12
3. Karakteristik Anak Tunarungu
Setiap  orang  memiliki  karakteristik  sendiri-sendiri  hal  ini dikarenakan  sebagai  wujud  dari  keunikan  ciptakan  Tuhan.  Seperti  halnya
orang  normal  lain  yang  memiliki  kerakteristik  sendiri  dalam  menunjukan indivisu  itu,  pada  anak  tunarungu  juga  memiliki  karakteristik  sendiri
sebagai  cirri  karakteristik  dari  ana  tunarungu.  Karakteristik  dapat  dilihat dari berbagai aspek misalnya:
a. Karakteristik Anak Tunarungu dalam Aspek Akademis. Sebagian  besar  anak  tunarungu  memiliki  kemampuan  intelegensi
yang  normal.  namun    karena  keterbatasan  dalam  berbahasa,  maka  anak tunarungu  banyak  mengalami  ketertinggalan  dari  anak-anak  awas.
Wardani, dkk 2008:5.18 berpendapat bahwa: Bahasa  merupakan  kunci  masuknya  berbagai  ilmu  pengetahuan
sehingga  keterbatasan  dalam  kemampuan  berbahasa  menghambat anak  tunarungu  untuk  memahami  pengetahuan  lainnya.  Kesulitan
berkomunikasi  yang  dialami  anak  tunarungu,  mengakibatkan mereka  memilki  kosakata  yang  terbatas,  sulit  mengartikan
ungkapan-ungkapan  bahasa  yang  mengandung  kiasan,  sulit mengartikan  kata-kata  abstrak,  serta  kurang menguasai  irama  dan
bahasa.
Berdasarkan  pendapat  ahli  tersebut,  kemampuan  akademis  anak Tunarungu  memang  mengalami  keterlambatan  dari  anak-anak  yang
mendengar,  karena  perolehan  informasi  yang  rendah  sehingga memerlukan  penanganan  yang  baik  guna  menunjang  setiap  pembelajaran
dalam  menanggulangi  kesulitan  berkomunikasi  dan  mengartikan ungkapan-ungkapan abstrak, serta bahasa san irama dari anak tunarungu.
13
b. Karakteristik dalam Aspek Sosial dan Emosional Ketunarunguan  tidak  hanya  berdampak  pada  sulitnya  melakukan
komunikasi,  tetapi  juga  berdampak  pada  aspek  lain  seperti  terganggunya aspek  sosial  emosionalnya.  Wardani,  dkk,  2008:  5.19  mengemukakan
bahwa: Ketunarunguan  menyebabkan  perasaan  terasing  dari  pergaulan
sehari-hari,  dan  kekurangan  terhadap  bahasa  lisan  sering menyebabkan  anak  tunarungu  menafsirkan  segala  sesuatu  dengan
negatif, sehingga membuat anak tunarungu memiliki  karakteristik, seperti:  pergaulan  terbatas  pada  sesama  tunarungu,sifat  egosentris
yang  melebihi  anak  normal,  perasaan  takut  terhadap  lingkungan sekitar,  perhatian  mereka  sukar  dialihkan,  memiliki  sifat  polos
sehingga  mudah  menyampaikan  perasaannya  kepada  orang  lain, serta cepat marah dan tersinggung.
Pendapat  tersebut  mengisyaratkan  bahwa  pendidikan  anak tunarungu tidak hanya sebatas mengembangkan aspek kognitifnya namun
juga  kemampuan  pada  mengontrol  emosinya  dan  kemampuan bersosialisasinya.
c. Karakteristik dalam segi Bahasa dan Bicara Permanarian  Somad  dan  Tati  Herawati  1996:  36  menjelaskan,
kemampuan  berbicara  dan  bahasa  anak  tunarungu  berbeda  dengan  anak yang mendengar, hal ini  disebabkan perkembangan bahasa erat kaitannya
dengan  kemampuan  mendengar.  Perkembangan  bahasa  dan  bicara  pada anak  tunarungu  sampai  masa  meraban  tidak  mengalami  hambatan  karena
meraban  merupakan  kegiatan  alami pernafasan  dan  pita  suara.  Setelah masa  meraban  perkembangan  bahasa  dan  bicara  anak  tunarungu  terhenti.
Pada  masa  meniru  anak  tunarungu  terbatas  pada  peniruan  yang  sifatnya
14
visual yaitu gerak dan isyarat. Perkembangan bicara selanjutnya pada anak tunarungu  memerlukan  pembinaan  secara  khusus  dan  intensif,  sesuai
dengan taraf ketunarunguan dan kemampuan-kemampuan yang lain. Suparno  2001:  14  menjelaskan  bahwa  karakteristik  anak
tunarungu dalam segi bahasa antara lain: 1 Miskin kosakata
2 Sulit  mengartikan  ungkapan-ungkapan  dan  kata-kata  yang  abstrak idiemik
3 Sulit memahami kalimat-kalimat yang kompleks atau kalimat panjang dalam bentuk kiasan.
4 Kurang menguasai irama dan gaya bahasa. Bahasa  adalah  alat  dan  sarana  utama  seseorang  untuk
berkomunikasi, untuk saling menyampaikan ide, konsep dan perasaannya, serta  termasuk  didalamnya  kemampuan  untuk  mengetahui  makna  kata
serta  aturan  atau  kaidah  bahasa  serta  penerapan.  Kemampuan  membaca, menulis,  berbicara  dan  mendengar  merupakan  alat  komunikasi  bahasa
Permanarian  Somad  dan  Tati  Herawati,  1996:  37.  Anak  tunarungu terhubungkan dengan dunia komunikasi dan informasi.
d. Karakteristik dari Aspek Emosi-Sosial Menguasai  bahasa  dan  mengerti  bahasa  erat  kaitannya  dengan
perilaku  emosi-sosial  anak.  Anak  dapat  marah,  suka,  ataupun  gembira karena mereka mengerti bahasa dalam Edja Sadjaah, 2005: 110. Menurut
Suparno  2001:  13  anak  tunarungu  mengalami  keterbatasan  kecakapan berbahasa  mengakibatkan  adanya  kesulitan  berkomunikasi,  dengan
kesulitan  berkomunikasi,  keterbatasan  bahasa,  sikap  penerimaan masyarakat,  dan  kegagalan  dalam  banyak  hal  menyebabkan  emosi  anak
15
tunarungu  tidak  stabil.  Biasanya  mereka  selalu  ragu-ragu  dan  mudah cemas dalam melakukan aktivitas.
B. Kajian tentang Penguasaan Kosakata 1. Pengertian Kosakata