kandung kemih, dan merekam tekanannya sementara kandung kemih diisi dengan 50 mL air atau udara. Dorongan pertama yang dapat dirasakan di kandung kemih
volume sekitar 150 ml, dan rasa penuh ditandai di sekitar 400 mL. Hukum Laplace menyatakan bahwa tekanan dalam bola viskus adalah sama dengan dua
kali ketegangan dinding dibagi oleh radius. Dalam kasus kandung kemih, ketegangan meningkat selama organ mengisi, tapi begitu juga peningkatan jari-
jari. Oleh karena itu, tekanan naik sedikit demi sedikit sampai organ yang relatif penuh Ganong, 2007.
Saat berkemih, otot-otot perineum dan sfingter uretra eksternal relaksasi, kontraksi otot detrusor, dan urin melewati keluar melalui uretra. Otot polos pada
kedua sisi uretra tampaknya memainkan peran dalam berkemih, dan fungsi utama mereka pada laki-laki diyakini pencegahan refluks sperma ke dalam kandung
kemih selama ejakulasi. Otot-otot perineum dan sfingter eksternal dapat dikontrakkan secara sadar, untuk mencegah aliran urin dari uretra atau
mengganggu aliran setelah buang air kecil telah dimulai. Dengan adanya pembelajaran yang mengakibatkan sfingter eksternal dalam keadaan dikontraksi
secara sadar sehingga orang dewasa dapat menunda buang air kecil sampai kesempatan untuk membatalkan proses berkemih itu sendiri. Setelah buang air
kecil. Urin yang tersisa di uretra laki-laki dapat di keluarkan oleh beberapa kontraksi dari otot bulbokavernosus Ganong, 2007.
2.4. Kanker kandung kemih 2.4.1. Pengertian
Kanker kandung kemih adalah suatu karsinoma yang terdapat pada kandung kemih yang ditandai dengan adanya total hematuri yang tanpa disertai rasa nyeri
dan bersifat intermitten. Pada karsinoma yang telah mengadakan infiltratif tidak jarang ditemukan gejala iritasi dari kandung kemih seperti disuria, polakisuria,
frekuensi, dan urgensi dan juga biasa dengan keluhan retensi oleh bekuan darah. Diagnosis kanker kandung kemih ini ditegakkan melalui pemeriksaan endoskopi
dan biopsi Iscan, Elfmansyah, Alvarino, 2006.
2.4.2. Epidemiologi
Kanker kandung kemih termasuk dalam sepuluh besar daftar keganasan pada pria, dengan peningkatan angka insiden sebesar 15 pertahun. Di Indonesia,
mayoritas kasus kanker kandung kemih merupakan kanker jenis sel transisional yang besarnya 78 dari seluruh kasus tumor kandung kemih. Menurut data
Globocan 2008, kanker kandung kemih merupakan jenis kanker dengan insiden kesebelas tertinggi di dunia dengan angka insiden ASR W 5,3 per 100.000. Dari
data tersebut 90 persennya merupakan kanker kandung kemih dengan jenis karsinoma sel transisional.Tiera Umbas, 2013.
2.4.3.Klasifikasi
1. Tumor Urothelial transisional 2. Papiloma Inverted
3. Papiloma excophytic 4. Papilary Urothelial Carcinoma
5. Carcinoma In-situ 6. Squamous Cell Carcinoma
7. Mixed Carcinoma 8. Adenocarcinoma
9. Small Cell Carcinoma 10. Sarcoma
Robins Contran, 2010
Tabel 2.1. Staging kanker kandung kemih
Sumber: Yin Leong, 2007
2.4.4.Etiologi dan Faktor Resiko
Tembakau merupakan faktor resiko yang paling di kenal untuk kanker kandung kemih jenis sel transisional. Terdapat 50-65 dari laki-laki dan 20-30
perempuan dengan kanker kandung kemih memiliki riwayat posistif merokok. Meskipun kanker kandung kemih lebih sering di temukan pada laki-laki
dibandingkan perempuan 3.8:1. Kanker kandung kemih stadium muscle invasive lebih sering ditemukan di laki-laki dibadingkan wanita pada awal diagnosa.
Papaparan derivat benzoyl dan amina aromatic telah di identifikasi sebagai faktor resiko sebanyak 20-25 dari semua kanker kandung kemih tipe transisional
Bründl et al., 2014
.
Pajanan bahan kimia merupakan faktor resiko kedua paling penting untuk terjadinya kanker kandung kemih. Pajanan bahan kimia ini menyebab 20-25
dari keseluruhan pasien kandung kemih. Beberapa zat yang telah diketahui sebagai karsinogen adalah amino aromatik, hidrokarbon aromatik polisiklik, dan
hidrokarbon yang diklorinisasi. Bahan-bahan ini berkaitan dengan pekerjaan yang berhubungan dengan zat pewarna, industri karet, tekstil, cat, logam dan
penyamakan kulit Umbas et al., 2014. Insidensi kanker kandung kemih juga dapat meningkat pada pasien dengan
infeksi berulang, contohnya seperti infeksi schistosomiasis dan iritasi kronis oleh batu dengan ukuran yang besar Umbas et al, 2014.
2.4.5. Patogenesis
Karsinoma dari kandung kemih terpresentasi biasanya Urothelial Carcinoma UC atau transitional cell carcinoma, adenocarcinoma, dan jenis-
jenis lain yang jarang ditemukan. Ada bukti kuat pada proses malignansi pada urothelium kandung kemihyang dikarenakan perubahan dari jalur molekular yang
berfungsi sebagai pengendali homeostasis seluler. Beberapa kunci molekul dan jalur yang meregulasi proses seluler telah diidentifikasi sebagai bagian penting
dalam terbentuknya tumorgenesis dan progress dari tumor urothelial. Ini termasuk lima proses intrinsik yang merespon terhadap karsinogenik eksternal atau
menyebabkan menjadi disregulasi secara internal karena perubahan genetik dari