17
jo. ayat 2 huruf a Undang-Undang Nomor 5 tahun 1999.
c. Perkara Nomor: 09KPPU-L2009
Pelanggaran UU larangan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat ini berawal dari PT.
Carrefour Indonesia
mengakuisisi PT.Alfa
Retailindo,Tbk. dimana PT.Carrefour menguasai pangsa pasar yang sebelumnya hanya sebesar
46,30 persen setelah itu meningkat menjadi sebesar 57,99 persen di tahun 2008. Peningkatan
pangsa pasar
12
ini disalahgunakan
oleh PT.Carrefour Indonesia dengan cara menetapkan
berbagai syarat perdagangan trading terms kepada
pemasok sehingga
menimbulkan persaingan
tidak sehat
dan menghambat
konsumen memperoleh barang dan jasa yang bersaing. Hal ini dapat dilihat dari pengakuan
ketua Gabungan
Elektronik GABEL
yang mengatakan
bahwa PT.Carrefour
Indonesia merupakan suatu kekuatan yang cukup besar di
Indonesai, sehingga apabila produk Gabel tidak ada di PT.Carrefour Indonesia maka nilai brand
12
Pasal 1 angka 13 UU No.5 tahun 1999. Pangsa pasar adalah persentase nilai jual atau beli barang atau jasa tertentu yang dikuasai olehpelaku usaha pada
pasar bersangkutan dalam tahun kalender tertentu
18
GABEL tersebut berkurang. Sehingga sekalipun GABEL mengalami kerugian akibat persyaratan
yang ditetapkan oleh PT.Carrefour Indonesia salah satunya harus memasok juga pada PT.Alfa
Retailindo yang diakuisisi oleh PT.Carrefour Indonesia, yang mana dalam persyaratan yang
diberlakukan PT.Alfa Retailindo harus sama pada PT.Carrefour Indonesia.
13
Putusan Majelis Komisi KPPU menyatakan bahwa PT. Carrefour
Indonesia terbukti sah dan
meyakinkan melanggar Pasal 25 ayat 1 huruf a Undang-Undang
No.5 tahun
1999 tentang
larangan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.
d. Perkara Nomor: 17KPPU-I2010
Pelanggaran ini
dilakukan oleh
PT Pfizer
Indonesia, Pfizer Inc, Pfizer Overseas LLC, Pfizer Global Trading dan PT Pfizer Corporation Panama.
Kasus ini berawal dari Kelompok Usaha Pfizer diduga melakukan pelanggaran Pasal 25 ayat 1
Undang-undang nomor 5 tahun 1999 yaitu menyalahgunakan
posisi dominannya
untuk
13
Putusan KPPU Nomor : 09KPPU-L2009
19
mempengaruhi dokter danatau apotek agar hanya meresepkan obat dengan merek Norvask.
Dimana pangsa pasar Norvask sepanjang periode 2000-2007 mencapai di atas 50. Kondisi
tersebut memenuhi kriteria posisi dominan sebagaimana diatur dalam pasal 25 ayat 2.
Posisi dominan Pfizer untuk produk Norvask menjadi lebih kuat karena adanya hak paten yang
baru habis pertengahan 2007. Hak paten tersebut mengakibatkan tidak ada pelaku usaha pesaing
yang dapat menawarkan produk sejenis selain PT Dexa Medica dalam periode yang bersangkutan.
Pasca paten Norvask habis pertengahan 2007, pangsa pasar Norvask mengalami penurunan
seperti tercatat di tahun 2008 menjadi 45.52 dan
2009 mencapai
tingkat 39.50.
Pfizer Indonesia mencanangkan program HCCP pada
tahun 2005 yang melibatkan rekanan dokter dan apotik. Berdasarkan BAP dari apotik serta
kesaksian para ahli farmakolog, peran dokter dalam peresepan obat sangat penting.
Pihak apotik tidak dapat merubah resep yang sudah dituliskan dokter. Selain itu, pihak dokter
lah yang memberikan kartu anggota HCCP kepada pasien, dimana pihak apotik hanya melaksanakan
20
fungsi input data pasien melalui mesin EDC yang disediakan Pfizer Indonesia;
Kesaksian dari para farmakolog menyebutkan bahwa terdapat interaksi antar dokter dengan
perusahaan farmasi
yang diduga berakibat
kepada keputusan dokter dalam peresepan obat. Berdasarkan dokumen, diperoleh data rekanan
dokter dan apotik yang masuk dalam program HCCP Pfizer Indonesia.
Tim pemeriksa menilai bahwa program HCCP yang menjalin kemitraan dengan para dokter akan
mempengaruhi preferensi para dokter untuk meresepkan obat kepada pasien nya, terutama
untuk produk-produk Pfizer, termasuk Norvask. Tim berpendapat bahwa keputusan peresepan
tersebut mempengaruhi
obyektifitas dokter
sehingga akan tetap meresepkan produk produk Pfizer Indonesia khususnya Norvask untuk pasien
penderita hipertensi. Kondisi ini diperkuat dengan fakta bahwa sejak tahun 2007-awal 2010,
indicator most sold generic tetap dipegang oleh produk Norvask, sementara walau sudah tersedia
branded generic termasuk generic lain dengan harga relatif lebih murah di pasar, merk alternatif
21
tersebut belum banyak terjual atau diresepkan oleh dokter.
Putusan Majelis Komisi KPPU berpendapat bahwa PT Pfizer Indonesia, Pfizer Inc, Pfizer Overseas
LLC, Pfizer Global Trading dan PT Pfizer Corporation Panama terbukti secara sah dan
meyakinkan melanggar Pasal 5, Pasal 11, Pasal 16, Pasal 25 ayat 1 huruf a UU No 5 Tahun
1999.
2. Tidak Terbukti Melanggar Pasal 25 ayat 1 Tapi