Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia memiliki berbagai kemampuan dan potensi yang patut dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari. Pengembangan tersebut tidak terlepas dari aspek bagaimana cara dia berkomunikasi dengan orang lain. Komunikasi sudah menjadi bagian penting yang tidak terpisahkan dalam kehidupan bermasyarakat. Kemampuan komunikasi yang baik dipengaruhi oleh banyak sedikitnya kosakata yang dimiliki oleh setiap individu. Kosakata merupakan “Pembendaharaan atau kekayaan kata yang dimiliki oleh suatu bahasa” Soedjito dan Djoko Saryono,2011: 2. Seperti halnya anak normal lain, pada anak tunarungu memerlukan suatu pengembangan untuk penguasaan kosakata. Tunarungu merupakan suatu istilah yang menunjuk pada kondisi tidak berfungsinya organ pendengaran secara normal Suparno, 2001: 8. Tidak berfungsinya organ pendengaran menyebabkan anak tunarungu sangat kurang dalam pemerolehan kosakata, sehingga perkembangan bahasa dan bicara anak tunarungu menjadi terhambat. Permanarian Somad dan Tati Hernawati 1995: 32 mengungkapkan “Karakteristik Intelegensi Anak Tunarungu pada umumnya normal atau rata-rata, tetapi karena perkembangan intelegensi sangat dipengaruhi oleh perkembangan bahasa maka anak tunarungu akan menampakkan intelegensi yang rendah disebabkan oleh kesulitan memahami bahasa”. Hal ini mengindikasikan bahwa keterbatasan dan ketidakmampuan 2 yang dialami dalam pemerolehan bahasa, anak tunarungu berhak memperoleh suatu pendidikan khusus untuk mendapatkan pelaksanaan proses pembelajaran dan pemerolehan kosakata yang diperlukan dalam pengembangan bahasa. Bahasa merupakan alat penghubung yang berguna untuk berkomunikasi dan berinteraksi antara individu satu dengan yang lainnya. Agar komunikasi dan interaksi berjalan dengan lancar manusia memerlukan kosakata yang cukup. Tarigan 1994:2 menyatakan bahwa kemampuan berbahasa seseorang sangat dipengaruhi oleh penguasaan kosakata yang dimilikinya, karena semakin kaya seseorang akan kosakata maka akan semakin terampil orang tersebut dalam berbahasa, sebab kualitas keterampilan dan kuantitas kosakata yang dimilikinya. Berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu SDLB-B, pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan peserta didik berkomunikasi baik melalui berbicara maupun berisyarat. Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup komponen berbahasa yang meliputi mendengarmenyimak, berbicaraberisyarat, membaca dan menulis. Salah satu komponen dasar yang dikembangkan dalam berbicara adalah melakukan percakapan tentang nama kata benda dan kata kerja dilingkungan sekitar. Berbicara merupakan hal yang penting dalam kehidupan untuk menyampaikan informasi. Untuk berbicara seseorang memerlukan kosakata sebagai dasar untuk berkomunikasi. Kesulitan menguasai kosakata bagi anak tunarungu 3 mengharuskan seorang guru memiliki kompetensi untuk mengenalkan kosakata kepada siswanya. Berdasarkan hasil observasi di SLB B Karnnamanohara Yogyakarta, metode yang diterapkan yaitu Metode Maternal Reflektif MMR, adalah suatu metode yang didasari oleh pengembangan bahasa ibu yang diperoleh anak dari orang tua untuk pertama kali berbahasa. Hal ini sependapat dengan A. Van Uden Edja Sadjaah, 2005: 144 dalam Metode Maternal Reflektif perlu adanya percakapan yang sewajarnya dengan menggunakan metode tangkap dan peran ganda seperti yang dilakukan oleh seorang ibu dengan bayinya. Metode ini diterapkan sekolah memberi stimulus pada siswa supaya terpancing untuk selalu berkata dan berbicara. Namun pelaksanaan suatu metode juga akan dipengaruhi oleh media yang digunakan guru dalam proses pembelajaran. Pembelajaran Bahasa Indonesia berdasarkan pengamatan terhadap 9 siswa tunarungu di kelas Dasar 1 dengan penguasaan kosakata belum menunjukan keberhasilan secara optimal. Kosakata yang dimiliki anak tunarungu tergolong rendah dan sedikit, serta anak tunarungu memiliki pemahaman informasi verbal yang kurang. Kenampakan dari rendahnya penguasaan kosakata seperti belum mampu menguasai kosakata yang meliputi kata benda dan kata kerja. Pembelajaran dalam mengenalkan kosakata sebagian besar berasal dari pembelajaran guru, hal ini mengakibatkan proses pembelajaran kurang menyenangkan dan anak tunarungu kurang termotivasi untuk belajar. Pengoptimalan media sekitar sekolah belum efektif terlihat bahwa belum digunakannya media pembelajaran sederhana, kreatif, dan 4 inovatif dalam meningkatkan penguasaan kosakata anak tunarungu. Media pembelajaran kosakata hanya berbentuk gambar yang ditempel di dinding kelas yaitu gambar dan tulisan tanpa ada suatu pembelajaran yang mengaya dan mengembangkan kosakata anak tunarungu. Penggunaan media pembelajaran yang kreatif dan inovatif berbasis permainan memungkinkan anak tunarungu belajar kosakata lebih cepat. Meningkatkan kosakata anak tunarungu diperlukan media pembelajaran yang tepat dalam menguasai atau menambah kosakata. Media yang baik digunakan untuk anak tunarungu adalah dalam bentuk media visualisasi. Peningkatan penguasaan kosakata dapat dilakukan dengan media pembelajaran Scrabble Word bergambar. Media Scrabble Word Bergambar merupakan media permainan papan yang dimainkan oleh 1 atau 4 orang bertujuan untuk mengumpulkan poin berdasarkan nilai kata yang dibentuk dari keping huruf di atas papan permainan berkotak-kotak 15 kolom dan 15 baris. Dalam media Scrabble Word Bergambar bertujuan untuk menyusun huruf-huruf menjadi kata yang bermakna. Pembentukan kata tersebut kemudian akan dicoret anak. Anak dapat melihat gambar disekitar media tersebut yang digunakan untuk memudahkan anak dalam memperoleh kata benda atau kata kerja tersebut. Media pembelajaran berbasis permainan sangat cocok digunakan untuk meningkatkan kosakata kata benda dan kata kerja karena media permainan bahasa memberikan kegembiraan dan menambah kosakata dalam meningkatkan penguasaan kosakata guna membentuk keterampilan komunikasi. 5 Pelaksanaaan media Scrabble Word Bergambar adalah sebuah media pembelajaran dalam bentuk permainan menyusun huruf menjadi kata benda dan kata kerja yang memiliki makna. Pembelajaran ini dilakukan dikelas pada mata pelajaran pengembangan bahasa. Kata-kata yang dibuat sesuai dengan kata benda dan kata kerja yang akan dikembangkan oleh peneliti didasarkan atas hasil observasi yang telah dilakukan dalam melakukan penelitian. Media Scrabble Word Bergambar merupakan media penguasaan kosakata dengan anak mencari huruf-huruf yang akan disusun menjadi kata, melalui gambarnya akan mempermudah anak menemukan kata benda dan kata kerja tersebut. Diharapkan dengan media pembelajaran Scrabble Word Bergambar dapat mempengaruhi penguasaan kosakata anak tunarungu agar pengembangan bahasa pada anak tunarungu dapat berkembang dan anak tunarungu dapat melakukan komunikasi dengan baik serta tujuan yang diinginkan dapat dicapai. Sehubungan dengan ini, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang pengaruh media Scrabble Word Bergambar terhadap penguasaan kosakata pada siswa tunarungu kelas Dasar 1 di SLB B Karnnamanohara Yogyakarta.

B. Identifikasi Masalah