Hasil Kadar Kalium Kalium merupakan ion intraselular dan dihubungkan dengan mekanisme

39 Untuk mempermudah pengamatan kadar natrium dari masing-masing kelompok kontrol, pembanding dan kelompok uji, dapat dilihat pada grafik Gambar 4.3 Gambar 4.3 Kadar natrium urin tikus jantan

4.4.3 Hasil Kadar Kalium Kalium merupakan ion intraselular dan dihubungkan dengan mekanisme

pertukaran dengan natrium. Peningkatan asupan kalium dalam diet telah dihubungkan dengan penurunan tekanan darah, karena kalium memicu natriuresis kehilangan natrium melalui urin Barasi, 2007. Kurva kalibrasi diperoleh dengan cara mengukur absobansi dari larutan baku kalium dengan panjang gelombang 766,5 nm berdasarkan hasil pengukuran kurva kalibrasi untuk kalium diperoleh persamaaan garis regresi yaitu Y= 0,05159 X + 0,00029 dengan nilai r = 0,9997. Hal ini menunjukkan adanya korelasi linier yang menyatakan adanya hubungan antara X konsentrasi dan Y absorbansi. Hasil pengukuran kadar kalium dalam urin tikus jantan pada kelompok uji dapat dilihat pada Tabel 4.7. 20 40 60 80 100 CMC-Na 0,5 CEEPK 100 mgkg bb CEEPK 150 mgkg bb CEEPK 200 mgkg bb Furosemid 10 mgkg bb Rat a -r ata k ad ar n atr iu m u rin m eq l Kelompok pengujian Universitas Sumatera Utara 40 Tabel 4.7 Kadar kalium dalam urin tikus pada kelompok uji No Kelompok Pengujian N Rata-rata ± SEM mL 1 Kontrol CMC-Na 0,5 5 19,96 ± 1,358 2 CEEPK dosis 100 mgkg bb 5 29,62 ± 1,390 3 CEEPK dosis 150 mgkg bb 5 35,29 ± 1,233 4 CEEPK dosis 200 mgkg bb 5 40,40 ± 0,856 5 Furosemid dosis 10 mgkg bb 5 49,79 ± 1,479 Keterangan: Berbeda signifikan terhadap kontrol negatif p 0,05 Berbeda signifikan terhadap kontrol positif p 0,05 Pada Tabel 4.7 dapat dilihat dari hasil rata-rata yang diperoleh untuk kontrol negatif CMC-Na 0,5 19,96 ± 1,358 meqL, kontrol pembanding furosemid dosis 10 mgkg bb 49,79 ± 1,479 meqL, CEEPK dosis 100 mgkg bb 29,62 ± 1,390 meqL, CEEPK dosis 150 mgkg bb 35,29 ± 1,233 meqL, CEEPK 200 mgkg bb 40,40 ± 0,856 meqL. Berdasarkan hasil yang diperoleh, CEEPK dengan dosis 100 mgkg bb, 150 mgkg bb, dan 200 mgkg bb menunjukkan efek diuretik terhadap kadar kalium dalam urin. Dari ketiga dosis tersebut, CEEPK dengan dosis 200 mgkg bb mempunyai efek pengeluaran natrium yang paling baik terhadap volume urin dengan nilai signifikansi 0,00 p 0,05. CEEPK dosis 150 mgkg bb tidak mempunyai perbedaan yang nyata terhadap pengeluaran kadar natrium dalam urin dengan CEEPK dosis 200 mgkg bb diperoleh nilai signifikansi 0,106 p 0,05. Universitas Sumatera Utara 41 Pemberian CEEPK dengan dosis 100, 150, 200 mgkg bb mempunyai efek diuretik terhadap pengeluaran kalium lebih besar dibandingkan dengan tikus kontrol negatif CMC-Na 0,5 tetapi tidak lebih banyak daripada kontrol pembanding dengan nilai signifikansi 0,00 p 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa furosemid lebih kuat untuk pengeluaran kalium dalam urin tikus sedangkan CMC- Na 0,5 adalah sebagai kontrol negatif dalam penelitian ini. Penelitian ini menunjukkan bahwa semakin banyak dosis ekstrak yang diberikan maka semakin banyak mempengaruhi pengeluaran volume urin dan ekskresi kalium. Pemberian crude ekstrak etanol pecut kuda menyebabkan peningkatan pengeluaran zat-zat terlarut dalam urin. Hal ini diduga terjadi karena adanya kandungan senyawa kimia dalam tumbuhan ini yang merangsang pengeluaran urin, beberapa penelitian menunjukkan senyawa yang bertanggung jawab mengeluarkan urin adalah flavonoid, tanin, alkaloid streoidtriterpenoid, senyawa-senyawa ini bekerja tunggal atau sinergis meningkatkan volume urin dengan cara menstimulasi aliran darah sehingga terjadi vasodilatasi atau dengan menghambat reabsorpsi air dan anion di tubular Venkatesh, et. al., 2013. Penelitian ini memperkuat kesimpulan Handayani, dkk., 2014 bahwa senyawa yang mempunyai aktivitas biologis sebagai diuretik adalah flavonoid. Mekanisme kerja flavonoid sebagai diuretik yaitu dengan menghambat reabsorpsi K + , Na + , dan Cl - sehingga terjadi peningkatan elektrolit di tubulus dan dapat menyebabkan diuresis. Jenis flavonoid yang berperan sebagai diuretik adalah polimetoksi flavon dan antosianin Arliani, 2015. Kandungan alkaloid juga dapat menyebabkan peningkatan volume urin. Alkaloid bekerja langsung pada tubulus dengan cara meningkatkan ekskresi Na + dan Cl - dengan meningkatnya ekskresi Na + juga akan Universitas Sumatera Utara 42 meningkatkan ekskresi air dan menyebabkan volume urin bertambah Lingga, 2014. Untuk mempermudah pengamatan kadar kalium dari masing-masing kelompok kontrol, pembanding dan kelompok uji, dapat dilihat pada grafik Gambar 4.4 Gambar 4.4 Kadar kalium urin tikus jantan Selanjutnya berdasarkan pengukuran kadar natrium dan kadar kalium pada urin tikus maka dapat diketahui rasio Na + K + . Rasio Na + K + dapat dilihat pada Tabel 4.8. Tabel 4.8 Ratio kadar natrium dan kalium dalam urin tikus jantan Kelompok perlakuan Kadar Na + Kadar K + Na + K + CMC-Na 0,5 31,25 ± 2,242 19,96 ± 1,358 1,56 CEEPK dosis 100 mgkg bb 93,09 ± 1,865 49,79 ± 1,479 1,86 CEEPK dosis 150 mgkg bb 53,64 ± 2,000 29,62 ± 1,390 1,81 CEEPK dosis 200 mgkg bb 63,33 ± 1,672 35,29 ± 1,233 1,79 Furosemid dosis 10 mgkg bb 77,14 ± 3,573 40,40 ± 0,856 1,90 10 20 30 40 50 60 CMC-Na 0,5 CEEPK 100 mgkg bb CEEPK 150 mgkg bb CEEPK 200 mgkg bb Furosemid 10 mgkg bb voulm e rat a -rat a kad ar kal ium uri n m eq l Kelompok pengujian Universitas Sumatera Utara 43 Hasil pengamatan yang tertera pada Tabel 4.8 diperoleh rasio Na + K + kontrol negatif 1,56, CEEPK dosis 100 mgkg bb 1,86, CEEPK dosis 150 mgkg bb 1,81, CEEPK dosis 200 mgkg bb 1,79, dan pembanding furosemid adalah 1,90, nilai tersebut tidak lebih besar dari nilai ratio Na + K + CEEPK dosis 100, 150, 200 mgkg bb karena furosemid merupakan diuretik yang menyebabkan pengeluaran natrium yang besar sehingga air banyak dieksresikan juga mengeluarkan kalium yang besar karena merupakan diuretik boros kalium. Menurut Parmar, dan Prakash, 2006 nilai ratio Na + K + dapat menentukan saliuretik, jika rasio Na + K + lebih besar dari 2 merupakan aktivitas natriuretik yang baik, rasio Na + K + lebih besar dari 10 diindikasikan sebagai hemat kalium, dan rasio Cl - Na + + K + untuk memperkirakan diuretik penghambat karbonik anhidrase. Menurut Kebamo, et. Al., 2015 rasio Na + K + dihitung untuk mengetahui indeks pengeluaran aldosteron aktivitas natriuretik. Aldosteron berfungsi menjaga keseimbangan ion natrium dalam darah. Menurut Guyton 1994, apabila konsentrasi aldosteron meningkat maka sisa natrium akan direabsorspsi dari bagian dalam tubulus distal dan duktus koligens sehingga pada dasarnya tidak ada natrium keluar kedalam urin, sebaliknya jika konsentrasi aldosteron dikurangi maka sisa natrium tidak direabsorpsi dari tubulus distal sehingga natrium keluar bersama urin.

4.4.4 Hasil Pengukuran pH urin