Pelaksanaan Pembelajaran Laboratorium Keperawatan Jiwa

2. Pelaksanaan Pembelajaran Laboratorium Keperawatan Jiwa

Pelaksanaan pembelajaran laboratorium keperawatan jiwa di Akper PKU Muhammadiyah Surakarta dengan model skills lab yaitu pembelajaran ketrampilan keperawatan dalam kelompok-kelompok dengan dipandu instruktur atau dosen pengampu, dirasakan oleh mahasiswa cukup efektif, karena terencana dengan baik dan sistematis CHW 3. Namun terkadang pada beberapa kegiatan pembelajaran dosen pengampuinstruktur tidak bisa memenuhi kewajiban mengajar sesuai jadwal, sehingga terjadi kekosongan kegiatan belajar mengajar. Hal ini diungkapkan sebagai salah satu masalah tersendiri oleh mahasiswa karena dirasakan sulit mencari kesepakatan waktu pengganti dengan dosen pengampunya, akibat kesibukan dosen pengampu maupun padatnya jadwal pembelajaran pada semester IV yang sebenarnya merasa keberatan kalau jadwal pembelajaran kosong CHW 4. Apabila jadwal pelaksanaan pembelajaran laboratorium bertepatan dengan hari libur nasional, maka pengampu dan mahasiswa diwajibkan untuk mencari waktu pengganti. Hal ini dimaksudkan agar target materi yang sudah ditetapkan dapat tercapai semuanya sehingga mahasiswa mendapatkan materi pembelajaan yang sama. Mengingat pelaksanaan pembelajaran laboratorium dalam kelompok-kelompok dan masing- masing kelompok mempelajari materi tertentu yang berbeda pada jadwal pembelajaran hari yang sama CHW 1. Namun kondisi seperti ini sudah diantisipasi oleh mahasiswa dan dosen pengampu, karena sudah diberitahukan sebelumnya oleh kepala bagian laboratorium selaku koordinator. Dari beberapa metode pembelajaran yang ada, dosen pengampu keperawatan jiwa memilih metode demonstrasi yang dilanjutkan redemonstrasi dalam pelaksanaan pembelajaran laboratorium. Demonstrasi merupakan metode pembelajaran dengan cara memperagakan suatu prosedur menggunakan alat dengan disertai penjelasan. Metode demonstrasi juga merupakan metode mengajar yang sangat efektif untuk menolong siswa mencari jawaban atau pertanyaan seperti : bagaimana cara mengaturnya, bagaimana cara mengerjakannya. Keuntungan metode demonstasi dalam pembelajaran praktek dintaranya adalah peserta didik bisa memperoleh persepsi yang jelas dari hasil pengamatannya dan peserta didik bisa memperoleh pengalaman praktek kecakapan dan ketrampilan. “Setiap pengampu masuk, memberi penjelasan tujuan, bagaimana melaksanakannya dari awal sampai akhir, demikian diungkapkan oleh nara sumber dari mahasiswa. Kemudian setelah itu para pengampu memberi contoh interaksi atau terapi aktifitas kelompok. Setelah itu pengampu meminta setiap mahasiswa untuk menjelaskan kembalimengulang apa yang sudah dilakukan pengampu. Berdasarkan contoh-contoh yang sudah diberikan pengampu membuat kami paham tindakan apa yang harus kami lakukan dari para dosen sangat jelas dalam menyampaikan materi CHW 5. Nara sumber dari mahasiswa semester 5 menyatakan tidak tahu apa nama metodenya, namun bisa menjelaskan gambaran pelaksanaannya. Seperti gambaran yang disampaikan oleh mahasiswa semester 4 dan pada waktu mengulang interaksi redemonstrasi langsung diingatkan apabila ada kesalahan prosedur interaksitindakan. Selengkapnya mahasiswa semester 5 me ngungkapkan sebagai berikut : “ Untuk metodenya saya tidak tahu. Tapi dalam setiap skills lab biasanya menyiapkan alatSP, kemudian dosen menjelaskan tujuan dan materi dan memberi contoh atau mempraktekkan cara melaksanakan tindakan. Setelah itu mahasiswa mencoba serta diawasi kalau ada yang salah langsung diingatkan CHW 3. Dosen pengampu berperan sebagai fasilitator yang mendampingi peserta didik dalam melakukan latihan ketampilan, pada waktu tindakan ulang atau redemonstrasi oleh mahasiswa, Dan mahasiswa sepakat bahwa mayoritas pengampu sudah melaksanakan pendampingan. Seorang mahasiswa yang menjadi nara sumber, mengatakan hal sebaliknya, yaitu bahwa masalah pendampingan tergantung dosennya. Ada yang mendampingi ada juga yang tidak. Waktu mendampingi ada yang cuek, mahasiswa tidak dibimbing. Tapi ada juga yang membimbing sampai mahasiswa bisa. Prosentase dosen yang membimbing 75 yang 25 mendampingi tapi tidak membimbing CHW 4. Laboratorium ketrampilan adalah suatu fasilitas tempat mahasiswa dapat berlatih ketrampilan yang mereka perlukan, di mana bukan merupakan suatu konteks nyata antara dokterperawat – pasien. Saat mahasiswa melaksanakan praktek di laboratorium, umpan balik dapat diberikan secara langsung baik dari instruktur maupun dari teman berlatih sehingga bisa segera dievaluasi. Hal ini tidak mungkin untuk dilakukan di depan pasien, karena pasien akan merasa menjadi kelinci percobaan dan mahasiswa menjadi kurang rasa percaya diri. Pada waktu pendampingan redemonstrasi yang dilakukan mahasiswa melibatkan mahasiswa lain sebagai observer dan dosen akan mendampingi. Kadang ada mahasiswa yang tidak tahu atau tidak mengerti tentang tindakaninteraksi yang dilakukan, maka dosen pengampu akan memberikan tambahan informasi. Apabila ada mahasiswa yang salah dalam melakukan tindakaninteraksi, maka dosen akan membimbing melakukan tindakan ketrampilan secara benar. Pada akhir pembelajaran nanti mahasiswa yang berperan sebagai observer akan memberikan komentar tentang tindakan skills lab yang dilakukan oleh temannya CHW 6 Terdapat beberapa kelebihan berlatih ketrampilan di laboratorium, antara lain latihan dapat dilaksanakan setelah teori diberikan sehingga dapat membantu proses belajar mahasiswa. Mahasiswa juga dapat mengulang jika terjadi kesalahan dalam melaksanakan ketrampilan tertentu sampai betul-betul trampil. Ketrampilan dapat dilatih tahap demi tahap sehingga menjadi terampil. Hal ini tidak terlepas dari prinsip dalam proses belajar, salah satunya adalah adanya latihan yang berulang-ulang. Latihan adalah penyempurnaan potensi tenaga-tenaga yang ada dengan mengulang-ulang aktivitas tertentu. Latihan adalah suatu perbuatan pokok dalam kegiatan belajar, sama halnya dengan pembiasaan. Dengan berlatih dan mencoba mengulang tindakan, maka mahasiswa akan mempunyai pengalaman CHW 2. Ada juga dosen pengampuinstruktur menggunakan metode pembelajaran laboratorium keperawatan jiwa dengan role play dan diskusi, yang menekankan pada kemampuan ketrampilan kognitif dan komunikasi, pemilihan role play sebagai metode pembelajaran laboratorium dirasakan sangat efektif CHW 8. Selain metode demonstrasi, role play dan diskusi, salah seorang dosen pengampu menyampaikan sebaiknya ada kombinasi dengan metode pre conference dan post conference. Setiap awal pembelajaan sebelum dilakukan demonstrasi oleh dosen pengampu diadakan pre conference dalam bentuk pre test, yang bisa dilakukan tertulis maupun lisan kemudian dilanjutkan dengan diskusi mengenai tema ketrampilan yang akan dipraktekkan baru kemudian demonstrasi. Dengan adanya pre conference terlebih dahulu, maka mahasiswa terstimulasi untuk belajar dan mempersiapkan diri. Kemudian di akhir pembelajaran dilakukan post conference. Dilatarbelakangi oleh ketidaksiapan mahasiswa dalam mengikuti pembelajaran praktek laboratorium keperawatan jiwa, seorang nara sumber menyampaikan : “tidak ada pre conference jadi justru reviewnya kita yang menyampaikan. Kadang- kadang mahasiswa masih “blank” meskipun materinya sudah diberikan saat perkuliahan dan hand out sudah diberikan hari sebelumnya. Bahkan mereka masih “nol”, banyak yang tidak paham. Sekarang yang dilakukan yaitu datang, kemudian penyampaian tujuan pembelajaran, demonstrasi tanpa ada feed backevaluasi sebelum redemonstrasi CHW 2. Kesiapan mahasiswa yang kurang dalam mengikuti pembelajaran, merupakan hal yang serius dan perlu mendapat perhatian pengampu. Pelaksanaan redemonstrasi atau tindakan mandiri mahasiswa dalam pembelajaran laboratorium keperawatan jiwa juga mengalami kendalahambatan. Beberapa mahasiswa yang diwawancarai penulis menyatakan bahwa secara umum pelaksanaan pembelajaran laboratorium sudah baik, namun para mahasiswa mengeluhkan adanya kendala dalam redemonstrasi. Yaitu tidak semua mahasiswa melakukan redemonstrasi atau mencoba ulang ketrampilan keperawatan yang diajarkan. Kondisi ini disebabkan oleh berbagai factor, baik itu dari mahasiswanya sendiri maupun factor lain. Hasil observasi yang dilakukan peneliti, juga mendapatkan hal sama yaitu mahasiswa banyak yang enggan melakukan redemonstrasi ulang, meskipun sudah diberikan kesempatan dan dimotivasi oleh dosen pengampuinstruktur. Beberapa kendala yang dirasakan terangkum dalam kesimpulan penulis di bawah ini, antara lain yaitu : a. Mahasiswa merasa sudah tahu b. Mahasiswa kurang motivasi dan meremehkan c. Mahasiswa malas, dianggap kurang menantang karena bukan dengan pasien gangguan jiwa nyata, sehingga skenario probandus sudah disiapkan d. Waktu yang kurang sehingga tidak semua bisa mncoba ulang e. Hanya mahasiswa tertentu, terutama yang aktif saja yang berani maju untuk redemonstrasi f. Sarana prasarana, karena persiapan alat hanya terbatas Selain itu seorang mahasiswa yang diwawancarai menyatakan penyebab mengapa para mahasiswa enggan melakukan redemonstrasi ulang, diantaranya karena malu dilihat atau disaksikan orang lain, malas dan juga ingin memenuhi kepentingan pribadi CHW 5. Hasil observasi peneliti, seorang dosen pengampu menggunakan cara dengan mewajibkan dan memanggil satu persatu mahasiswa untuk mendemonstrasikan ulang. Masing-masing dosen pengampu menggunakan cara tersendiri dalam menumbuhkan motivasi untuk melakukan redemonstrasi pada mahasiswa. Dosen pengampu yang lain menggunakan cara dengan melibatkan mahasiswa lain sebagai observer pengamat, untuk mengamati demonstrasi ulang ketrampilan yang dilakukan oleh teman sekelompoknya, dengan cara berpasangan 2-3 orang. Sehingga semua mahasiswa dalam satu kelompok yang beranggotakan ± 8-10 mahasiswa berperan serta dalam pembelajaran. Pembelajaran praktek laboratorium jiwa merupakan salah satu bagian penting proses pembelajaran keperawatan jiwa di Akper PKU Muhammadiyah Surakarta, sebagai salah satu kompetensi dalam rangka mempersiapkan dan mencetak tenaga kesehatan terutama perawat yang professional. Sehingga adanya kendala dalam pembelajaran praktek laboratorium keperawatan jiwa di Akper PKU Muhammadiyah Surakarta seperti yang sudah diuraikan di atas, memerlukan perhatian dan penanganan yang segera dari pengelola dan pengampu. Mengingat

3. Evaluasi Pembelajaran Laboratorium Keperawatan Jiwa