Perkara Nomor: 21KPPU-L2005 Perkara Nomor: 15KPPU-L2006

22 Pelaporan Elektronik Perusahaan Tercatat Nomor SP-036BEJ-HKM06-2003 yang diduga dapat menimbulkan penguasaan produksi danatau pemasaran barang danatau jasa oleh Terlapor I dan Terlapor II. Penunjukan Terlapor II oleh Terlapor I untuk mengembangkan sistem pelaporan elektronik perusahaan tercatat diduga dilakukan dengan cara diskriminasi terhadap pesaing Terlapor II. PT BEJ memiliki posisi dominan terhadap pasar jasa e-reporting monitoring di Bursa Efek Jakarta yang diduga dapat menghambat pelaku usaha lain untuk memasuki pasar bersangkutan. Kemudian dalam putusannya, Majelis Komisi menyatakan bahwa Terlapor I dan Terlapor II tidak terbukti melanggar Pasal 25 ayat 1 huruf c Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999, oleh karena PT BEJ Terlapor I tidak menghambat pelaku usaha lain memasuki pasar bersangkutan sehingga unsur menghambat pelaku usaha lain yang berpotensi menjadi pesaing untuk memasuki pasar bersangkutan.

b. Perkara Nomor: 21KPPU-L2005

23 Dugaan pelanggaran Pasal 25 ayat 1 huruf a Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 ini dilakukan oleh PT. Pertamina Terlapor I, PT. Banten Inti Gasindo, yang selanjutnya disebut PT BIG Terlapor II dan PT. Isma Asia Indotama, yang selanjutnya disebut sebagai PT IAI Terlapor III. Kasus ini berkaitan dengan diskriminasi distribusi gas yang dilakukan oleh PT Pertamina, yaitu dengan menetapkan syarat-syarat perdagangan kepada para trader JPMT, SBLC, gas make up, harga gas, sistem pembayaran dan sebagainya yang akan melakukan hubungan dagang dengan PT. Pertamina. Berdasarkan laporan PT. Igas Utama menyatakan PT. Pertamina telah melakukan diskriminasi terhadap PT. Igas Utama dan PT. Banten Inti Gasindo dalam hal PT. Banten Inti Gasindo mendapatkan lebih besar pasokan gas dan dipermudah persyaratan PJBGnya. Putusan Majelis Komisi KPPU menyatakan bahwa PT. Pertamina persero tidak terbukti melanggar ketentuan Pasal 25 ayat 1 huruf a Undang- undang Nomor 5 Tahun 1999. Dengan pertimbangan bahwa meskipun PT. Pertamina 24 terbukti memiliki posisi dominan dan juga terbukti menetapkan syarat-syarat perdagangan akan tetapi tidak terbukti mencegah danatau menghalangi konsumen memperoleh barang danatau jasa yang bersaing, baik dari segi harga maupun kualitas.

c. Perkara Nomor: 15KPPU-L2006

Dugaan pelanggaran Pasal 25 ayat 1 huruf a Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 ini dilakukan oleh Terlapor dalam hal ini PT Pertamina Persero. Kasus ini berkaitan dengan pendistribusian Elpiji di Sumatera Selatan. Penerbitan surat No. 057E220002006-S3 yang pada pokoknya melarang agen Elpiji di Pulau Bangka untuk membeli dan mengisi Elpiji di DSP Pulau Layang dan harus mengisi di APPEL Muntok terhitung mulai tanggal 3 Maret 2006. Setelah terbitnya Surat No. 057E220002006-S3 harga ex agen yang ditetapkan oleh Terlapor turun menjadi Rp 63.747,- enam puluh tiga ribu tujuh ratus empat puluh tujuh rupiah per tabung 12 Kg. Hal ini disebabkan karena agen tidak lagi menanggung biaya tambahan sebesar 25 Rp 17.500,- tujuh belas ribu lima ratus rupiah namun turun menjadi Rp 11.639,40,- sebelas ribu enam ratus tiga puluh sembilan koma empat puluh rupiah. Bahwa berdasarkan surat GM No. 058E220002006-S3 agen di Pulau Bangka akan mendapatkan keuntungan sebesar Rp 5.560,44,- lima ribu lima ratus enam puluh koma empat puluh empat rupiah per tabung 12 Kg tetapi kenyataan di lapangan, keuntungan yang diperoleh agen lebih rendah dari yang ditetapkan oleh Terlapor. Hal ini terjadi karena pertama APPEL melakukan penjualan langsung melalui toko-toko dengan harga berkisar antara Rp 60.000,- enam puluh ribu rupiah sampai dengan Rp. 61.000,- enam puluh satu ribu rupiah. Kedua Salah satu pemegang saham PT. Niaga Utama Pura Prima membeli elpiji secara langsung dari agen di Palembang dan memasarkannya ke Pulau Bangka dengan harga antara Rp 60.000,- enam puluh ribu rupiah sampai dengan Rp 63.000,- enam puluh tiga ribu rupiah per tabung 12 kg. Putusan Majelis Komisi KPPU menyatakan bahwa Terlapor tidak terbukti melanggar ketentuan Pasal 26 25 ayat 1 huruf a Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999, dengan pertimbangan karena Terlapor telah mencabut surat larangan pengisian Elpiji di DSP Pulau Layang dan memberikan kebebasan kepada agen di Pulau Bangka untuk memilih tempat pengisian Elpiji, sehingga unsur menetapkan syarat-syarat perdagangan tidak terpenuhi.

d. Perkara Nomor: 07KPPU-L2007

Dokumen yang terkait

KEBIJAKAN MODAL MINIMUM, KEBIJAKAN KEPEMILIKAN TUNGGAL DAN PENYALAHGUNAAN POSISI DOMINAN DALAM PERSAINGAN USAHA INDUSTRI PERBANKAN

0 3 9

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Eksistensi Sanksi dalam Hukum T2 322014001 BAB I

0 3 29

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Doktrin sebagai Sumber Hukum T2 322014015 BAB I

1 3 23

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Membangun Usaha Pasca Konflik T2 092010007 BAB I

0 0 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Konsep Penyalahgunaan Posisi Dominan dalam Hukum Persaingan Usaha

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Konsep Penyalahgunaan Posisi Dominan dalam Hukum Persaingan Usaha T2 322010007 BAB II

0 0 77

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Konsep Penyalahgunaan Posisi Dominan dalam Hukum Persaingan Usaha T2 322010007 BAB IV

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Praktek Diskriminasi Non Harga sebagai Tindakan Anti Persaingan dalam Hukum Persaingan Usaha

0 0 17

BAB II KRITERIA PENYALAHGUNAAN POSISI DOMINAN (ABUSE OF - HARMONISASI PENGATURAN POSISI DOMINAN DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY DTINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 43

BAB III HARMONISASI PENGATURAN TENTANG PENYALAHGUNAAN POSISI DOMINAN (ABUSE OF DOMINANT POSITION) DALAM ASEAN - HARMONISASI PENGATURAN POSISI DOMINAN DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY DTINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA Repository - UNAIR REPOSITO

0 0 39