Melalui informan ini dapat disimpulkan bahwa sarana dan prasarana secara keseluruhan untuk implementasi kebijakan SIMTANAS masih membutuhkan
perhatian untuk lebih ditingkatkan sehingga pelayanan pertanahan secara on-line system dapat tercapai, sehingga data pertanahan masyarakat yang lebih transparan
juga tercapai.
3. Komunikasi Antar Badan Pelaksana
Komunikasi antar badan pelaksana merupakan suatu hubungan yang sangat penting dalam implementasi kebijakan. Dalam banyak program
implementasi kebijakan, sebagai realitas dari program kebijakan perlu hubungan yang baik antara intansi yang terkait, yaitu dukungan komunikasi dan koordinasi.
Komunikasi dan koordinasi merupakan salah satu urat nadi dari sebuah organisasi agar program-programnya dapat direalisasikan dengan tujuan dan sasaran yang
tepat. Komunikasi dan koordinasi antar badan pelaksana menunjukkan adanya tuntutan saling dukung antar institusi yang berkaitan dengan programkebijakan.
Badan pelaksana bertanggungjawab atas pencapaian standar dan tujuan kebijakan, karena itu standar dan tujuan harus dikomunikasikan kepada para pelaksana.
Komunikasi dalam kerangka penyampaian informasi kepada para pelaksana kebijakan tentang apa menjadi standar dan tujuan harus konsisten dan seragam
dari berbagai sumber informasi. Jika tidak ada kejelasan dan konsistensi serta keseragaman terhadap suatu
standar dan tujuan kebijakan, maka yang menjadi standar dan tujuan kebijakan itu sulit untuk bisa dicapai. Dengan kejelasan itu, para pelaksana kebijakan dapat
mengetahui apa yang diharapkan darinya dan tahu apa yang harus dilakukannya. Dalam suatu organisasi publik, pemerintah daerah misalnya, komunikasi sering
Universitas Sumatera Utara
merupakan proses tersulit dan kompleks. Proses pentransferan berita ke bawah di dalam organisasi atau dari suatu organisasi ke organisasi lain, dan ke komunikator
lain, sering mengalami gangguan baik yang disengaja maupun tidak. Jika sumber komunikasi berbeda memberikan interpretasi yang tidak sama terhadap suatu
standar dan tujuan, atau sumber informasi sama memberikan interpretasi yang penuh dengan pertentangan, maka pada suatu saat pelaksana kebijakan akan
menemukan suatu kejadian yang lebih sulit untuk melaksanakan suatu kebijakan secara insentif.
Proses penyampaian informasi antara pembuat kebijakan dengan pelaksanan menyangkut keterkaitan antara keputusan yang telah dibuat denganaturan
mengenai pelaksanaannya, termasuk petunjuk teknis pelaksanaan,sehingga pelaksana tidak mengalami kesalahan dalam melaksanakan program yang
bersangkutan. Ketika diwawancarai oleh penulis tentang komunikasi dan koordinasi yang
terjalin terkait implementasi kebijakan SIMTANAS di Kantor Pertanahan Kabupaten Labuhanbatu, Kepala Seksi Pengendalian dan Pemberdayaan
menghatakan bahwa : “Proses penyampaian SIMTANAS ini memalui rapat yang diadakan oleh
Kantor Pertanahan Kabupaten Labuhanbatu. Kepala Kantor secara langsung menyampaikan tentang SIMTANAS ini
”
hasil wawancara 29 September 2015
Hal serupa juga dijelaskan oleh Kepala Subseksi Sengketa dan Konflik Pertanahan bahwa :
Universitas Sumatera Utara
“Komunikasi dan koordinasi ini dimulai dari diadakannya pertemuan yang dihadiri oleh perwakilan daerah-daerah untuk membahas peningkatan
pelayanan pertanahan , kemudian SIMTANAS ini dikomunikasikan melalui rapat internal kantor, komunikasi dan koordinasi yang terjalin itukan
serangkaian dan mengalir dalam setiap kegiatan. Jadi dalam pelaksanaannya
setelah disampaiakan
oleh Kepala
BPN, kami
menjalankannya sesuai dengan SOP yang sudah diatur untuk SIMTANAS ini
”
hasil wawancara 29 September 2015
Kesimpulan dari wawancara yang penulis lakukan mengenai penyampaian informasi bahwa SIMTANAS ini disampaiakan oleh Kepala BPN langsung
kepada seluruh staff yang terlibat dalam pelaksaan SIMTANAS dalam rapat internal, dan dalam pelaksaannya sudah mengikuti SOP yang berlaku..
Selain penyampaian informasi antara pembuat kebijakan dan pelaksana kebijakan, penyampaian informasi kepada masyarakat sebagai target dari
kebijakan juga merupakan hal yang tidak kalah pentingnya. Hal ini dimaksudkan agar penerima manfaat kebijakan mengerti sasaran dan manfaat dari kebijakan
yang dilaksanakan. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang disampaikan oleh Kepala Seksi
Pengendalian dan Pemberdayaan bahwa : “Penyampaian informasi kepada masyarakat sudah kami laksanakan.
Supaya masyarakat mengetahui sistem pelayanan pertanahan yang baru ini, kami juga menempelkan beberapa alur pelayanan pertanahan di dinding
kantor. Dengan demikian masyarakat juga bisa melihat secara langsung
Universitas Sumatera Utara
berapa lama waktu dan biaya yang dibutuhkan dalam pelayanan bidang pertanahan sesuai jenis pelayanannya
”.
hasil wawancara 29 September 2015
Tidak jauh berbeda dengan yang disampaikan Kepala Seksi Pengendalian dan Pemberdayaan, salah satu masyarakat mengatakan bahwa :
“Kalau untuk program ini saya mengetahuinya, kalau mau mengurus surat tanah sudah ada waktu dan biaya yang ditentukan dalam peraturan. Jadi
kalau mengurus tanah nggak lagi lama-lama seperti dulu ”.
hasil wawancara 03 Oktober 2015
Hal serupa juga disampaiakan masayarakat lain yang menggunakan program SIMTANAS ini
“Saya tahu program ini dari kepala desa, kalau mau mengurus surat tanah sudah tidak lagi lama seperti dulu. Kalaupun sedikit terlambat sudah tidak
selama dulu lagi ”.
hasil wawancara 06 Oktober 2015
Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan, penyampaian informasi sudah dapat dikatakan baik. Masyarakat sudah mengetahui alur pelayanan
SIMTANAS. Selain komunikasi, koordinasi merupakan mekanisme yang pentingdalam
implementasi kebijakan. Semakin baik koordinasi diantara pihak-pihak yang terlibat maka akan semakin kecil kesalahan yang ditemui.
Selain penyampaian informasi mengenai prosedur dan tujuan program SIMTANAS, maka aspek lain adalah kejelasan informasi yang disampaikan. Hal
ini bertujuan untuk menghindari kebingungan dan perbedaan persepsi antara
Universitas Sumatera Utara
pembuat kebijakan, pelaksana kebijakan dan penerima manfaat kebijakan yaitu masayarakat.
Hal ini dikemukakan oleh Kepala Sekesi Pengendalian dan Pemberdayaan bahwa :
“Setiap bagian yang terlibat di dalam pelaksanaan SIMTANAS ini sudah tahu tugasnya masing-masing. Dalam pelaksaannya juga kita berpedoman
pada peraturan-peraturan yang sudah ada untuk SIMTANAS ini ”.
hasil wawancara 29 September 2015
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, penulis mengambil kesimpulan bahwa pelaksanaan SIMTANAS sudah dapat dikatakan cukup baik
karena bagian-bagian yang terlibat sudah tahu tugas dan fungsinya masing- masing.
Selain kejelasan informasi dari pembuat kebijakan kepada pelaksana kebijakan , maka hal yang tidak kalah pentingnya adalah kejelasan informasi bagi
masyarakat. Adapun kejelasan informasi mengenai SIMTANAS kepada masyarakat
penerima manfaat SIMTANAS, salah seorang masyarakat mengatakan bahwa : “Untuk program ini saya sudah mengetahuinya, untuk syarat-syarat
pengurusannya juga sudah tahu ”.
hasil wawancara 04 Oktober 2015
Hal serupa juga ditambahkan oleh masyarakat lain bahwa : “Program ini bertujuan untuk membantu masyarakat dan mempermudah
masyarakat dalam mendaftarkan proses pendaftaran tanah dan penerbitan
Universitas Sumatera Utara
sertipikat. Sosialisasi dari BPN untuk SIMTANAS ini sudah bisa dikatakan cukup
”.
hasil wawancara 08 Oktober 2015
Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa masyarakat sudah mengetahui tujuan dan standar pelayanan
dari program SIMTANAS ini. Kejelasan informasi menghilangkan persepsi yang berbeda-beda dalam
pelaksanaan suatu program, sehingga tujuan awal dapat tercapai. Dalam komunikasi kejelasan informasi merupakan hal yang sangat perlu untuk
diperhatikan sehingga semua pihak dapat memahami program tersebut.
4. Karakteristik Agen Pelaksana