deskripsi Tinggi batangnya 30 – 50 cm, berwarna hijau kemerahan atau hijau
pucat, bercabang-cabang. Daunnya tunggal dan letaknya berseling. Helaian daunnya bundar telur sampai bundar memanjang, ujung
tumpul, pangkal membulat, permukaan bawah berbintik kelenjar, tepi daun rata, panjang 1,5 cm, lebar sekitar 7 mm, berwarna hijau
Dalimartha, 2006.
commit to user 19
Pada satu tanaman terdapat bunga jantan dan bunga betina. Bunga jantan keluar dari bawah ketiak daun, sedangkan bunga betina keluar
dari atas ketiak daun. Bunga ini tumbuh subur sekitar bulan April-Juni. Buah meniran berupa buah kotak, ulat pipih, licin, diameter 2-2,5 mm.
Bijinya kecil, keras, berbentuk ginjal, berwarna coklat. Buah timbul sekitar bulan Juli-Nopember. Semua bagian tumbuhan dapat
digunakan untuk mendapatkan ekstrak Herba Meniran Dalimartha, 2006.
Gambar 1. Meniran
Phylla nthus niruri
L. Badan POM RI, 2006 e.
Kandungan Kimia Menurut Badan POM RI 2006, meniran mengandung senyawa
sebagai berikut: 1
Lignan, terdiri dari phyllanthine, hypophyllanthine, phyltetralin, lintretalin, nirathin, nitretalin, nirphylline, nirurin, dan niruriside.
2 Terpen, terdiri dari cymene, limonene, lupeol, dan lupeol acetate.
commit to user 20
3 Flavonoid, terdiri dari quercetin, quercitrin, isoquercitrin,
astragalin, rutine, dan physetinglucoside. 4
Lipid, terdiri dari ricinoleic acid, dotriancontanoic acid, linoleic acid, dan linolenic acid.
5 Benzenoid, terdiri dari methylsalicilate.
6 Alkaloid, terdiri dari norsecurinine, 4-metoxynorsecurinine,
entnorsecurinina, nirurine, phyllantin, dan phyllochrysine. 7
Steroid 41 berupa beta-sitosterol. 8
Alcanes berupa triacontanal dan triacontanol. 9
Komponen lain berupa tannin, vitamin C dan vitamin K. f.
Efek Farmakologis Efek farmakologis dari herba ini adalah sebagai antioksidan,
antikarsinogen, antiradang,
antibakteri, membersihkan
hepar,
menurunkan kadar glukosa darah, peluruh kencing diuretik,
antihepatotoksik, peluruh dahak, peluruh haid, menerangkan penglihatan, menghancuran batu kandung kemih, penambah nafsu
makan dan sebagai antipiretik Sarisetyaningtyas
et a l.
, 2006.
5. Mekanisme Flavonoid sebagai Antipiretik
Sebagai antipiretik meniran memiliki komponen yang berperan, yaitu flavonoid. Flavonoid adalah senyawa antioksidan yang lebih kuat
dibandingkan dengan vitamin E. Flavonoid menempel di sel imun dan memberikan sinyal intraseluler atau rangsangan untuk mengaktifkan
kerja sel imun agar lebih baik. Aplikasi flavonoid sangat luas, yaitu untuk
commit to user 21
mengobati penyakit infeksi kronis dan infeksi virus. Flavonoid merupakan komponen meniran yang mempunyai efek antipiretik. Selain
itu alkaloid dalam meniran juga diduga mampu bekerja sebagai antipiretik Robinson, 1995; Shokunbi dan Odetola, 2008.
Flavonoid merupakan golongan senyawa fenol terbesar di alam. Senyawa fenol mempunyai ciri yang sama yaitu memiliki cincin
aromatik yang mengandung satu atau dua gugus hidroksil Robinson, 1995.
Efek flavonoid terhadap berbagai organisme sangat beragam. Flavonoid dapat menghambat aldoreduktase, monoaminoksidase,
proteinkinase, DNA polimerase, dan siklooksigenase Fang
et a l.
, 2008; Shokunbi dan Odetola, 2008.
Penghambatan siklooksigenase dapat menimbulkan pengaruh lebih luas karena reaksi siklooksigenase merupakan langkah pertama pada
jalur yang menuju hormon eikosanoid yang merupakan zat aktif biologik yang berasal dari asam arakidonat seperti prostaglandin dan tromboksan.
Kandungan flavonoid pada meniran dapat menghambat enzim siklooksigenase-2, sehingga efek toksisitas pada pemberian obat AINS
pada saluran gastrointestinal yang disebabkan oleh hambatan tidak selektif obat tersebut terhadap aktivitas COX-1 dan COX-2 terutama
COX-1 dapat dihindari Robinson, 1995.
commit to user 22
6. Ekstrak
Ada 3 prinsip ekstraksi tumbuhan, yaitu ekstraksi, maserasi, dan perkolasi. Ekstraksi ialah penarikan zat pokok yang diinginkan dari
bahan mentah obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih di mana zat yang diinginkan larut. Prinsip ekstraksi adalah melarutkan komponen
yang berada dalam campuran secara selektif dengan pelarut yang sesuai. Metode ekstraksi dipilih berdasarkan beberapa faktor seperti sifat dari
bahan mentah obat, daya penyesuaian terhadap tiap macam metode ekstraksi, dan kepentingan dalam memperoleh ekstrak yang sempurna
atau mendekati sempurna dari obat. Sifat dari bahan mentah merupakan faktor utama yang harus dipertimbangkan dalam memilih metode
ekstraksi. Pada kenyataannya sering digunakan kombinasi dari proses maserasi dan perkolasi dalam mengekstraksi bahan mentah obat. Sediaan
yang diperoleh dari hasil ekstraksi dinamakan ekstrak, pelarutnya disebut penyari, sedangkan sisa-sisa yang tidak ikut tersari disebut ampas Ansel,
1989; Howard, 1989; Harbone, 1994; Voigt, 1994. Metode ekstraksi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
perkolasi. Istilah perkolasi berasal dari bahasa latin
per
yang artinya melalui dan
cola re
yang artinya merembes. Perkolasi dilakukan dengan cara, bahan ekstraksi dimampatkan dari atas secara kontinyu ke dalam alat
ekstraksi khusus disebut perkolator hingga dihasilkan ekstrak berupa filtrat. Ekstrak yang telah dikumpulkan disebut perkolat. Hasil ekstraksi
berupa bahan aktif yang tinggi dan kaya ekstrak. Dengan demikian
commit to user 23
keuntungan perkolasi adalah pemanfaatan herba secara optimal serta memerlukan waktu yang singkat Ansel, 1989; Voigt, 1994.
Sebagai cairan pengekstraksi, air atau etanol lebih disukai penggunaannya. Ekstraksi air dari suatu bagian tumbuhan dapat
melarutkan gula, bahan lendir, amina, tannin, vitamin, asam organik, garam organik serta bahan pengotor lain. Sedangkan etanol dapat menarik
balsam dan klorofil, serta hanya sedikit menarik asam organik, garam anorganik dan gula Voigt, 1994.
Etanol tidak menyebabkan pembengkakan membran sel, sehingga memperbaiki stabilitas bahan obat terlarut. Dengan etanol kadar 70
volume, dapat dihasilkan bahan aktif yang optimal, karena bahan pengotor hanya larut dalam skala kecil Voigt, 1994.
commit to user 24
B. Kerangka Pemikiran
Infeksi Non infeksi
Pirogen eksogen Pirogen endogen monosit,
neutrofil, makrofag, limfosit Sitokin
Vaksin DPT 0,2 ml
Fosfolipid Asam arakidonat
PGE-2 Leukotrien
siklooksigenase 2 lipooksigenase
Flavonoid pada meniran
sikloksigenase 1 Parasetamol
Set point meningkat Demam
Keterangan: : mekanisme demam; di luar tubuh hospes
: induksi demam pada tubuh hospes : mekanisme demam; di dalam tubuh hospes
: menghambat demam; efek antipiretik : enzim
: memicu
commit to user 25
C. Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah ekstrak Herba Meniran
Phylla nthus niruri
L. memiliki efek antipiretik terhadap tikus putih
Ra ttus norvegicus
yang diinduksi vaksin DPT
commit to user 26
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorium dengan rancangan penelitian
pre test and post test with control design
.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Farmakologi Universitas Setia Budi.
C. Subjek Penelitian
Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih
Ra ttus norvegicus
jantan galur Wistar sebanyak 25 ekor berumur ± 2-3 bulan, BB ±
150-200 gr. Sampel dibagi dalam 5 kelompok yang dipilih secara acak.
Jumlah tikus putih tiap kelompok ditentukan dengan rumus Federer, di mana t adalah jumlah kelompok dan n adalah jumlah sampel dalam tiap
kelompok Purawisastra, 2001. n-1t-1 15
n-15-1 15 4n-4 15
4n 19 n 4,75
commit to user 27
Jadi, jumlah tikus putih minimal dalam tiap kelompok adalah 5 ekor n 4,75.
D. Teknik Sampling