SUSUT VOLUM SUSUT BAKAR UJI EMISI GAS BUANG

59 Grafik Susut Massa Vs Abu Cangkang Kelapa Sawit 0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 35,00 5 10 15 20 25 Abu cangkang kelpa sawit S u su t m assa Gambar 4.7 Grafik hubungan antara Susut Massa terhadap komposisi abu cangkang kelapa sawit Dari Gambar 4.7 terlihat bahwa semakin banyak abu cangkang kelapa sawit yang diberikan maka akan semakin besar persentase susut massa. Hal ini dimungkinkan karena abu cangkang kelapa sawit adalah bahan yang dapat terbakar dan dapat menjadi hilang bila dipanaskan pada suhu 1100 o C.

4.6 SUSUT VOLUM SUSUT BAKAR

Data dari hasil pengukuran terhadap volum sampel sebelum dan sesudah dibakar lampiran G diolah dengan menggunakan persamaan 2.7 maka diperoleh hasil seperti pada Tabel 4.2. Tabel 4.6 Hasil Pengukuran Susut Bakar No Abu cangkang kelapa sawit V dalam 10 -6 m 3 V luar 10 -6 m 3 V silinder 10 -6 m 3 Susut Bakar Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Dibakar Dibakar Dibakar Dibakar Dibakar Dibakar 1 98,79 98,57 318,28 307,82 219,49 209,25 4,7 2 5 102,80 101,13 322,94 310,07 220,15 208,94 5,11 3 10 111,86 111,94 339,37 326,55 227,51 214,62 5,66 4 15 110,78 108,38 333,57 318,23 222,79 209,84 5,81 5 20 111,76 109,24 339,94 323,17 228,18 213,92 6,25 Universitas Sumatera Utara 60 Besarnya susut bakar yang diperoleh berkisar 4,7 – 6,25 . Grafik hubungan penambahan kaolin terhadap susut bakar ditunjukkan pada Gambar 4.8 Grafik Susut Volume Vs Abu Cangkang Kelapa Sawit 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 5 10 15 20 25 Abu Cangkang Kelapa Sawit S u s u t V o lu m e Gambar 4.8 Grafik hubungan antara Susut Volum terhadap komposisi abu cangkang kelapa sawit Gambar 4.8 ditunjukkan bahwa susut bakar relatif naik sampai penambahan abu cangkang kelapa sawit dari 0 – 20 . Adanya kenaikan susut volum dengan penambahan abu cangkang kelapa sawit kemungkinan disebabkan telah terjadi perubahan susunan atom pada sampel setelah terjadi proses pembakaran.

4.7 UJI EMISI GAS BUANG

Pertama dilakukan uji emisi tanpa fiter sampel untuk mengetahui keadaan awal dari gas buang Lampiran F Hasil pengukuran awal tanpa fiter diterakan pada Tabel 4.6 berikut ini. Tabel 4.7 Hasil Pengukuran Tanpa Fiter Tanpa Fiter CO CO 2 HC O 2 5,82 11,07 692 ppm 1,98 Kemudian selanjutnya dilakukan pengujian dengan menggunakan fiter sampel dari tiap-tiap persentase abu cangkang kelapa sawit yang pengujiannya Universitas Sumatera Utara 61 langsung masing-masing sekitar 10 menit Lampiran F. Hasil pengujian ini tertera pada Tabel 4.8. Tabel 4.8 Hasil Pengukuran Emisi Gas Dengan Fiter No Abu cangkang kelapa sawit Dengan Fiter Perubahan Emisi Gas CO CO 2 HC ppm O 2 CO CO 2 HC O 2 1 5,67 11,22 543 0,59 2,58 -1,36 21,53 70,20 2 5 5,68 11,36 566 0,54 2,41 -2,62 18,21 72,73 3 10 5,71 11,3 561 0,54 1,89 -2,08 18,93 72,73 4 15 5,55 11 540 0,54 4,64 0,63 21,97 72,73 5 20 5,73 10,87 547 0,59 1,55 1,81 20,95 70,20 Pada Tabel 4.8 di atas diperoleh grafik hubungan antara persentasi perubahan emisi gas CO, CO 2 , HC, dan O 2 pada Gambar 4.9 di bawah ini: Grafik CO Vs Abu Cangkang Kelapa Sawit 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 5 10 15 20 25 Abu cangkang kelapa sawit A b s o rb s i C Gambar 4.9 Grafik hubungan antara CO terhadap komposisi abu cangkang kelapa sawit Dari Gambar 4.9 di atas terlihat bahwa persentasi perubahan emisi gas CO cenderung menurun dengan variasi abu cangkang kelapa sawit mencapai 10 , naik pada variasi 15 dan turun kembali pada variasi 20 . Hal ini terjadi karena porositas yang besar mempengaruhi proses perubahan emisi gas oleh filter. Universitas Sumatera Utara 62 Grafik CO2 Vs Abu cangkang kelapa Sawit -3 -2,5 -2 -1,5 -1 -0,5 0,5 1 1,5 2 2,5 5 10 15 20 25 Abu canngkang kelapa sawit A b s o rb s i C O Gambar 4.10 Grafik hubungan antara CO 2 terhadap komposisi abu cangkang kelapa sawit Dari Gambar di atas terlihat bahwa penambahan Abu cangkang kelapa sawit dari 0 - 10 tidak mengalami pengurangan emisi gas CO 2 . Selanjutnya pada penambahan abu cangkang kelapa sawit dari 15-20 mengalami pengurangan emisi gas. Hal ini terjadi karena adanya pori pada sampel yang mengakibatkan adanya ruang untuk proses perubahan emisi gas CO 2 pada pori tersebut. Grafik HC Vs Abu Cangkang Kelapa Sawit 5 10 15 20 25 5 10 15 20 25 Abu cangkang kelapa sawit Ab s o rb s i HC Gambar 4.11 Grafik hubungan antara HC terhadap komposisi abu cangkang kelapa sawit Universitas Sumatera Utara 63 Dari Gambar di atas terjadi perubahan emisi gas HC dengan nilai yang hampir sama untuk semua sampel. Ini dikarenakan perbedaan pori pada sampel tidak terlalu mempengaruhi perubahan emisi gas HC. Grafik O2 Vs Abu Cangkang Kelapa Sawit 70 70,5 71 71,5 72 72,5 73 5 10 15 20 25 Abu cangkang kelapa sawit A b so rb si O 2 Gambar 4.12 Grafik hubungan antara H 2 O terhadap komposisi abu cangkang kelapa sawit Dari Gambar 4.12 di atas terjadi perubahan emisi gas O 2 dengan nilai yang membesar pada komposisi 0 sampai 5. Sementara dari 5 sampai 15 relatif tidak terjadi perbedaan. Sementara pada komposisi 20 nilai perubahan emisi gas sama dengan pada komposisi 0. Penurunan nilai oksigen yang dihasilkan terjadi karena adanya reaksi redoks yang merubah oksigen menjadi gas lain. Universitas Sumatera Utara 64

4.8 HASIL UJI ANALISA XRD