43 Hasil pengamatan yang tertera pada Tabel 4.8 diperoleh rasio Na
+
K
+
kontrol negatif 1,56, CEEPK dosis 100 mgkg bb 1,86, CEEPK dosis 150 mgkg bb 1,81, CEEPK dosis 200 mgkg bb 1,79, dan pembanding furosemid adalah
1,90, nilai tersebut tidak lebih besar dari nilai ratio Na
+
K
+
CEEPK dosis 100, 150, 200 mgkg bb karena furosemid merupakan diuretik yang menyebabkan
pengeluaran natrium yang besar sehingga air banyak dieksresikan juga mengeluarkan kalium yang besar karena merupakan diuretik boros kalium.
Menurut Parmar, dan Prakash, 2006 nilai ratio Na
+
K
+
dapat menentukan saliuretik, jika rasio Na
+
K
+
lebih besar dari 2 merupakan aktivitas natriuretik yang baik, rasio Na
+
K
+
lebih besar dari 10 diindikasikan sebagai hemat kalium, dan rasio Cl
-
Na
+
+ K
+
untuk memperkirakan diuretik penghambat karbonik anhidrase. Menurut Kebamo, et. Al., 2015 rasio Na
+
K
+
dihitung untuk mengetahui indeks pengeluaran aldosteron aktivitas natriuretik. Aldosteron
berfungsi menjaga keseimbangan ion natrium dalam darah. Menurut Guyton 1994, apabila konsentrasi aldosteron meningkat maka sisa natrium akan
direabsorspsi dari bagian dalam tubulus distal dan duktus koligens sehingga pada dasarnya tidak ada natrium keluar kedalam urin, sebaliknya jika konsentrasi
aldosteron dikurangi maka sisa natrium tidak direabsorpsi dari tubulus distal sehingga natrium keluar bersama urin.
4.4.4 Hasil Pengukuran pH urin
Derajat keasaman pH menyatakan konsentrasi ion hidrogen H
+
yang sebenarnya berhubungan dengan pengaturan keseimbangan asam dan basa di
dalam cairan tubuh. Menurut Guyton 1994 nilai pH urin ditentukan oleh pengaturan asam basa di ginjal. Apabila sejumLah ion HCO3
-
difiltrasi secara
Universitas Sumatera Utara
44 terus-menerus ke dalam tubulus ginjal dan diekskresikan ke dalam urin, maka
akan menyebabkan urin bersifat basa. Sebaliknya apabila sejumLah ion H
+
difiltrasi secara terus-menerus ke dalam tubulus ginjal dan diekskresikan ke dalam urin, maka akan menyebabkan urin bersifat asam. Kemampuan ginjal sebagai
sistem pengatur asam – basa yang paling kuat dan hanya memerlukan waktu
beberapa jam untuk menyesuaikan kembali konsentrasi ion H
+
tersebut. Apabila konsentrasi H
+
berubah dari normal, maka ginjal akan mengekskresikan urin yang asam basa, dengan demikian juga dapat membantu menyesuaikan konsentrasi ion
H
+
cairan tubuh kembali normal Guyton, 1997. Hasil pengukur pH dalam urin pada tikus jantan dapat dilihat pada Tabel
4.9
Tabel 4.9 Hasil pengukur pH dalam urin pada tikus jantan
No Kelompok Pengujian
N Rata-rata ± SEM mL
1 Kontrol
CMC-Na 0,5 5
7,180 ± 0,086
2 CEEPK Dosis
100 mgkg bb 5
7,12 ± 0,121
3 CEEPK dosis
150 mgkg bb 5
7,360 ± 0,081
4 CEEPK dosis
200 mgkg bb 5
7,46 ± 0,080
5 Furosemid dosis
10 mgkg bb 5
7,18 ± 0,121
Keterangan: Berbeda signifikan terhadap kontrol negatif p 0,05
Berbeda signifikan terhadap kontrol positif p 0,05 Pada Tabel 4.9 didapat bahwa rata-rata jumLah pH urin total pada
kelompok kontrol CMC-Na 0,5 adalah 7,180 ± 0,086, kelompok uji dosis 100
Universitas Sumatera Utara
45 mgkg bb adalah 7,120 ± 0,121, dosis 150 mgkg bb adalah 7,36 ± 0,251, dosis
200 mgkg bb adalah 7,46 ± 0,080, kelompok pembanding furosemid dosis 10 mgkg bb 7,18 ± 0,121.
Berdasarkan hasil yang diperoleh CEEPK dosis 100 mgkg bb, 150 mgkg bb, dan 200 mgkg bb menunjukkan hasil pH urin tidak mempunyai perbedaan
yang nyata yaitu dengan nilai signifikansi p 0,05. Pemberian dosis CEEPK dosis 100, 150, 200 mgkg bb jika dibandingkan
dengan kelompok kontrol CMC-Na 0,5 dan kelompok pembanding furosemid dosis 10 mg juga tidak mempunyai perbedaan yang nyata yaitu dengan
nilai signifikansi p 0,05. Menurut Adha 2009 pH normal dari urin tikus berkisar 7.3
– 8.5. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pH yang didapat normal yaitu berkisar antara 7
- 7,5. Kontrol pembanding maupun kontrol uji tidak mempengaruhi nilai pH urin yang berarti ekstrak tidak mempengaruhi asam basa cairan tubuh. Pengukuran
pH dilakukan untuk mengetahui apakah ekstrak yang di uji termasuk golongan diuretik penghambat karbonik anhidrase. Golongan diuretik penghambat karbonik
anhidrase dapat menyebabkan pH urin menjadi basa karena ekskresi HCO
3 -
yang cepat di urin. Hal ini seiring dengan penghambatan terhadap titrable acid dan
adanya sekresi ammonia di sistem duktus pengumpul, yang mengakibatkan pH urin menjadi sekitar 8 dan menimbulkan asidosi metabolik Edwin, 2012.
Untuk mempermudah pengamatan pengukuran pH urin dari masing-masing kelompok kontrol, pembanding dan kelompok uji, dapat dilihat pada grafik
Gambar 4.5.
Universitas Sumatera Utara
46 Gambar 4.5
pH urin tikus jantan
6.8 6.9
7 7.1
7.2 7.3
7.4 7.5
CMC-Na 0,5 CEEPK 100 mgkg bb
CEEPK 150 mgkg bb
CEEPK 200 mgkg bb
Furosemid 10 mgkg bb
ra ta
-ra ta
pH urin
kelompok pengujian
Universitas Sumatera Utara
47
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa crude ekstrak etanol pecut kuda dosis 100, 150, 200 mgkg bb memiliki aktivitas diuretik dengan
meningkatkan volume urin, kadar natrium dan kadar kalium dalam urin tetapi tidak mempengaruhi pH dari urin tersebut. Dosis efektif dari crude ekstrak etanol
pecut kuda adalah dosis 200 mgkg bb menunjukkan bahwa dosis tersebut memberikan efek diuretik yang mendekati hasil dengan furosemid 10 mgkg bb.
5.2 Saran
Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk meneliti efek farmakologi yang lain dari Stachytarpheta jamaicensis L. Vahl Craib seperti uji
antihipertensi.
Universitas Sumatera Utara