22
Pelaporan Elektronik Perusahaan Tercatat Nomor SP-036BEJ-HKM06-2003 yang diduga dapat
menimbulkan penguasaan produksi danatau pemasaran barang danatau jasa oleh Terlapor I
dan Terlapor II. Penunjukan Terlapor II oleh Terlapor
I untuk
mengembangkan sistem
pelaporan elektronik perusahaan tercatat diduga dilakukan dengan cara diskriminasi terhadap
pesaing Terlapor II. PT BEJ memiliki posisi dominan terhadap pasar
jasa e-reporting monitoring di Bursa Efek Jakarta yang diduga dapat menghambat pelaku
usaha lain untuk memasuki pasar bersangkutan. Kemudian dalam putusannya, Majelis Komisi
menyatakan bahwa Terlapor I dan Terlapor II tidak terbukti melanggar Pasal 25 ayat 1 huruf c
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999, oleh karena PT BEJ Terlapor I tidak menghambat
pelaku usaha lain memasuki pasar bersangkutan sehingga unsur menghambat pelaku usaha lain
yang berpotensi
menjadi pesaing
untuk memasuki pasar bersangkutan.
b. Perkara Nomor: 21KPPU-L2005
23
Dugaan pelanggaran Pasal 25 ayat 1 huruf a Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 ini
dilakukan oleh PT. Pertamina Terlapor I, PT. Banten Inti Gasindo, yang selanjutnya disebut PT
BIG Terlapor II dan PT. Isma Asia Indotama, yang selanjutnya disebut sebagai PT IAI Terlapor
III. Kasus
ini berkaitan
dengan diskriminasi
distribusi gas yang dilakukan oleh PT Pertamina, yaitu
dengan menetapkan
syarat-syarat perdagangan kepada para trader JPMT, SBLC,
gas make up, harga gas, sistem pembayaran dan sebagainya yang akan melakukan hubungan
dagang dengan PT. Pertamina. Berdasarkan laporan PT. Igas Utama menyatakan
PT. Pertamina telah melakukan diskriminasi terhadap PT. Igas Utama dan PT. Banten Inti
Gasindo dalam hal PT. Banten Inti Gasindo mendapatkan lebih besar pasokan gas dan
dipermudah persyaratan PJBGnya. Putusan Majelis Komisi KPPU menyatakan bahwa
PT. Pertamina persero tidak terbukti melanggar ketentuan Pasal 25 ayat 1 huruf a Undang-
undang Nomor
5 Tahun
1999. Dengan
pertimbangan bahwa meskipun PT. Pertamina
24
terbukti memiliki posisi dominan dan juga terbukti menetapkan syarat-syarat perdagangan
akan tetapi tidak terbukti mencegah danatau menghalangi
konsumen memperoleh
barang danatau jasa yang bersaing, baik dari segi harga
maupun kualitas.
c. Perkara Nomor: 15KPPU-L2006
Dugaan pelanggaran Pasal 25 ayat 1 huruf a Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 ini
dilakukan oleh Terlapor dalam hal ini PT Pertamina Persero. Kasus ini berkaitan dengan
pendistribusian Elpiji di Sumatera Selatan. Penerbitan surat No. 057E220002006-S3 yang
pada pokoknya melarang agen Elpiji di Pulau Bangka untuk membeli dan mengisi Elpiji di DSP
Pulau Layang dan harus mengisi di APPEL Muntok terhitung mulai tanggal 3 Maret 2006.
Setelah terbitnya Surat No. 057E220002006-S3 harga ex agen yang ditetapkan oleh Terlapor
turun menjadi Rp 63.747,- enam puluh tiga ribu tujuh ratus empat puluh tujuh rupiah per
tabung 12 Kg. Hal ini disebabkan karena agen tidak lagi menanggung biaya tambahan sebesar
25
Rp 17.500,- tujuh belas ribu lima ratus rupiah namun turun menjadi Rp 11.639,40,- sebelas
ribu enam ratus tiga puluh sembilan koma empat puluh rupiah.
Bahwa berdasarkan
surat GM
No. 058E220002006-S3 agen di Pulau Bangka
akan mendapatkan keuntungan sebesar Rp 5.560,44,- lima ribu lima ratus enam puluh
koma empat puluh empat rupiah per tabung 12 Kg tetapi kenyataan di lapangan, keuntungan
yang diperoleh agen lebih rendah dari yang ditetapkan oleh Terlapor. Hal ini terjadi karena
pertama APPEL melakukan penjualan langsung
melalui toko-toko dengan harga berkisar antara Rp 60.000,- enam puluh ribu rupiah sampai
dengan Rp. 61.000,- enam puluh satu ribu
rupiah. Kedua Salah satu pemegang saham PT.
Niaga Utama Pura Prima membeli elpiji secara langsung
dari agen
di Palembang
dan memasarkannya ke Pulau Bangka dengan harga
antara Rp 60.000,- enam puluh ribu rupiah sampai dengan Rp 63.000,- enam puluh tiga ribu
rupiah per tabung 12 kg. Putusan Majelis Komisi KPPU menyatakan bahwa
Terlapor tidak terbukti melanggar ketentuan Pasal
26
25 ayat 1 huruf a Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999, dengan pertimbangan karena
Terlapor telah mencabut surat larangan pengisian Elpiji di DSP Pulau Layang dan memberikan
kebebasan kepada agen di Pulau Bangka untuk memilih tempat pengisian Elpiji, sehingga unsur
menetapkan syarat-syarat perdagangan tidak terpenuhi.
d. Perkara Nomor: 07KPPU-L2007