25 molasses dan kapur lime selama pembuatan briket akan mengurangi kadar air
dari briket tersebut [39]. Kadar air untuk briket yang diproduksi adalah 8 basis basah [33]. Kadar
air yang direkomendasikan untuk penyimpanan dan daya bakar yang baik sekitar 12 – 20 basis basah dimana bila kadar airnya melebihi 20 akan
menghabiskan banyak energi selama pembakaran [40]. Kadar air seharusnya rendah karena kadar air yang tinggi akan menyebabkan masalah pada penyalaan
dan membutuhkan energi yang besar untuk pengeringan, dan juga mempengaruhi kualitas pembakaran [41] serta memungkinkan untuk tumbuhnya mikroba [30].
4.3 PENGARUH KONSENTRASI PEREKAT TEPUNG TAPIOKA DAN PENAMBAHAN KAPUR TERHADAP KADAR ABU BRIKET
PELEPAH AREN
Berikut ini adalah grafik yang menunjukkan hubungan antara konsentrasi perekat tepung tapioka dan penambahan kapur terhadap kadar abu briket pelepah
aren
Gambar 4.3 Grafik Pengaruh Konsentrasi Perekat Tepung Tapioka dan Penambahan Kapur Terhadap Kadar Abu Briket Pelepah Aren
Abu merupakan materi anorganik yang tersisa setelah pembakaran biomassa. Abu terutama terdiri atas kalsium, magnesium, fosfor dan lain
sebagainya [42]. Salah satu unsur dalam abu adalah silikat dan pengaruhnya 5
10 15
20 25
30 35
1 2
3 4
5 6
K ad
ar A
bu
Konsentrasi Kapur
Tapioka 0 Tapioka 10
Tapioka 20 Tapioka 30
26 kurang baik terhadap nilai kalor briket, dimana semakin rendah kadar abu maka
semakin baik kualitas briket [13]. Dari gambar 4.3 terlihat bahwa kadar abu meningkat dengan bertambahnya
konsentrasi perekat tapioka 0, 10, 20 dan 30 pada konsentrasi kapur yang konstan. Kadar abu briket pelepah aren juga sebanding dengan penambahan
konsentrasi kapur 0, 1, 3 dan 5 pada konsentrasi perekat tapioka yang konstan.
Kadar abu seharusnya lebih rendah dari 4 karena biomassa dengan kadar abu tinggi banyak terdiri atas logam – logam alkalin yang membuat temperatur
fusi rendah yang potensial membentuk kerak [41]. Onchieku dkk 2012 dalam menyatakan bahwa peningkatan jumlah komposisi bahan tambahan pada briket
membuat persentase kadar abu semakin tinggi [43]. Kalinauskaite 2012 dalam juga memperoleh hasil bahwa adanya penambahan kapur cenderung
meningkatkan kadar abu dari briket. Hal ini dikarenakan bahan tambahan berupa perekat dan kapur sudah memiliki komponen – komponen anorganik dengan
persentase kadar abu masing – masing, yang pada akhirnya menambah persentase kadar abu briket itu sendiri [36].
4.4 PENGARUH KONSENTRASI PEREKAT TEPUNG TAPIOKA DAN PENAMBAHAN KAPUR TERHADAP KADAR BAHAN VOLATIL
BRIKET PELEPAH AREN
Berikut ini adalah grafik yang menunjukkan hubungan antara konsentrasi perekat tepung tapioka dan penambahan kapur terhadap kadar bahan volatil briket
pelepah aren.
27 Gambar 4.4 Grafik Pengaruh Konsentrasi Perekat Tepung Tapioka dan
Penambahan Kapur Terhadap Kadar Bahan Volatil Briket Pelepah Aren
Kadar bahan volatil merupakan zat menguap hasil dekomposisi senyawa- senyawa di dalam suatu bahan selain air[44]. Bahan volatil terdiri dari gas mudah
terbakar yaitu H
2
, CO, CH
4
, dan hidrokarbon, uap tar serta gas tidak mudah terbakar seperti CO
2
dan uap air [45]. Dari gambar 4.4 terlihat bahwa pada konsentrasi kapur yang konstan, kadar
bahan volatil briket pelepah aren meningkat dengan bertambahnya konsentrasi perekat tapioka 0, 10, 20 dan 30.
Dari penelitian, hubungan antara penambahan kapur terhadap kadar bahan volatil berbanding terbalik. Untuk setiap konsentrasi perekat tapioka 0, 10,
20 dan 30, kadar bahan volatil pada briket pelepah aren menurun dengan penambahan konsentrasi kapur sebanyak0, 1, 3 dan 5.
Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Onchieku dkk 2012, persentase kadar bahan volatil cenderung menurun dengan peningkatan komposisi
bahan tambahan pada briket seperti serbuk kapur [43]. Dari penelitian diperoleh nilai kadar bahan volatil yang tinggi. Tinggi rendahnya kadar bahan volatil briket
arang yang dihasilkan dipengaruhi oleh jenis bahan baku, sehingga perbedaan jenis bahan baku berpengaruh nyata terhadap kadar zat menguap briket arang.
Selain itu, tingginya kadar bahan volatil pada briket arang diduga disebabkan oleh kesempurnaan proses karbonisasi dan juga dipengaruhi oleh waktu dan suhu pada
proses pengarangan. Semakin besar suhu dan waktu pengarangan maka semakin 15
20 25
30 35
40 45
50 55
1 2
3 4
5 6
K ad
ar B
ah an
V ol
at il
Konsentrasi Kapur
Tapioka 0 Tapioka 10
Tapioka 20 Tapioka 30
28 banyak zat volatil yang terbuang, sehingga pada saat pengujian akan diperoleh
kadar bahan volatil yang rendah [21]. Kadar bahan volatil yang tinggi menunjukkan kadar bahan organik yang
tinggi pada briket [43]. Semakin tinggi kadar bahan volatil menunjukkan bahan yang tervaporisasi sebelum terjadi reaksi pembakaran fasa gas homogen.
Banyaknya bahan volatil sangat mempengaruhi dekomposisi termal dan sifat pembakaran bahan bakar padat [46].
Kadar bahan volatil yang tinggi pada briket akan menimbulkan asap yang relatif lebih banyak pada saat briket dinyalakan. Hal ini disebabkan oleh adanya
reaksi antara karbon monoksida CO dengan turunan alkohol [44].Serbuk kapur apabila ditambahkan dan dicampurkan dengan serbuk batubara dan tanah liat lalu
kemudian dibuat menjadi briket, akan menyatukan serbuk batubara membentuk briket yang kokoh. Apabila briket ini dibakar, akan menyala dalam waktu yang
cukup lama. Dalam hal ini serbuk kapur diharapkan dapat menangkap sulfur dioksida yang dilepaskan selama pembakaran briket [47].
4.5 PENGARUH KONSENTRASI PEREKAT TEPUNG TAPIOKA DAN PENAMBAHAN KAPUR TERHADAP KADAR KARBON BRIKET