Evaluasi Pembelajaran Laboratorium Keperawatan Jiwa

Pembelajaran praktek laboratorium jiwa merupakan salah satu bagian penting proses pembelajaran keperawatan jiwa di Akper PKU Muhammadiyah Surakarta, sebagai salah satu kompetensi dalam rangka mempersiapkan dan mencetak tenaga kesehatan terutama perawat yang professional. Sehingga adanya kendala dalam pembelajaran praktek laboratorium keperawatan jiwa di Akper PKU Muhammadiyah Surakarta seperti yang sudah diuraikan di atas, memerlukan perhatian dan penanganan yang segera dari pengelola dan pengampu. Mengingat

3. Evaluasi Pembelajaran Laboratorium Keperawatan Jiwa

Kegiatan evaluasi untuk menilai kemampuan mahasiswa dan pencapaian hasil belajar ketrampilan laboratorium dalam tiap semester dilaksanakan ujian skills lab dalam bentuk uji OSCA. OSCA mempunyai kepanjangan Objective Structured Clinical Assesment. Nama lainnya adalah Objective Structured Clinical Examination OSCE. Konsep dasar OSCA adalah bahwa setiap komponen kompetensi klinik diuji uniform satu bentuk dan secara obyektif pada semua mahasiswa yang menjalani ujian tertentu. OSCA sebagai instrumen yang mampu mengevaluasi kompetensi kognitif, perilaku dan psikomotor secara serentak CHW 1. Sebagian besar dosen pengampuinstruktur sudah melaksanakannya dalam bentuk yang hampir sama yaitu evaluasi selama proses kegiatan belajar mengajar dengan langsung memberi tahu mahasiswa kalau ada yang salah dalam melakukan ketrampilan tertentu, baik itu saat berlangsung maupun setelah kegiatan belajar mengajar pada waktu tersebut selesai dilaksanakan. Bertindak sebagai penguji pada uji OSCA keperawatan jiwa ini adalah dosen pengampu skills lab atau instruktur, bersamaan dengan mata kuliah lain dalam semester yang sama. Kecuali untuk ujian akhir program mendatangkan tim penguji dari luar. Penentuan kelulusannya dengan menentukan nilai batas lulus mahasiswa dalam ujian OSCA minimal mencapai 2,75, sehingga mahasiswa sudah dianggap kompeten untuk ketrampilan tertentu. Beberapa mahasiswa dan dosen pengampu yang diwawancarai peneliti mengungkapkan keinginannya, agar evaluasi ini berjalan efektif dan benar-benar mampu mengukur hasil yang diinginkan. Penilaian ketrampilan tindakaninteraksi, berdasarkan masing- masing target ketrampilan tindakan keperawataninteraksi dengan menggunkan format dalam bentuk check list. Kalau dilakukan dengan benar diberi skor 1. Tidak dilakukan atau dilakukan tidak sempurna diberi skor 0. Kemudian nilainya ditotal, dikatakan memenuhi syarat kompetenlulus apabila mencapai 2,75 NBL : 2,75 dalam setiap ketrampilan, dan akan ditingkatkan sesuai kompetensi kelasnya CHW 1 Seorang nara sumber mahasiswa mempertanyakan mengapa ketrampilan yang diujikan pada stase tindakaninteraksi hanya sedikit, padahal yang dipelajari cukup banyak. Seperti diungkapkan berikut ini : “ Materi skills lab keperawatan jiwa banyak, tetapi kenapa yang diujikan hanya sedikit, dua atau tiga. Mungkin bisa semuanya, tapi ada rata-rata lulusnya tidak mewajibkan semuanya lulus. Jadi semuanya pernah diujikan. Sebenarnya jujur kalau ada ujian OSCA mahasiswa diuji mental dan ketrampilannya. Mau tidak mau mahasiswa harus bisa untuk melakukan tindakan keperawatan itu. Dari saya pribadi, saya merasakan apa yang diajarkan dan diujikan di laboratorium ini buat modal kita di rumah sakit jiwa nanti. CHW 4. Uji OSCA sebagai salah satu metode evaluasi pembelajaran laboratorium dan klinik, menurut nara sumber dari dosen mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan uji OSCA diantaranya : dari segi waktu cukup singkat, cepat ternilai urut atau tidaknya tindakan, sistematis atau tidak. Kekurangan uji OSCA yaitu persiapan alat paten dan stressornya tinggi. Persiapan alat sudah paten dan probandus atau pasien sudah disiapkan asisten sehingga tidak ternilai pada kemampuan mahasiswa dalam persiapan alat dan jawaban-jawaban probandus dalam interaksi sudah dibuat standar CHW 2 dan 6.

4. Temuan Lain