Pembahasan Gambaran Indek Massa Tubuh (IMT) pada Pasien Psoriasis Vulgsris di RSUP H. Adam Malik Medan

Kategori IMT Riwayat Kebiasaan Merokok Ada Tidak Ada Jumlah Jumlah Kurus Normal 3 30 Kelebihan Berat Badan 1 10 1 10 Obesitas I 2 20 Obesitas II 2 20 1 10 Total 6 60 4 40 Tabel 5.6. menunjukkan bahwa semua sampel psoriasis vulgaris dengan IMT normal mempunyai riwayat kebiasaan merokok yaitu sebanyak 3 orang 30. Sampel psoriasis vulgaris dengan kelebihan berat badan terdiri dari 1 orang 10 mempunyai riwayat kebiasaan merokok dan 1 orang 10 tidak mempunyai riwayat kebiasaan merokok. Semua sampel psoriasis vulgaris dengan obesitas I tidak mempunyai riwayat kebiasaan merokok yaitu sebanyak 2 orang 20. Sampel psoriasis vulgaris dengan obesitas II terdiri dari 2 orang 20 mempunyai riwayat kebiasaan merokok dan 1 orang 10 tidak mempunyai riwayat kebiasaan merokok.

5.2. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian, sampel terdiri dari 80 laki-laki dan 20 perempuan. Hasil ini berbeda dengan kepustakaan bahwa insidensi psoriasis vulgaris seimbang antara laki-laki dan perempuan. Jumlah sampel psoriasis vulgaris pada penelitian ini ditemukan lebih banyak pada laki-laki, hal ini mungkin dikarenakan riwayat kebiasaan merokok yang lebih tinggi pada laki-laki. Riwayat kebiasaan merokok merupakan faktor pencetus terjadinya psoriasis vulgaris Naldi et al., 2005. Menurut hasil penelitian, sampel terdiri dari 2 orang 20 pada kelompok usia ≤ 40 tahun dan 8 orang 80 pada kelompok usia 40 tahun. Psoriasis vulgaris dapat menyerang semua golongan usia. Awitan terjadinya psoriasis Universitas Sumatera Utara vulgaris biasanya terjadi pada usia 15-30. Banyak pasien psoriasis vulgaris yang menderita penyakit ini saat atau dibawah 40 tahun namun karena penyakit ini bersifat kronik dan residif, pasien tersebut tetap menderita psoriasis vulgaris saat usianya diatas 40 tahun Langley et al., 2005. Oleh karena itu, pada hasil penelitian ini ditemukan pasien psoriasis terbanyak pada usia 40 tahun. Dan berdasarkan anamnesis kepada sampel psoriasis vulgaris ditemukan bahwa sampel telah mengalamai psoriasis vulgaris rata-rata selama 5- 10 tahun. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada sampel psoriasis vulgaris dengan klasifikasi IMT kurus. Sampel psoriasis terdiri dari 3 orang 30 dengan IMT 18,5-22,9 kgm 2 ideal, 2 orang 20 dengan IMT 23-24,9 kgm 2 kelebihan berat badan, 2 orang 20 dengan IMT 25-29,9 kgm 2 obesitas I, dan 3 orang 30 dengan IMT ≥ 30 kgm 2 obesitas II. Hal ini menunjukkan sebagian besar sampel psoriasis vulgaris memiliki IMT di atas normal karena resiko psoriasis vulgaris akan meningkat pada orang yang mempunyai IMT 26-29 kgm 2 dan resiko meningkat dua kali lipat pada orang yang mempunyai IMT 29 kgm 2 Johnston et al, 2008. Peningkatan IMT berbanding lurus dengan pertambahan jaringan adiposa di dalam tubuh. Pertambahan jaringan adiposa tersebut akan meningkatkan adipositokin yaitu IL-6 dan TNF- α. Adipositokin tersebut meningkat baik sistemik maupun lokal sendi dan kulit Sterry et al., 2007. Peningkatan adipositokin di kulit akan menyebabkan inflamasi baik memicu terjadinya psoriasis vulgaris ataupun memperparah psoriasis vulgaris yang telah ada Johnston et al., 2008. Pada penelitian ini, sampel psoriasis vulgaris terdiri dari 6 orang 60 mempunyai riwayat obesitas pada keluarganya dan 4 orang 40 tidak mempunyai riwayat obesitas pada keluarganya. Hasil ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa orang yang ditemukan riwayat obesitas pada keluarga tingkat pertama akan mempunyai resiko obesitas lebih tinggi dibandingkan orang tanpa riwayat obesitas pada keluarganya Sande et al., 2001. Sampel dengan IMT normal, kelebihan berat badan, obesitas I, dan obesitas II dapat mempunyai riwayat psoriasis vulgaris pada keluarganya atau tidak mempunyi riwayat psoriasis vulgaris pada keluarga. Hal ini karena terdapat 3 Universitas Sumatera Utara faktor yang diduga berperan dalam patogenesis psoriasis vulgaris yaitu faktor genetik, faktor imunologik, dan faktor lingkungan stres, merokok, obesitas. Oleh karena itu, baik orang dengan riwayat psoriasis pada keluarga atau tanpa riwayat psoriasis pada keluarga dapat memiliki resiko untuk menderita psoriasis vulgaris Djuanda, 2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sampel psoriasis vulgaris yang mempunyai riwayat kebiasaan merokok sebanyak 6 orang 60 dan sampel psoriasis vulgaris tanpa riwayat kebiasaan merokok sebanyak 4 orang 40. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa orang dengan kebiasaan merokok akan memiliki resiko lebih tinggi untuk terkena psoriasis vulgaris dibandingkan orang yang tidak merokok Naldi et al., 2005. Universitas Sumatera Utara BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan