ASI Air Susu Ibu Kerangka Konsep

2.2 ASI Air Susu Ibu

ASI adalah satu-satunya makanan dan minuman yang dibutuhkan oleh bayi hingga ia berusia enam bulan. ASI adalah makanan bernutrisi dan berenergi tinggi, yang mudah untuk dicerna. ASI memiliki kandungan yang dapat membantu penyerapan nutrisi Nurjanah dkk, 2013 . Menurut Organisasi Kesehatan Dunia – WHO dalam Nurjanah dkk 2013 mengatakan : “ ASI adalah suatu cara yang tidak tertandingi oleh apa pun dalam menyediakan makanan ideal untuk pertumbuhan dan perkembangan seorang bayi.

2.3 ASI Eksklusif

2.3.1 Pengertian

Pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti air putih, susu formula, air teh, jeruk, madu, dan tanpa tambahan makanan padat seperti bubur susu, bubur nasi, tim, biskuit, pepaya, dan pisang mulai lahir sampai usia enam bulan Nurjanah dkk, 2013.

2.3.2 Pembagian ASI

Berdasarkan waktu diproduksi, ASI dapat dibagi menjadi 3 yaitu: kolostrum, Air Susu Masa peralihan, Air Susu Mature. Adapun pengertian Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar mamae yang mengandung tissue debris dan ridual material yang terdapat dalam alveoli dan ductus dari kelenjar mamae sebelum dan segera sesudah melahirkan anak. Sedangkan Air Susu Masa Peralihan Masa Transisi Merupakan ASI peralihan dari kolostrum menjadi ASI mature. Disekresi dari hari ke-4 kehari ke-10 dari masa laktasi, kadar protein semakin rendah Universitas Sumatera Utara sedangkan lemak dan karbohidrat semakin tinggi, volume semakin meningkat. Dan Air Susu Mature adalah ASI yang disekresikan pada hari ke-10 dan seterusnya, yang dikatakan komposisi relative konstan. ASI mature berwarna kekuning- kuningan dan tidak menggumpal bila dipanaskan Baskoro, 2008.

2.3.3 Kandungan ASI

Menurut Prasetyono 2012 ada beberapa kandungan yang terdapat dalam ASI yaitu Karbohidrat, protein, lemak, mineral dan vitamin. Karbohidrat dalam ASI berperan dalam pertumbuhan sel saraf otak, serta pemberian energi untuk kerja sel- sel saraf. Didalam usus, sebagian laktosa akan diubah menjadi asam laktat, yang berfungsi mencegah pertumbuhan bakteri yang berbahaya, serta membantu penyerapan kalsium dan mineral- mineral lain. Protein ASI merupakan bahan baku untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Protein ASI sangat cocok karena unsur protein didalamnya hamper seluruhnya terserap oleh sistem pencernaan bayi. Hal ini disebabkan oleh protein ASI merupakan kelompok protein whey protein yang dibentuknya lebih halus. Kelompok whey merupakan protein yang sangat halus, lembut, dan mudah dicerna, sedangkan kasein adalah kelompok protein yang kasar, bergumpal, dan sangat sukar dicerna oleh usus bayi. Protein istimewa yang hanya terdapat dalam ASI adalah taurin. Taurin adalah protein otak yang diperlukan untuk pertumbuhan otak, susunan saraf, dan penting juga untuk pertumbuhan retina. Kadar lemak dalam ASI pada Universitas Sumatera Utara mulanya rendah kemudian meningkat jumlahnya. Lemak ASI berubah kadar setiap kali diisap oleh bayi yang terjadi secara otomatis. Jenis lemak dalam ASI mengandung banyak omega-3, omega-6, dan DHA yang dibutuhkan dalam pembentukan sel- sel jaringan otak. Lemak ASI mudah dicerna dan diserap oleh bayi karena ASI juga mengandung enzim lipase yang mencerna lemak trigliserida menjadi digliserida, sehingga hanya sedikit sekali lemak yang tidak diserap oleh sistem pencernaan bayi. ASI jug a mengandung asam linoleat yang berfungsi memacu perkembangan sel saraf otak bayi. Jumlah asam linoleat dalam ASI sangat tinggi dan perbandingannya dengan PASI adalah 6:1. ASI mengandung mineral yang lengkap, walaupun kadarnya relative rendah, tetapi cukup untuk bayi sampai umur 6 bulan. Zat besi dan kalsium didalam ASI merupakan mineral yang sangat stabil dan jumlahnya tidak dipengaruhi oleh diet ibu. Sekitar 75 dari zat besi yang terdapat dalam ASI diserap oleh usus. Kadar mineral yang tidak diserap oleh usus. Kadar mineral yang tidak diserap akan memperberat kerja usus bayi untuk mengeluarkan, mengganggu keseimbangan dalam usus bayi, dan meningkatkan pertumbuhan bakteri merugikan yangn akan mengakibatkan kontraksi usus bayi tidak normal sehingga bayi kembung, gelisah karena obstipasi atau ganguan metabolisme. ASI mengandung vitamin yang lengkap yang cukup untuk 6 bulan sehingga tidak perlu ditambahi kecuali vitamin K karena bayi baru lahir ususnya Universitas Sumatera Utara belum mampu membentuk vitamin K. oleh karena itu, perlu tambahan vitamkin K pada hari ke-1, ke-3, dank ke-7.

2.3.4 Manfaat ASI

Menyusui bayi mendatangkan keuntungan bagi bayi, ibu, keluarga, masyarakat dan negara. Sebagai makanan bayi yang paling sempurna, ASI muudah dicerna dan diserap karena mengandung enzim pencernaan. Selain itu ASI juga dapat mencegah terjadinya penyakit infeksi karena mengandung immunoglobulin untuk menangkal segala jenis penyakit. ASI bersifat praktis, mudah diberikan kepada bayi, murah serta bersih. Selain itu ASI tidak menyebabkan alergi dan kerusakan gigi akan tetapi mengoptimalkan perkembangan bayi, serta meningkatkan jalinan psikologis antara ibu dan bayi. Bagi ibu, menyusui dapat mendatangkan keuntungan, yaitu mencegah perdarahan setelah persalinan, mempercepat pengecilan rahim, menunda masa subur, mengurangi anemia, mencegah kanker ovarium dan kanker payudara, serta sebagai metode keluarga berencana. Ditinjau dari psikologis, kegiatan menyusui akan membantu ibu untuk membentuk ikatan batin yang baik dan ditinjau dari ekonomi, ibu bias menghemat pengeluaran untuk membeli susu formula yang sebenarnya tidak lebih baik daripada ASI. Bagi keluarga, ASI juga membawa keuntungan seperti, keluarga tidak perlu menghabiskan uang untuk membeli susu formula, meminimalkan biaya untuk perawatan apabila bayi sehat, menghemat waktu keluarga dan keluarga tidak repot membawa botol susu. Susu formula dan air panas air panas apabila berpergian. Universitas Sumatera Utara Bagi Negara, manfaat ASI adalah untuk menghemat devisa Negara, menurunkan angka kematian anak, meningkatkan sumber daya dan melindungi lingkungan karena tidak ada lagi penebangan pohon dan pencemaran lingkungan Prasetyono, 2012.

2.3.5 Tehnik Cara Pemberian ASI

Dalam pemberian ASI, ibu harus mempersiapkan putting payudara agar ibu dapat menyusui bayi dengan baik. Akan tetapi ada juga putting payudara yang datar atau menekuk kedalam dan hal ini bias menyebabkan bayi sulit menyusu dan tidak merasa puas. Dalam hal ini, perlu dilakukan pengurutan atau penarikan putting payudara. ASI juga dapat diberikan dengan menggunakan mangkuk atau sendok untuk mencegah bayi binggung putting Prasetyono, 2012. Selain itu ibu perlu memperhatikan posisi ibu dan bayi ketika menyusui. Ada banyak cara untuk memposisikan diri dan bayinya selama proses menyusui berlangsung. Sebagian ibu memilih menyusui dalam posisi berbaring miring sambil merangkul bayinya dan sebagian lagi melakukannya sambil duduk dikursi dengan punggung diganjal bantal. Setiap ibu memiliki posisi yang berbeda-beda dalam memposisikan diri dan bayinya sedemikian rupa agar kenyamanan menyusui dapat tercapai Kristiyanasari, 2009. Dalam menyusui yang paling mudah adalah dengan menempelkan pipinya kepayudara, memasukan putting susu dan pastikan bayi mengisap seluruh area gelap dari payudara dan bukan hanya putting saja. Setelah bayi merasa kenyang ia akan berhenti mengisap dan menyusui berikutnya letakkan bayi dipayudara yang satunya agar bayi menerima air susu dalam volume yang sama Universitas Sumatera Utara dari setiap hari. Hal ini juga untuk menghindari pembengkakan payudara akibat terlalu penuh dengan air susu Kristiyanasari, 2009.

2.3.6 Waktu Pemberian ASI

Sebaiknya dalam pemberian ASI tidak perlu sijadwalkan karena akan berakibat kurang baik, karena isapan sangat berpengaruh pada produksi ASI selanjutnya. Setiap menyusui dimulai dengan payudara yang terakhir disusukan. Bayi yang sehat dapat mengosongkan lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Seorang bayi yang menyusui sesuai permintaannya bisa menyusu sebanyak 12- 15 kali dalam 24 jam Prasetyo, 2012.

2.3.7 Hal - hal yang mempengaruhi produksi ASI

Hal- hal yang mempengaruhi produksi ASI Menurut Kristyanasari 2009 ada beberapa hal yang yaitu: yang pertama makanan dimana produksi ASI sangat dipengaruhi oleh makanan yang dimakan ibunya, apabila makanan ibu secara teratur dan cukup mengandung gizi yang diperlukan akan mempengaruhi produksi ASI, karena kelenjar pembuat ASI tidak dapat bekerja dengan sempurna tanpa makanan yang cukup. Untuk membentuk produksi ASI yang baik, makanan ibu harus memenuhi jumlah kalori. Protein, lemak, dan vitamin serta mineral yang cukup selain itu ibu dianjurkan minum lebih banyak kurang lebih 8 – 12 gelas perhari. yang kedua ketenangan jiwa dan pikiran dimana produksi ASI sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan ibu, ibu yang selalu dalam keadaan tertekan, sedih, kurang percaya diri dan berbagai bentuk ketegangan emosional akan menurunkan volume ASI bahkan tidak akan terjadi produksi ASI. Universitas Sumatera Utara Untuk memproduksi ASI yang baik harus dalam keadaan tenang dan yang ketiga penggunaan alat kontrasepsi dimana harus diperhatikan karena pemakaian kontrasepsi hendaknya diperhatikan karena pemakaian kontrasepsi yang tidak tepat dapat mempengaruhi produksi ASI. Keempat perawatan payudara dengan merangsang buah dada akan mempengaruhi hypopise untuk mengeluarkan hormon progesterone dan esterogen lebih banyak lagi dan hormon oxytosin. Kelima Anatomis buah dada dimana bila jumlah lobus dalam buah dada berkurang, lobus pun berkurang. Dengan demikian produksi ASI juga berkurang karena sel-sel acini yang menghisap zat-zat makanan dari pembuluh darah akan berkurang. Keenam faktor istirahat dimana bila kurang istirahat akan mengalami kelemahan dalam menjalankan fungsinya dengan demikian pembentukan dan pengeluaran ASI berkurang. Ketujuh faktor isapan anak bila Ibu menyusui anak berlangsung sebentar maka isapan anak berkurang dengan demikian pengeluaran ASI berkurang. Dan yang kedelapan faktor obat-obatan dimana obat-obatan yang mengandung hormon mempengaruhi hormon prolaktin dan oksitosin yang berfungsi dalam pembentukan dan pengeluaran ASI. Apabila hormon-hormon ini terganggu dengan sendirinya akan mempengaruhi pembentukan dan pengeluaran ASI.

2.4 Persiapan Menyusui

Agar ibu sukses menyusui ada beberapa hal yang harus diperhatikan ibu setelah kelahiran bayinya diantaranya: a. Ibu sudah membicarakan dengan suami, sebab dukungan sangat penting Universitas Sumatera Utara b. Komunikasikan dengan tenaga kesehatan yang membantu kelahiran anak anda c. Pilih rumah sakit atau tempat bersalin yang dapat membantu pemberian ASI d. Siapkan pakaian Ibu yang memudahkan aktivitas menyusui e. Sebaiknya adanya rooming ini sejak berada dirumah sakit atau tempat bersalin dimana anda bersalin Baskoro, 2008.

2.4.1 Cara Menyusui yang Benar

1. Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting susu dan aerola sekitarnya. Cara ini mempunyai manfaat sebagai disinfektan dan menjaga kelembapan puting susu. 2. Bayi diletakkan menghadap perut ibu. a. Ibu duduk atau berbaring dengan santai, bila duduk lebih baik menggunakan kursi yang rendah kaki ibu tidak bergantung dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi. b. Bayi dipegang pada belakang bahu dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada lengkung siku ibu kepala tidak boleh menengadah, dan bokong bayi ditahan dengan telapak tangan. c. Satu tangan bayi diletakkan pada badan ibu, dan satu di depan. d. Perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap payudara tidak hanya membelokkan kepala bayi. e. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus. f. Ibu menatap bayi dengan kasih sayang. Universitas Sumatera Utara 3. Payudara dipegang dengan Ibu jari di atas dan jari yang lain menopang di bawah, jangan menekan puting susu atau aerolanya saja. 4. Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut rooting reflect dengan cara: a. Menyentuh pipi bayi dengan puting susu atau b. Menyentuh sisi mulut bayi 5. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi diletakkan ke payudara ibu dengan puting serta aerolanya dimasukkan ke mulut bayi.. a. Usahakan sebagian besar areola dapat masuk kedalam mulut bayi, sehingga puting susu berada dibawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak dibawah areola. b. Setelah bayi mulai menghisap, payudara tak perlu dipegang atau disangga lagi. 6. Melepas isapan bayi. 7. Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting susu dan areola sekitar dan dibiarkan kering dengan sendirinya untuk mengurangi rasa sakit Nurjanah dkk, 2013.

2.4.2 Menyendawakan Bayi

a. Bayi dipegang tegak dengan bersandar pada bahu ibu kemudian punggunggnya ditepuk perlahan-lahan. b. Bayi tidur tengkurap di pangkuan ibu, kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan Nurjanah dkk, 2013. Universitas Sumatera Utara

2.4.3 Posisi Menyusui

Banyak sedikitnya ASI ternyata berhubungan langsung dengan posisi ibu saat menyusui. Posisi yang tepat sangat mendorong keluarnya ASI secara maksimal. Ada berbagai macam posisi menyusui yaitu duduk, berdiri, bebaring, football position dan lain-lain. Apapun tehnik bersalinnya, ibu dapat menyusui bayinya segera mungkin. Begitu pula jika ibu melahirkan bayi kembar. 1. Posisi Ibu Menyusui Yang Bersalin Normal Ibu yang melahirkan spontan bisa leluasah dan memilih posisi menyusui, sambil duduk atau berbaring menyamping. Jika posisi duduk dipilih : a. Gunakan kursi yang aman. b. Upayakan telapak kaki menginjak lantai. c. Gunakan dingklik atau bangku kecil sebagai pengganjal bila posisi kaki agak menggantung. 2. Posisi Ibu Yang Melahirkan Melalui Persalinan Sectio Sesaria. Football position adalah posisi menyusui yang disarankan untuk ibu yang melahirkan melalui persalinan sectio sesaria. Pada posisi ini : a. Tubuh bayi digendong dengan salah satu tangan ibu. b. Upayakan letak kepala bayi berada tepat dibawah payudara dan membentuk garis lurus dengan badan bayi. c. Posisi ini aman karena bagian perut ibu yang masih nyeri akibat operasi dapat terlindungi. Universitas Sumatera Utara d. Posisi ini merupakan yang paling nyaman bagi ibu maupun bayinya. 3. Posisi Ibu Menyusui dengan Bayi Kembar. Sama dengan ibu yang melahirkan dengan persalinan sectio sesaria, football potion juga dapat dilakukan pada bayi kembar. Dimana kedua bayi disusui kiri dan kanan, dengan cara : a. Kedua tangan ibu memeluk masing-masing satu kepala bayi, seperti memengang bola. b. Letakkan tepat dibawah payudara ibu. c. Posisi kaki bayi boleh dibiarkan menuntai keluar. d. Untuk memudahkan, kedua bayi dapat diletakkan pada satu bidang datar yang memiliki ketinggian kurang lebih sepinggang ibu. e. Cara lain adalah dengan meletakkan bantal diatas punggung. 4. Posisi Ibu dengan ASI Berlimpah Pada ibu-ibu yang memiliki ASI yang berlimpah dan memancar dan alirkannya deras, terdapat posisi khusus untuk menghindari agar bayi tidak tersedak dengan cara : a. Ibu tidak terlentang lurus, sementara bayi diletakkan diatas perut ibu dalam posisi berbaring lurus dengan kepala menghadap payudara. b. Bayi ditengkurapkan diatas dada ibu, tangan sedikit menahan kepala bayi. Dengan posisi ini, maka bayi tidak akan tersedak Maryunani, 2009. Universitas Sumatera Utara

2.5 Kebijakan Mengenai ASI Eksklusif

Beberapa peraturan hukum terkait ASI Eksklusif: a. UU Nomor 362009 tentang Kesehatan Pasal 128 ayat 2 dan 3 disebutkan bahwa selama pemberian ASI,pihak keluarga,pemerintah daerah dan masyarakat harus mendukung ibu secara penuh dengan penyediaan waktu dan fasilitas khusus.Penyediaan fasilitas khusus sebagaimana dimaksud pada ayat 2 diadakan ditempat kerja dan tempat sarana umum. Pasal 200 sanksi pidana dikenakan bagi setiap orang yang dengan sengaja menghalangi program pemberian air susu ibu eksklusif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 128 ayat 2.Ancaman pidana yang diberikan adalah pidana penjara paling lama 1 satu tahun dan denda paling banyak Rp.100.000.000,00 seratus juta rupiah. b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif.Pasal 6 berbunyi “Setiap Ibu yang melahirkan harus memberikan ASI eksklusif kepada bayi yang dilahirkannya”. c. Keputusan Menteri kesehatan Nomor 450MENKESSKVI2004 Tentang Pemberian ASI secara Eksklusif di Indonesia.

2.5.1 Teori “Precede-Proceed” 1991

Teori ini dikembangkan oleh Lawrence Green, yang dirintis sejak tahun 1980. Lawrence Green mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, Universitas Sumatera Utara yakni faktor perilaku behavior causes dan faktor di luar perilaku non-behaviour causes. Selanjutnya perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yang dirangkumkan dalam akronim PRECEDE Predisposing, Enabling, dan Reinforcing Causes in Educational Diagnosis and Evalution. Precede ini merupakan arahan dalam penganalisis atau diagnosis dan evaluasi perilaku untuk intervensi pendidikan promosi kesehatan. Precede adalah fase diagnosis masalah. Sedangkan PROCEED Policy, Regulatory, Organizational Construct in Educational and Environmantal Development adalah merupakan arahan dalam perencanaan, implementasi, dan evaluasi pendidikan promosi kesehatan. Apabila precede merupakan fase diagnosis masalah, maka Proceed adalah merupakan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi Promosi Kesehatan. Lebih lanjut precede model ini dapat diuraikan bahwa perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor, yakni : a. Faktor-faktor predisposisi predisposing factors, yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya. b. Faktor-faktor pemungkin enabling factors, yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, jamban, dan sebagainya. c. Faktor-faktor pendorong atau penguat reinforcing factors yang terwujud dalam sikap dan pendorong atau penguat reinforcing factors yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, Universitas Sumatera Utara yang merupakan kelompok refrensi dari perilaku masyarakat Notoatmodjo, 2010.

2.6 Kerangka Konsep

Kerangka konsep yang dipakai dalam penelitian ini adalah Precede Model yang dikembangkan oleh teori Lawrencee Green 1990. Faktor-faktor yang mempengaruhi Gambaran Perilaku Ibu yang memiliki bayi usia 6-11 bulan dalam pemberian ASI Eksklusif adalah sebagai berikut: Gambar 2.2 Kerangka Konsep Faktor Predisposisi: - Pengetahuan - Sikap - Umur - Pendidikan - Pekerjaan Faktor Pendorong: - Petugas Kesehatan Faktor Pendukung: - Media Cetak - Media Elektronik - Keluarga Masyarakat Ibu yang memiliki bayi usia 6-11 bulan dalam pemberian ASI Eksklusif Universitas Sumatera Utara Keterangan : Penelitian ini bermaksud untuk menggambarkan perilaku Ibu yang memiliki bayi usia 6-11 bulan dalam pemberian ASI Eksklusif. Dari skema diatas dapat dilihat berdasarkan teori Lawrence Green bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku disebabkan oleh tiga faktor yaitu faktor-faktor predisposisi yaitu pengetahuan, sikap, umur, pendidikan, pekerjaan Ibu yang memiliki bayi usia 6-11 bulan dan faktor pendukung yaitu sumber informasi yang diperoleh melalui media massa seperti media cetak, elektronik, keluarga masyarakat dan faktor Pendorong adalah keterangan yang di dapat dari Petugas Kesehatan, selanjutnya ketiga faktor tersebut akan mempengaruhi Ibu yang memiliki bayi usia 6-11 bulan dalam pemberian ASI Eksklusif. Dari ketiga variabel tersebut dapat menghasilkan variabel bagaimana tindakan dari gambaran perilaku Ibu yang memiliki bayi usia 6-11 bulan dalam pemberian ASI Eksklusif atau segala sesuatu informasi yang dilakukan untuk menanggulangi masalah ASI Eksklusif di Puskesmas tersebut. Universitas Sumatera Utara 1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dokumen yang terkait

Determinan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Woyla Barat Kabupaten Aceh Barat

13 77 118

Perilaku Ibu yang Memiliki Bayi dalam Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Matsum Kecamatan Medan Area Tahun 2015

2 2 18

Perilaku Ibu yang Memiliki Bayi dalam Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Matsum Kecamatan Medan Area Tahun 2015

0 0 2

Perilaku Ibu yang Memiliki Bayi dalam Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Matsum Kecamatan Medan Area Tahun 2015

1 1 7

Perilaku Ibu yang Memiliki Bayi dalam Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Matsum Kecamatan Medan Area Tahun 2015

0 0 30

Perilaku Ibu yang Memiliki Bayi dalam Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Matsum Kecamatan Medan Area Tahun 2015

0 0 3

Perilaku Ibu yang Memiliki Bayi dalam Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Matsum Kecamatan Medan Area Tahun 2015

0 0 37

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Pemberian Asi Eksklusif Pada Ibu yang Memiliki Bayi Usia 6-12 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas

0 0 11

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG ASI EKSKLUSIF TERHADAP PERILAKU PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU-IBU YANG MEMILIKI BAYI BERUMUR 0- 4 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WIROBRAJAN YOGYAKARTA

0 0 14

HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GAMPING II YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Motivasi dengan Perilaku Ibu dalam Pemberian Asi Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Gamping II Yogyakarta -

0 0 16