PENGARUH PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA DAN TATAKRAMA SISWA TERHADAP PEMBELAJARAN PKN SMP N I BARADATU TAHUN PELAJARAN 2012/2013

(1)

ABSTRAK

PENGARUH PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA DAN TATAKRAMA SISWA TERHADAP PEMBELAJARAN PKN SMP N I BARADATU

TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Oleh

Riski Lovi Patra

Tujuan penelitian ini untuk menjelaskan pengaruh pendidkan karakter bangsa terhadap pelajaran Pkn SMP N I baradatu tahun pelajaran 2012/2013. Pemehaman tatakrama siswa terhadap pelajaran Pkn SMP N I baradatu tahun ajaran 2012/2013.Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 50 orang. Analisis data menggunakan Chi Kuadrat.

Hasil analisis Chi kuadrat antara X1 terhadap Y Dengan demikiaan ternyata: nilai X2 hitung > X2 tabel yaitu X2 hitung = 11.290 > X2 tabel 9,48. Sehingga Ha diterima dan Ho ditolak. jadi “ Kesimpulannya Ada pengaruh yang positif antara pendidikan karakter bangsa terhadap pelajaran Pkn pada siswa kelas VII SMP N I Baradatu tahun pelajaran 2012/2013”.

Kata Kunci : Pendidikan Karakter Bangsa dan Tata Krama siswa, Pembelajaran Pkn.


(2)

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Krisis multi dimensi yang dialami bangsa Indonesia saat ini, telah memberi dampak yang besar dalam berbagai tatanan kehidupan bangsa. Banyak yang mengatakan bahwa masalah terbesar yang dihadapi bangsa Indonesia adalah terletak pada aspek moral. Terbukti dengan banyaknya berita tentang tawuran antar pelajar, kasus-kasus narkoba yang sering kita lihat di televisi tidak jarang pemakainya juga masih menyandang status pelajar, beberapa pelajar berada di "terali besi" karena menganiaya gurunya sendiri, anak yang tidak lagi memiliki sopan santun pada orang tua. Dan yang sangat parah lagi yaitu ada anak yang berani membunuh orang tuanya sendiri. Apabila ini tidak diperhatikan dan dicarikan solusinya secara cepat dan tepat, maka tampaknya bangsa Indonesia tidak akan bisa bangkit.

Kita harus menyadari bahwa tujuan pendidikan adalah memperbaiki moral, lebih tegasnya yakni "memanusiakan manusia". Berbagai macam kurikulum telah dipergunakan di Negara kita tercinta ini yang tidak lain adalah untuk tercapainya tujuan-tujuan pendidikan yang telah teramanatkan dalam UUD 1945 pada


(3)

umumnya dan pada khususnya dalam perundang-undangan pendidikan yang telah dibuat oleh pemerintah.

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab" maka kita dapat memahami bahwa tujuan utama pendidikan adalah membentuk insan yang beriman dan berakhlak mulia.

Berdasarkan uraian di atas penulis menyimpulkan bahwa pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah belum sesuai dengan harapan yang tertuang dalam Undang-Undang Sisdiknas No 20 Tahun 2003 Pasal 3 tersebut. Oleh karena itu, ada seorang tokoh Indonesia yang bernama Ratna Megawangi yang telah menyelesaikan program Ph.D-nya di Tufts University Amerika, memunculkan sebuah model pendidikan alternatif yang disebut dengan "Pendidikan Karakter". Ratna Megawangi berpendapat bahwa “pendidikan karakter adalah sebuah usaha mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif pada lingkungannya. Adapun nilai-nilai karakter yang ditanamkan kepada anak-anak adalah nilai-nilai universal yang mana seluruh agama, tradisi dan budaya pasti menjunjung tinggi


(4)

3

nilai-nilai tersebut yang selanjutnya dituangkan dalam kurikulum dan kegiatan anak-anak di sekolah. Pendidikan karakter ini pun tidak bertentangan dengan konsep KBK karena mengukir akhlak melalui proses yaitu sama-sama melibatkan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Kita sering mendengar ungkapan yang mengatakan bahwa mengajarkan anak-anak kecil ibaratnya seperti menulis di atas batu yang akan terbekas sampai usia tua, sedangkan mengajarkan pada orang dewasa diibaratkan seperti menulis di atas air yang akan cepat sirna dan tidak membekas.

Ungkapan itu tidak dapat diremehkan begitu saja karena karakter yang berkualitas perlu dibentuk dan dibina sejak usia dini. Usia dini merupakan masa kritis bagi pembentukan karakter seseorang. Banyak pakar pendidikan mengatakan bahwa kegagalan penanaman karakter sejak dini akan membentuk pribadi yang bermasalah di masa dewasanya kelak. Anak-anak akan tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter jika dapat tumbuh pada lingkungan yang berkarakter, sehingga fitrah setiap anak yang dilahirkan suci dapat berkembang secara optimal, sebagaimana sabda rasulullah SAW:

Artinya:

"Tidak ada anak yang dilahirkan kecuali dalam keadaan suci, maka kedua orang tuanya lah yang menjadikannya yahudi, nashrani dan majusi". (H.R. Imam Muslim)


(5)

Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Kebajikan terdiri atas sejumlah nilai, moral, dan norma, seperti jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, dan hormat kepada orang lain. Interaksi seseorang dengan orang lain menumbuhkan karakter masyarakat dan karakter bangsa. Oleh karena itu, pengembangan karakter bangsa hanya dapat dilakukan melalui pengembangan karakter individu seseorang. Akan tetapi, karena manusia hidup dalam ligkungan sosial dan budaya tertentu, maka pengembangan karakter individu seseorang hanya dapat dilakukan dalam lingkungan sosial dan budaya yang berangkutan. Artinya, pengembangan budaya dan karakter bangsa hanya dapat dilakukan dalam suatu proses pendidikan yang tidak melepaskan peserta didik dari lingkungan sosial,budaya masyarakat, dan budaya bangsa. Lingkungan sosial dan budaya bangsa adalah Pancasila; jadi pendidikan budaya dankarakter bangsa haruslah berdasarkan nilai-nilai Pancasila. Dengan kata lain, mendidik budaya dan karakter bangsa adalah mengembangkan nilai-nilai Pancasila pada diri peserta didik melalui pendidikan hati, otak, dan fisik.

Pendidikan adalah suatu usaha yang sadar dan sistematis dalam mengembangkanpotensi peserta didik. Pendidikan adalah juga suatu usaha masyarakat dan bangsa dalam mempersiapkan generasi mudanya bagi keberlangsungan kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik di masa depan.


(6)

5

Atas dasar pemikiran itu, pengembangan pendidikan budaya dan karakter sangat strategis bagi keberlangsungan dan keunggulan bangsa di masa mendatang. Pengembangan itu harus dilakukan melalui perencanaan yang baik, pendekatan yang sesuai, dan metode belajar serta pembelajaran yang efektif. Sesuai dengan sifat suatu nilai, pendidikan karakter bangsa adalah usaha bersama sekolah; oleh karenanya harus dilakukan secara bersama oleh semua guru dan pemimpin sekolah, melalui semua mata pelajaran.

Proses pengembangan nilai-nilai yang menjadi landasan dari karakter itu menghendaki suatu proses yang berkelanjutan, dilakukan melalui berbagai mata pelajaran yang ada dalam kurikulum (kewarganegaraan, sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, bahasa Indonesia, IPS, IPA, matematika, agama, pendidikan jasmani dan olahraga, seni, serta ketrampilan). Dalam mengembangkan pendidikan karakter bangsa, kesadaran akan siapa dirinya dan bangsanya adalah bagian yang teramat penting. Kesadaran tersebut hanya dapat terbangun dengan baik melalui sejarah yang memberikan pencerahan dan penjelasan mengenai siapa diri bangsanya di masa lalu yang menghasilkan dirinya dan bangsanya di masa kini. Ketatanegaraan, pemerintahan, dan politik (ketatanegaraan/politik/ kewarganegaraan),

Pendidikan karakter bangsa dilakukan melalui pendidikan nilai-nilai atau kebajikan yang menjadi nilai dasar budaya dan karakter bangsa. Kebajikan yang menjadi atribut suatu karakter pada dasarnya adalah nilai. Oleh karena itu pendidikan budaya dan karakter bangsa pada dasarnya adalah pengembangan


(7)

nilai-nilai yang berasal dari pandangan hidup atau ideologi bangsa Indonesia, agama, budaya, dan nilai-nilai yang terumuskan dalam tujuan pendidikan nasional.

Fungsi pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah:

1. pengembangan: pengembangan potensi peserta didik untuk menjadi pribadiberperilaku baik; ini bagi peserta didik yang telah memiliki sikap dan perilaku yangmencerminkan budaya dan karakter bangsa;

2. perbaikan: memperkuat kiprah pendidikan nasional untuk bertanggung jawab dalam pengembangan potensi peserta didik yang lebih bermartabat; dan 3. penyaring: untuk menyaring budaya bangsa sendiri dan budaya bangsa lain

yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang bermartabat.

Tujuan pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah:

1. mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia dan warganegara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa;

2. mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius;

3. menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa;

4. mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan; dan


(8)

7

5. mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajaryang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan (dignity).

Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa di identifikasi dari sumber-sumber berikut ini.

1. Agama: masyarakat Indonesia adalah masyarakat beragama. Oleh karena itu,

kehidupan individu, masyarakat, dan bangsa selalu didasari pada ajaran agamadan kepercayaannya. Secara politis, kehidupan kenegaraan pun didasari pada nilai-nilai yang berasal dari agama. Atas dasar pertimbangan itu, maka nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa harus didasarkan pada nilai-nilai dan kaidah yang berasal dari agama.

2. Pancasila: negara kesatuan Republik Indonesia ditegakkan atas prinsip-prinsip

kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang disebut Pancasila. Pancasila terdapat pada Pembukaan UUD 1945 dan dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-pasal yang terdapat dalam UUD 1945. Artinya, nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila menjadi nilai-nilai yang mengatur kehidupan politik, hukum, ekonomi, kemasyarakatan, budaya, dan seni. Pendidikan budaya dan karakter bangsa bertujuan mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang lebih baik, yaitu warga negara yang memiliki kemampuan, kemauan, dan menerapkan nilainilai Pancasila dalam kehidupannya sebagai warga negara.

3. Budaya: sebagai suatu kebenaran bahwa tidak ada manusia yang hidup

bermasyarakat yang tidak didasari oleh nilai-nilai budaya yang diakui masyarakat itu. Nilai-nilai budaya itu dijadikan dasar dalam pemberian makna


(9)

terhadap suatu konsep dan arti dalam komunikasi antaranggota masyarakat itu. Posisi budaya yang demikian penting dalam kehidupan masyarakat mengharuskan budaya menjadi sumber nilai dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa.

4. Tujuan Pendidikan Nasional: sebagai rumusan kualitas yang harus dimiliki

setiap warga negara Indonesia, dikembangkan oleh berbagai satuan pendidikan di berbagai jenjang dan jalur. Tujuan pendidikan nasional memuat berbagai nilaikemanusiaan yang harus dimiliki warga negara Indonesia. Oleh karena itu, tujuan pendidikan nasional adalah sumber yang paling operasional dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa.

Setelah melakukan ovservasi berdasarkan karakteristik sekolah yang dilakukan oleh guru Bimbingangan konseling dan pelajaran PKn dan warga sekolah SMP N I dengan sebagai berikut :

Karakter sumber daya manusia yang ada (SDM), Komponen SNP,kondisi satuan pendidikan, daya dukung,dan kristalisasi dan pelestarian nilai- nilai karakter dan Tata karma siswa.

Kegiatan pembiasaan akan memberikan pembentukan sikap ,watak ,kedisiplian ,dan kepribadian yang bermuara pada sifat-sifat keteladanan dalam bertindak dan menjadi tanggungjawab bersama semua warga sekolah.

Kegiatan pembiasaan di SMP Negeri 1 Baradatu meliputi ; 1. Senam kesegaran jasmani setiap hari Sabtu


(10)

9

2. Sholat Dzuhur berjamaah

3. Jum’at bersih-bersih lingkungan sekolah

4. Membaca doa 15 menit sebelum KBM dimulai Pada hari selasa, rabu, kamis dan sabtu

5. Memberi salam dan berjabatan tangan pada jam pertama dan jam terakhir kepada guru

6. Gerakan Disiplin Sekolah (GDS) 7. Etika dan Tatakrama.

Dalam pergaulan sehari-hari di sekolah, setiap siswa hendaknya :

1. Mengucapkan salam antar sesama teman, dengan kepala sekolah dan guru, serta dengan karyawan sekolah apabila bertemu di mana saja, bagi yang muslim agar mengucapkan salam Islami.

2. Saling menghormati antar sesama siswa, menghargai perbedaan dalam memilih teman belajar, teman bermain dan bergaul baik di sekolah maupun di luar sekolah, dan menghargai perbedaan agama dan latar belakang sosial budaya masing-masing.

3. Menghormati ide, pikiran dan pendapat, hak cipta orang lain, dan hak milik teman dan warga sekolah.

4. Berani menyampaikan sesuatu sesuai kenyataan.

5. Menyampaikan pendapat secara sopan tanpa menyinggung perasaan orang lain. 6. Membiasakan diri menucapkan terima kasih kalau memperoleh bantuan atau


(11)

7. Berani mengakui kesalahan yang terlanjur telah dilakukan dan meminta maaf apabila merasa melanggar hak orang lain atau berbuat salah kepada orang lain. 8. Menggunakan bahasa (kata) yang sopan dan beradab.

9. Membiasakan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Beberapa kasus yang di ungkapkan oleh guru Bimbingan konseling,” adanya beberapa siswa yang masih melanggar tata aturan sekolah dengan tidak berani mengakui kesalahannya dan bahasa yang tidak senono terhadap teman sekolahnya.“ Junaidi rukmana’ siswa kelas VII C yang mengaturkan dengan kata –kata kasar pada teman sebangkunya. dan Arif Lukmana “ siswa kelas VII B ini, keluar dari jam pelajaran. Kemudian ada juga siswa yang bolos dengan berbagai macam alasan, kemudian trutama siswa kelas VII yang terlambat masuk kelas. Dan masih ada beberapa siswa lainnya yang kurang sadar terhadap jiwa perjuangan nasionalisme.

Faktor terakhir yang berkaitan dengan terhadap mata pelajaran PKn adalah karena figurnya yang mampu dengan baik. Dalam menyikapi permasalahan ini dengan diharapkan mutlak mampu menguasai karakter dan tata karma siswa. Dengan memiliki keterampilan dasar mengajar ini diharapkan guru dapat mengoptimalkan peranannya di kelas. Salah satu keterampilannya yaitu keterampilan mengelola kelas.

PKn sebagai salah satu mata pelajaran yang memiliki muatan dalam pendidikan moral dan nasioalisme, merupakan sebuah mata pelajaran yang wajib mengambil


(12)

11

bagian dalam proses pendidikan karakter melalui peran guru PKn. Dengan menerapkan metode pengajaran yang tepat dan didukung oleh semua jajaran personel dilembaga pendidikan tersebut, maka guru PKn dapat mengambil inisiatif untuk menjadi pendorong berlangsungnya program pembelajaran karakter tersebut. Sebagai output dari pembelajaran PKn ini akan diperoleh generasi yang memiliki sumber daya manusia yang benar-benar berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, peneliti tertarik untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara Pendidikan karakter bangsa dan tata kra siswa terhadap pembelajar PKn, maka peneliti mengambil judul: "Pengaruh Pendidikan Karakter Bangsa dan Tatakrama Siswa terhadap Pembelajaran Pkn SMP N 1 Baradatu Tahun Pelajaran 2012/2013”

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasi masalahnya sebagai berikut:

1. Perlunya pendalaman tata karma oleh siswa terhadap pelajaran PKn

2. Pendidikan Karakter Bangsa disekolah yang terdapat pada Pembelajaran PKn 3. Penyikapan Pendidikan karakter terhadap pembelajaran PKn

4. Adanya siswa yang kurang memahami arti jiwa nasionalisme

5. Pentingnya guru PKn dalam pemahaman ,mendorong siswa memiliki sumber daya manusia yang benar-benar berkualitas.


(13)

1.3 . Pembatasan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas untuk mempermudah proses penelitian dibuat suatu perumusan masalah yaitu sebagai berikut : “pemahaman tata karma siswa terhadap pembelajaran Pkn di SMP N I Baradatu tahun pelajaran 2012/2013” Pengaruh pendidikan karakter bangsa dan tatakrama siswa terhadap pelajaran Pkn.

1.4 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh pendidikan karakter bangsa terhadap pelajaran Pkn di SMP N 1 Baradatu tahun Pelajaran 2012/2013”

2. Bagaimanakah pemahaman tata karma siswa terhadap pelajaran Pkn di SMP N I Baradatu tahun pelajaran 2012/2013”

1.5 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.5.1 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk menjelaskan pengaruh pendidkan karakter bangsa terhadap pelajaran Pkn SMP N I baradatu tahun pelajaran 2012/2013. Pemehaman tatakrama siswa terhadap pelajaran Pkn SMP N I baradatu tahun ajaran 2012/2013.

1.5.2 Kegunaan Penelitian 1.5.2.1Kegunaan Teoritis


(14)

13

Penelitian ini secara teoritis berguna untuk Penelitian ini secara teoritis berguna untuk mengembangkan konsep ilmu pendidikan khususnya Pkn dengan wilayah kajian Pendidikan Nilai Moral Pancasila yang berkaitan dengan saling menghargai dan tolong menolong sikap wujud dari pengamalan Pancasila.

1.5.2.2Kegunaan praktik

Penelitian ini berguna untuk siwa - siswi di SMP N 1 Baradatu dan siswa-siswi lainnya sebagai bekal untuk saling menjaga sopan santun dan memiliki sikap tatakrama untuk sekarang maupun kelak dikemudian hari dalam hidup bermasyarakat.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian 1.6.1 Ruang Lingkup Ilmu

Penelitian ini termasuk ruang lingkup ilmu pendidikan khususnya pendidikan kewarganegaraan dengan wilayah yang berkaitan dengan nilai, sikap, dan moral masyarakat yang sesuai dengan nilai-nilai pancasila yang dimana warga saling menghagai satu sama lain

1.6.2 Ruang Lingkup Subjek

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMP N 1 Baradatu tahun Pelajaran 2012-2013


(15)

Objek penelitian ini adalah pengaruh pemahaman pendidikan karakter bangsa tatakrama siswa SMP N 1 Baradatu tahun Pelajaran 2012/2013

1.6.4 Ruang Lingkup Tempat

Penelitian ini dilakukan di SMP N 1 Baradatu

1.6.5 Ruang Lingkup Waktu

Waktu dalam pelaksanaan penelitian ini adalah sejak dikeluarkannya Surat Izin Penelitian Pendahuluan oleh Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung sampai dengan selesainya penelitian ini.


(16)

II. TINJAUN PUSTAKA

2.1 Deskrepsi Teori

Pendidikan biasanya berawal saat seorang bayi itu dilahirkan dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan bisa saja berawal dari sebelum bayi lahir seperti yang dilakukan oleh banyak orang dengan memainkan musik dan membaca kepada bayi dalam kandungan dengan harapan ia bisa mengajar bayi mereka sebelum kelahiran. Bagi sebagian orang, pengalaman kehidupan sehari-hari lebih berarti daripada pendidikan formal. Seperti kata Mark Twain, "Saya tidak pernah membiarkan sekolah mengganggu pendidikan saya. Anggota keluarga mempunyai peran pengajaran yang amat mendalam, sering kali lebih mendalam dari yang disadari mereka, walaupun pengajaran anggota keluarga berjalan secara tidak resmi.

2.2Pengertian Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan. Sekolah sebagai lembaga formal merupakan sarana dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Melalui sekolah, siswa belajar berbagai macam hal.


(17)

Pengertian pendidikan M.J. Langeveld (1995) :

1. Pendidikan merupakan upaya manusia dewasa membimbing manusia yang belum dewasa kepada kedewasaan.

2. Pendidikan ialah usaha menolong anak untuk melaksanakan tugastugas hidupnya, agar bisa mandiri, akil-baliq, dan bertanggung jawab secara susila. 3. Pendidikan adalah usaha mencapai penentuan-diri-susila dan tanggung jawab.

Pengertian pendidikan menurut Stella van Petten Henderson adalah: “Pendidikan merupakan kombinasai dari pertumbuhan dan perkembangan insani dengan warisan social”.

Pengertian pendidikan Kohnstamm dan Gunning (1995) “Pendidikan adalah pembentukan hati nurani. Pendidikan adalah proses pembentukan diri dan penetuan-diri secara etis, sesuai denga hati nurani.

Pengertian John Dewey (1978) “Aducation is all one with growing; it has no end

beyond itself”. (pendidikan adalah segala sesuatu bersamaan dengan

pertumbuhan; pendidikan sendiri tidak punya tujuan akhir di balik dirinya). H.H Horne Dalam pengertian luas, pendidikan merupakan perangkat dengan mana kelompok sosial melanjutkan keberadaannya memperbaharui diri sendiri, dan mempertahankan ideal-idealnya.

Carter V. Good “Pendidikan adalah proses perkembangan kecakapan seseorang dalam bentuk sikap dan prilaku yang berlaku dalam masyarakatnya. Proses sosial dimana seseorang dipengaruhi oleh sesuatu lingkungan yang terpimpin (khususnya di sekolah) sehingga iya dapat mencapai kecakapan sosial dan mengembangkan kepribadiannya”.


(18)

17

Thedore Brameld Istilah pendidikan mengandung fungsi yang luas dari pemelihara dan perbaikan kehidupan suatu masyarakat, terutama membawa warga masyarakat yang baru mengenal tanggung jawab bersama di dalam masyarakat. Jadi pendidikan adalah suatu proses yang lebih luas daripada proses yang berlangsung di dalam sekolah saja. Pendidikan adalah suatu aktivitas sosial yang memungkinkan masyarakat tetap ada dan berkembang. Di dalam masyarakat yang kompleks, fungsi pendidikan ini mengalami spesialisasi dan melembaga dengan pendidikan formal yang senantiasa tetap berhubungan dengan proses pendidikan informal di luar sekolah).

Definisi Pendidikan menurut Encyclopedia Americana (1978) “Pendidikan merupakan sebarang proses yang dipakai individu untuk memperoleh pengetahuan atau wawasan, atau mengembangkan sikap-sikap ataupun keterampilan-keterampilan”.

Beberapa Pengertian Pendidikan diatas dapat disimpulkan mengenai Pendidikan, bahwa Pendidikan merupakan Bimbingan atau pertolongan yang diberikan oleh orang dewasa kepada perkembangan anak untuk mencapai kedewasaannya dengan tujuan agar anak cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri tidak dengan bantuan orang lain.

2.3Macam-Macam Tujuan Pendidikan a. Tujuan Umum.


(19)

Menurut kohnstamm dan gunning, tujuan umum pendidikan adalah untuk membentuk insan kamil atau manusia sempurna. Sedangkan menurut kihajar dwantara, tujuan akhir pendidikan ialah agar anak sebagai manusia (individu) dan sebagai anggota masyarakat (manusia sosial) , dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi – tingginya. tujuan pendidikan.

b. Tujuan Khusus.

Adalah tujuan – tujuan pendidikan yang telah disesuaikan dengan keadaan tertentu, dalam rangka untuk mencapai yujuan umum pendidikan.

c. Tujuan Tak Lengkap.

Adalah tujuan dari masing – masing aspek pendidikan. d. Tujuan Incidental

adalah tujuan yang timbul secara kebetulan. Secara mendadak, misal tujuan untuk mengadakan hiburan atau variasi dalam kehidupan sekolah. e. Tujuan Sementara

adalah tujuan – tujuan yang ingin kita capai dalam fase – fase tertentu dari pendidikan.

f. Tujuan perantara

adalah merupakan alat atau sarana untuk mencapai tujuan – tujuan lain. Misal mempelajari bahasa guna mempelajari literatur – literatur asing.


(20)

19

2.4Karater

Membangun Insan yang Berkarakter Kuat dan Cerdas dinyatakan bahwa karakter adalah kepribadian ditinjau dari titik tolak etis atau moral, misalnya kejujuran seseorang biasanya mempunyai kaitan dengan sifat yang relative tetap.

Sedangkan secara istilah, Karakter sifat manusia pada umumnya dimana manusia mempunyai banyak sifat yang tergantung dari faktor kehidupan sendiri. Karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang menjadi cirri khas seseorang atau klompok orang . Karakter merupakan nilai – nilai prilaku manusia yang berhubungan dengan tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuataan berdasarkan norma –norma agama, hokum, tata karma, budaya, danadat istiadat.

William James, berpendapat dalam bukunya The Varieties of Religious Experience (1982) ”yang menyebutkan bahwa manusia dikaruniai insting religius (naluri beragama), yaitu makhluk yang bertuhan dan beragama. James tidak menyetujui pandangan para pakar yang menganggap fenomena keagamaan ruhaniah manusia selalu berkaitan dengan –bahkan berawal dari-- kondisi psiko-fisiologis dan kesehatan seseorang”. Ia menentang pandangan materialisme medis yang mereduksi agama dan pengalaman religius yang sifatnya spiritual, menjadi sesuatu yang bersumber dari gangguan syaraf. Menurut telaah James


(21)

terhadap pengalaman spiritual-religius, bahwa pengalaman religius individu-individu berkaitan dengan integritas kepribadian yang baik. Penghayatan seperti itulah oleh William James disebut sebagai pengalaman religi atau keagamaan (the existence of great power). Artinya, adanya pengakuan terhadap kekuatan di luar diri yang serba Maha dapat dijadikan sebagai sumber nilai-nilai luhur abadi yang mengatur tata hidup manusia dan alam semesta raya ini.

AA gym (2006: 66) mengemukakan bahwa karakter itu terdiri dari empat hal yaitu(10)

a.Karakter lemah seperti penakut, pemalas , cepat putus asa dan sebagainya. b.Karakter kuat contohnya ulet, tangguh pantang menyerah.

c.Karakter jelek misalnya licik egois , serakah sombong. d.Karakter baik seperti jujur ,rendah hati dan terpercaya.

Masih terdapat pandangan yang kontroversial mengenai karakter bangsa. Ada yang berpendapat bahwa karakter bangsa itu tidak ada. Dengan maraknya globalisasi, eksistensi negara-bangsa saja diragukan, oleh karena itu tidak perlu, atau tidak ada manfaatnya untuk membahas karakter bangsa. Namun di sisi lain di belahan dunia ini masih saja terjadi perjuangan sekelompok ummat manusia untuk menuntut diakuinya sebagai suatu bangsa. Suatu contoh yang mencolok mata adalah perjuangan masyarakat Yahudi dan Palestina, yang sama-sama keturunan dari seorang nabi masih berebut untuk mendirikan negara-bangsa masing-masing. Contoh yang lain adalah anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa, pada tahun 1950 anggotanya baru sekitar 50 negara, sekarang sudah sekitar 200 negara.Masing-masing negara-bangsa tersebut menunjukkan jatidirinya, yang dapat dilihat dari sikap dan perilakunya, cara untuk menghadapi permasalahan,


(22)

21

bahasa ibunya, adat budaya dan sebagainya. Dari realitas tersebut kami beranggapan bahwa karakter bangsa itu ada.

Prof. Dr. H. Mansyur Ramly ( 2010 : 3) ”Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak”. Kebajikan terdiri atas sejumlah nilai, moral, dan norma, seperti jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, dan hormat kepada orang lain. Interaksi seseorang dengan orang lain menumbuhkan karakter masyarakat dan karakter bangsa”. Oleh karena itu, pengembangan karakter bangsa hanya dapat dilakukan melalui pengembangan karakter individu seseorang. Akan tetapi, karena manusia hidup dalam ligkungan sosial dan budaya tertentu, maka pengembangan karakter individu seseorang hanya dapat dilakukan dalam lingkungan sosial dan budaya yang berangkutan.

Karakter bangsa inilah yang membedakan bangsa yang satu dengan yang lain dilihat dari cara bersikap dan bertingkah laku. Karakter bangsa merupakan belief system yang telah terpatri dalam sanubari bangsa, yang merupakan hasil perpaduan dari faktor endogen bangsa dan faktor eksogen berupa tantangan yang dihadapi oleh bangsa yang bersangkutan. Karena faktor endogen bangsa dan faktor eksogen yang dihadapi oleh masing-masing bangsa berbeda, maka merupakan suatu keniscayaan terbentuknya karakter bangsa.(pendidikan karakter adalah usaha sengaja/ sadar untk memujudkan kebajikan yaitu kualitas kemanusiaan yang baik secara obyektif, bukan hanya baik untuk individu


(23)

perseorangan tetapi juga baik untuk masyarakat secara keseluruhan serta proses penyadaran individu dengan hasil pertumbuhan dari kegiatan individu yang konsisten dengan dasar dan taraf dari keseluruhan pola dan arah pertumbuhannya melalui penanaman nilai sehingga perkembangannya itu akan berjalan menurut situasi lingkungan untuk mencapai kedewasaan dan peradaban utama. Pendidikan karakter adalah untuk mengukir akhlak melalui proses knowing good, loving the good and acting the good.

2.5Pengertian Tata Krama Siswa

Tata juga diartikan suatu kebiasaan yang muncul karena terkondisinya rangkaian antara rangsangan/tantangan dan jawaban, kebiasan yang lahir dalam hubungan antar manusia dan telah disepakati. Ada kalanya kebiasaan itu tidak mudah dimengerti dengan krama adalah norma/ kebiasaan yang mengatur sopan santun, dan telah disepakati oleh lingkungan. Tatakrama adalah adat, sopan santun atau tindakan = etiket/etika, yang telah menjadi tuntunan masyarakat dimanapun, kurun waktu kapanpun, terlepas setuju atau tidak. Tata juga diartikan suatu kebiasaan yang muncul karena terkondisinya ahli maka etika tidak lain adalah aturan prilaku, adat kebiasaan manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk.

Pendapat O.P. SIMORANGKIR : Etika adalah pandangan manusia dalam berprilaku menurut ukur Tatakrama adalah adat, sopan santun atau tindakan = etiket/etika, yang telah menjadi tuntunan masyarakat dimanapun, kurun waktu


(24)

23

kapanpun, terlepas setuju atau tidak. Tata juga diartikan suatu kebiasaan yang muncul karena O.P.( SIMORANGKIR, 1984:30). Tata krama antara lain disebutkan oleh Soemarmo (1998: 67) ”bahwa sekolah adalah sumber disiplin dan tempat berdisiplin untuk mencapai ilmu pengetahuan yang dicita-citakan”. Di dalam tata krama tersebut diatur mengenai hak dan kewajiban siswa, larangan, dan sanksi-sanksi”. Dalam tata tertib sekolah disebutkan bahwa siswa mempunyai kewajiban: a. harus bersikap sopan dan santun, menghormati Ibu dan Bapak Guru, pegawai dan

petugas sekolah baik di sekolah maupun di luar sekolah

b. harus bersikap sopan dan santun, menghormati sesama pelajar, baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah;

c. Menggunakan atribut sekolah sekolah; d. Hadir tepat waktu;

e. patuh kepada nasihat dan petunjuk orang tua dan guru;

f. tidak dibenarkan untuk meninggalkan kelas sekolah kecuali mendapat ijin khusus dari guru kelas dan Kepala Sekolah,; dan sebagainya.

Menurut kamus bahasa Indonesia, Tata Krama mengandung arti adat sopan santun, sopan santun dalam bahasa asingnya dikatakan etiket atau Etiquette ( bahasa Perancis ) yang sebenarnya merupakan lahir dari sepucuk surat undangan raja Louis XIV yang senang mengadakan pesta – pesta , sehingga sekarang dikenal dengan kata “tiket” artinya tanda masuk. Didalam Etiquette itu terdapat aturan – aturan secara tertulis bagaimana bersikap, bergaul, menghormati, berbicara dan sebagainya, yang selanjutnya kita kenal dengan kata etiket.

Tata Krama dapat diartikan juga secara sendiri – sendiri yaitu : Tata berarti adat istiadat / aturan, norma Karma mengandung pengertian sopan santun, kelakuan yang sesuai dengan norma peraturan yang disepakati di dalam pergaulan antar manusia. Tata Krama dilakukan oleh siapapun dimanapun dan kapanpun sejak


(25)

kita masih kanak – kanak dalam segala hal apa saja sepanjang masih berhubungan dengan kemanusiaan atau kemasyarakatan.

1.1 Maksud dan Tujuan Tata Krama Siswa 1. Tata Krama siswa adalah :

2. Supaya siswa dapat bersikap dan berperilaku dalam kehidupan sehari–

hari sesuai dengan nilai – nilai normative yang melandasi kepribadian siswa serta sebagai tolok ukur penilaian yang baku bagi pembinaannya.

3. Agar siswa memiliki sikap dan perilaku yang dapat menanamkan dan menumbuhkan disiplin dan tata tertib serta jiwa kesatuan yang tinggi sehingga dapat menunjang pelaksanaan tugas dan fungsinya sebagai siswa / peserta didik 1. Ruang Lingkup Tata Krama Siswa

1. Lingkungan Keluarga

Di rumah siswa / peserta didik dapat menerapkan tata karma dengan orang tua, kakak, adik dan anggota keluarga yang lain dalam bentuk menghormati , menghargai dan mencintai seperti :

a. Masuk dan keluar rumah memberi salam dan meminta ijin atau

member tahu.

b. Membantu pekerjaan orang tua baik secara langsung maupun

dalam bentuk belajar yang rajin dan tekun.

c. Menggunakan dan memelihara perabot barang – barang di rumah

tangga serta bertanggung jawab .

e. Meminta sesuatu hendaknya melihat situasi dan kondisi, jangan berbohong dan tidak menuntut lebih dari kemampuan ekonomi orang tua dan selalu berterima kasih kalau diberi.


(26)

25

2. Lingkungan Sekolah

Siswa / Peserta didik dapat melakukan tata karma dengan guru, para pagawai tata usaha dan teman – temannya sendiri, seperti :

a. Membenahi kelas sebelum guru masuk

b. Hadir di kelas pada waktunya

c. Tidak rebut, berisik dan membuat gaduh saat jam pelajaran

berlangsung

d. Meminta ijin kalau hendak keluar pada saat jam pelajaran

berlangsung pada guru yang mengajar.

e. Tidak menentang pendapat guru secara emosional.

f. Selalu mentaati tata tertib yang telah diberlakukan sekolah

baik yang tertulis atau yang tidak tertulis.

Bentuk tata karma sesame peserta didik antara lain dapat diwujudkan seperti menyapa teman waktu bertemu dengan ucapan salam atau sapaan lain yang baik, tidak mengolok – olokan teman sampai kelewat batas, tidak berprasangka buruk, tidak memfitnah, mengunjing, menjaga nama baik teman dan saling menolong dalam hal yang baik dan benar menurut aturan, terbuka bergaul dengan semua teman tidak membeda – bedakan apalagi membentuk kelompok sendiri, apabila meminjam barang milik teman jangan lupa mengembalikan dan mengucapkan terima kasih.

3. Lingkungan Masyarakat

Tata karma siswa / peserta didik dilingkungan masyarakat dimulai dengan tetangga dalam bentuk :

a. Saling bertegur sapa secara santun

b. Saling menolong

c. Rukun

d. Tidak iri


(27)

4. Prinsip Tata Krama Siswa

1. Berada dimana dan kapan saja

2. Tidak mungkin menghindarinya

3. Selalu melaksanakannya

4. Kesederhanaan

5. Tulus ikhlas suci murni

6. Harus mengenal dan mempelajarinya

7. Menyesuaikan dengan tempat dan waktu

2.6 Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Sering dikatakan mengajar adalah mengorganisasikan aktivitas siswa dalam arti yang luas. Peranan guru bukan semata-mata memberikan informasi, melainkan juga mengarahkan, dan memberikan fasilitas belajar (directing and facilitating the learning) agar proses belajar lebih memadai. Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru. Proses pembelajaran pada awalnya meminta guru untuk mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa meliputi kemampuan dasarnya, motivasinya, latar belakang akademisnya, latar belakang sosial ekonominya, dan lain sebagainya. Kesiapan guru untuk mengenal karakteristik siswa dalam pembelajaran merupakan modal utama penyampaian bahan belajar dan menjadi indikator suksesnya pelaksanaan pembelajaran.

Menurut UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 menyatakan pembelajaran ialah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Kemudian menurut Dimyati dalam Mudjiono (2000:297)”, pembelajaran


(28)

27

ialah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.” Sementara Degeng (2006:2)”, pembelajaran ialah upaya untuk membelajarkan siswa”. Dalam pengertian ini secara implisit dalam pengajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasil pengajaran yang di inginkan. Sementara menurut Uno Hamzah (2006:2) pembelajaran memiliki hakikat perencanaan atau perancangan sebagai upaya untuk membelajarkan siswa.

Pendapat-pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran ialah proses komunikasi dua arah, yang dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid, secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif serta mencapai tujuan yang diinginkan.

2.6Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

Hampir setiap orang mendapatkan pendidikan dan melaksanakan pendidikan. Sebab pendidikan tidak pernah terpisah dengan kehidupan manusia. Mulai dari anak-anak yang memperoleh pendidikan dari orang tuanya dan ketika ia mulai tumbuh dewasa dan memiliki keluarga mereka juga akan mendidik anak-anaknya. Pendidikan adalah khas dan alat manusia, tidak ada mahluk lain yang membutuhkan pendidikan.


(29)

Pendidikan secara etimologi berasal dari bahasa Yunani, terdiri atas “PAIS”,

artinya anak, dan “AGAIN” diterjemahkan membimbing jadi pedagogie ialah bimbingan yang diberikan kepada anak (2003:69). Sedangkan menurut John Dewey pendidikan (2003:69) “proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional kearah alam dan sesama manusia”. berbeda dengan pendapat Bratanata (2003:69) “bahwa yang dimaksud dengan pendidikan ialah usaha yang sengaja diadakan untuk membantu anak dalam perkembangannya mencapai kedewasaannya”. Sementara itu Undang-undang RI Nomor 23 tahun 2003 (2007:11) mendefinisikan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran sehingga peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan, masyarakat, bangsa dan negara.

Penjelasan-penjelasan di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan dan menumbuhkan bakat, pribadi, potensi-potensi lainnya secara optimal dalam diri anak kearah yang positif.

Kewarganegaraan berasal dari kata civics yang secara etimologis berasal dari kata

Civicus” (bahasa latin) sedangkan dalam bahasa Inggris “Citizens”yang dapat

didefinisikan sebagai warga negara, penduduk dari sebuah kota, sesama warganegara, penduduk, orang setanah air bawahan atau kaula.


(30)

29

Menurut Stanley E. Dimond dan Elmer F.Peliger (1970:5) “secara terminologis civics diartikan studi yang berhubungan dengan tugas-tugas pemerintahan dan hak-kewajiban warganegara”. Namun dalam salah satu artikel tertua yang merumuskan definisi civics adalah majalah “education“.

Pada tahun 1886 Civics adalah suatu ilmu tentang kewarganegaraan yang berhubugan dengan manusia sebagai individu dalam suatu perkumpulan yang terorganisir dalam hubungannya dengan negara (Somantri, 1976:45). Menurut UU tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia 2006 Pasal 1 ayat (2), “Kewarganegaraan adalah segala hal ihwal yang berhubungan dengan warga negara.

Setelah menganalisis dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan kewarganegaraan terdiri dari dua istilah yaitu “Civic Education” dan “Citizenship

Education” yang keduanya memiliki peranan masing-masing yang tetap saling

berkaitan. Civic education lebih pada suatu rancangan yang mempersiapkan warga negara muda, agar kelak setelah dewasa dapat berperan aktif dalam masyarakat. Sedangkan citizenship education adalah lebih pada pendidikan baik pendidikan formal maupun non formal yang berupa program penataran/program lainnya yang sengaja dirancang/sebagai dampak pengiring dari program lain yang berfungsi memfasilitasi proses pendewsaan atau pematangan sebagai warga negara Indonesia yang cerdas dan baik. Adapun arti warga negara menurut Aristoteles adalah orang yang secara aktif ikut ambil bagian dalam kegiatan hidup bernegara yaitu mereka yang mampu dan berkehendak mengatur dan diatur


(31)

dengan suatu pandangan untuk menata kehidupan berdasarkan prinsip-prinsip kebajikan.

Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan-kemampuan (Depdiknas, 2003) sebagai berikut:

1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan,

2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi,

3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa.lainnya,

4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Ruang lingkup mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan meliputi aspek – aspek sebagai berikut :

a) Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: hidup rukun dalam perbedaan, cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda, Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, keterbukaan dan jaminan.keadilan,


(32)

31

b) Norma, hukum dan peraturan, meliputi: tertib dalam kehidupan keluarga, tata tertib di sekolah, norma yang berlaku di masyarakat, peraturan-peraturan daerah, norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sistem hukum dan peradilan nasional, hukum dan peradilan internasional,

c) Hak asasi manusia meliputi: hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban anggota masyarakat, instrumen nasional dan internasional HAM, pemajuan, penghormatan.dan.perlindungan.HAM,

d) Kebutuhan warga negara meliputi: hidup gotong royong, harga diri sebagai warga masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasi diri , persamaan kedudukan warga.negara,

e) Konstitusi negara meliputi: proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama, konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, hubungan dasar.negara.dengan.konstitusi,

f) Kekuasan dan politik, meliputi: pemerintahan desa dan kecamatan, pemerintahan daerah dan otonomi, pemerintah pusat, demokrasi dan sistem politik, budaya politik, budaya demokrasi menuju masyarakat madani, sistem pemerintahan, pers.dalam.masyarakat.demokrasi,

g) Pancasila meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, pengamalan nilai nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka,


(33)

h) Globalisasi meliputi: globalisasi di lingkungannya, politik luar negeri Indonesia di era globalisasi, dampak globalisasi, hubungan internasional dan.organisasi.internasional,.dan.mengevaluasi.globalisasi.

Visi pendidikan kewarganegaraan ialah menjadikan sumber nilai dan pedoman bagi penyelenggaraan program studi untuk mengembangkan kepribadian siswa sebagai warga negara Indonesia dalam menerapkan ipteks dengan rasa tanggung jawab kemanusian. Misi pendidikan kewarganegaraan yakni membantu siswa agar mampu menanamkan nilai dasar, menjelaskan nilai dasar, mewujudkan nilai dasar kesadaran berbangsa dan bernegara dalam menerapkan ilmu pengetahuan,

Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan pendidikan politik yang fokus materinya berupa peranan warga negara dalam kehidupan bernegara yang kesemuanya itu diproses dalam rangka untuk membina peranan tersebut sesuai dengan ketentuan Pancasila dan UUD 1945 agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara (Prewitt & Dawson, dan Aziz dkk dalam Cholisin, 2004:10). Pendidikan Kewarganegaraan lebih merupakan bentuk pengajaran politik atau pendidikan politik. Sebagai pendidikan politik berarti fokusnya lebih menekankan bagaimana membina warga negara yang lebih baik (memiliki kesadaran politik dan hukum) lewat suatu proses belajar mengajar (Cholisin, 2004:11). Selain itu, Pendidikan Kewarganegaraan adalah sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan, watak dan karakter warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Kemudian tujuan mata pelajaran


(34)

33

Kewarganegaraan menurut Kurikulum 2004 adalah untuk memberikan kompetensi-kompetensi sebagai berikut:

1. berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan;

2.berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, bernegara;

3.berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya;

4. berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (Standar Kompetensi Kewarganegaraan SMA/Aliyah Tahun 2003).

Dari sisi teori dan implementasinya mata pelajaran PKn mempunyai peran yang sangat penting dalam pendidikan untuk mengembangkan pembangunan karakter melalui peran guru PKn. Sesuai dengan salah satu misi mata pelajaran PKn paradigma baru yaitu sebagai pendidikan karakter.

Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang perlu didukung dengan baik dan nyata, dengan pendidikan karakter yang tepat akan dihasilkan output generasi muda yang memiliki sumber daya manusia yang berkualitas secara lahir maupun batin.


(35)

PKn sebagai salah satu mata pelajaran yang memiliki muatan dalam pendidikan moral dan nasioalisme, merupakan sebuah mata pelajaran yang wajib mengambil bagian dalam proses pendidikan karakter melalui peran guru PKn. Dengan menerapkan metode pengajaran yang tepat dan didukung oleh semua jajaran personel dilembaga pendidikan tersebut, maka guru PKn dapat mengambil inisiatif untuk menjadi pendorong berlangsungnya program pembelajaran karakter tersebut. Sebagai output dari pembelajaran PKn ini akan diperoleh generasi yang memiliki sumber daya manusia yang benar-benar berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.

Mewujudkan pendidikan PKn sebagai bagian dari pendidikan karakter yang mengandung moral, nilai, demokrasi serta Pancasila, maka ada beberapa hal yang perlu dilakukan guru PKn, yakni sebagai berikut:

1. Dalam pembelajaran PKn sebaiknya dilakukan dengan pendekatan komprehensif, baik komprehensif dalam isi, metode, maupun dalam keseluruhan proses pendidikan. Isi pendidikan PKn hendaknya meliputi semua permasalahan yang berkaitan dengan pilihan nilai pribadi sampai nilai-nilai etika yang bersifat umum. Selain itu, guru PKn juga perlu memahami dengan baik mengenai konsep dan indikator karakter yang hendak diinternalisasikan kepada peserta didik supaya guru PKn dapat membuat silabus dan RPP dengan baik sehingga dapat melaksanakan pembelajaran secara efektif.

2. Metode pembelajaran PKn yang digunakan oleh guru PKn, harus mengembangkan pembelajaran aktif dengan menggunakan banyak metode


(36)

35

belajar seperti penanaman nilai melalui studi pustaka, klarifikasi nilai melalui mengamati/mengobservasi, analisis nilai melalui pemecahan masalah/kasus, maupun diskusi kelas untuk menanamkan nilai berpikir logis, kritis, kreatif dan inovatif.

3.Guru PKn hendaknya menjadi model atau contoh bagi peserta didik sebagai guru yang berkarakter. Jadi dalam setiap sikap dan tindakan guru PKn harus menggambarkan karakter yang diinternalisasikan kepada peserta didiknya sehingga siswa dapat memahami karakterristik yang di milikinya.

4.Untuk mewujudkan PKn sebagai bagian dari pendidikan karakter maka harus menciptakan kultur sekolah yang kondusif bagi pengembangan karakter peserta didik. Sehingga, kultur sekolah yang berupa norma-norma, nilai-nilai, sikap, harapan-harapan, dan tradisi yang ada di sekolah yang telah diwariskan dan dipegang bersama yang mempengaruhi pola pikir, sikap, dan pola tindakan seluruh warga sekolah. Karena kultur sekolah yang positif dan sehat akan berdampak pada motivasi, prestasi, produktivitas, kepuasan serta kesuksesan siswa dan guru.

Mencapai tujuan ini tentunya Pendidikan PKn tidak dapat berdiri sendiri, tetapi harus bisa berkolaborasi dengan mata pelajaran yang lain, seperti mata pelajaran agama. Pekerjaan ini memang bukan hanya bertumpu pada mata pelajaran PKn tetapi mata pelajaran PKn akan menjadi dasar dan motor dalam setiap kegiatan dan aktivitas yang ada, dan guru PKn akan menjadi pengontrol dan pembimbing dalam pelaksanaannya. Tentu saja, untuk mewujudkan tujuan ini, guru PKn


(37)

harus didukung dan dibantu oleh semua warga sekolah melalui kerjasama yang baik antara semua pihak, baik oleh kepala sekolah, guru, siswa, serta komite sekolah.

2.7Kerangka Pikir

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

2.9 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah rumusan penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan, dikatakan sementara, karena jawaban yang di berikan baru didasarkan pada teori yang relvan, sebelum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. ( Sugiona 2011 : 96 )

Berdasarkan kajian teoristis dan kerangka pikir yang telah diterapakan, maka dirumuskan hipotesis sebagai brikut.

Karakter (X1) - Pola Pikir - Sikap

- Kebudayaan Pendidikan

Kewarganegaraan (Y) - Moral

- Demokrasi - Nilai-nilai

Pancasila - Persatuan dan Tatakrama(X2)

- Hidup Rukun - Cinta Lingkungan - Kesopanan


(38)

37

1. Ada pengaruh yang positif antara pendidikan karakter bangsa terhadap pelajaran Pkn pada siswa kelas VII SMP N I Baradatu tahun pelajaran 2012/2013 .

2. Ada pengaruh yang positif antara tatakrama siswa tehadap pelajaran Pkn Pkn pada siswa kelas VII SMP N I Baradatu tahun pelajaran 2012/2013 .

Dari kedua Hipotesis tersebut kemudian dibuat pasangan hipotesis yaitu: Hipotesis yang pertama

Ho 1 : Tidak ada pengaruh yang positif antara pendidikan karakter bangsa terhadap pelajaran Pkn pada siswa kelas VII SMP N I Baradatu tahun pelajaran 2012/2013

Ha 1 : Ada pengaruh yang positif antara pendidikan karakter bangsa terhadap pelajaran Pkn pada siswa kelas VII SMP N I Baradatu tahun pelajaran 2012/2013

Hipotesis yang kedua

Ho 2 : Tidak ada pengaruh yang positif antara pendidikan tatakrama siswa terhadap pelajaran Pkn pada siswa kelas VII SMP N I Baradatu tahun pelajaran 2012/2013

Ha 2 : Ada pengaruh yang positif antara pendidikan tatakrama siswa terhadap pelajaran Pkn pada siswa kelas VII SMP N I Baradatu tahun pelajaran 2012/2013


(39)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey Singa ribun mengatakan bahwa : Metode Penelitian Survei merupakan penelitian yang mengambilsampel dari populasi yang menggunakan koesioner (angket) sebagai alat pengumpulan data pokok ( Singarimbun, 1995 : 3 ). Yaitu mengumpulkan data sebanyak – banyaknya mengenai pendidikan karakter bangsa dan tata karma siswa terhadap pelajaran Pkn. SMP N I Baradatu tahun pelajaran 2012/2013.

3.2Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian, baik yang berupa manusia, benda peristiwa atau berbagai gejala yang terjadi, karena hal ini merupakan suatu variabel yang diperlukan dalam memecahkan masalah atau menunjang keberhasilan di dalam penelitian (Muhammad Ali, 1984:54). Bertolak dari pendapat tersebut, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan siswa kelas VIII Semester genap di SMP N I Baradatu Tahun Pelajaran 2012/2013, seperti yang tertera pada tabel dibawah ini.


(40)

39

Tabel 1. Data Jumlah Siswa Kelas VIII Semester Genap di SMP Negeri 1 BaradatuTahun Pelajaran 2012/2013.

No.

Kelas

Jenis kelamin

Jumlah Siswa Laki-laki Perempuan

1 VIII – A 9 23 32

2 VIII – B 10 22 32

3 VIII – C 17 14 31

4 VIII – D 16 15 31

5 VIII – E 15 16 31

6 VIII – F 16 14 30

7 VIII – G 10 20 30

8 VIII – H 12 18 30

Jumlah 247

Sumber: SMP N 1. Baradatu Tahun Pelajaraan 2012/2013.

Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa dalam penelitian ini jumlah populasi yang akan diteliti sebanyak 153 siswa.

3.2.2 Sampel

Sampel merupakan. bagian dari populasi yang akan diteliti karena tidaklah mutlak dalam penelitian ini mengumpulkan data dari seluruh populasi, akan tetapi dapat juga menggunakan bagian yang telah ditentukan. Sebagaimana dijelaskan oleh pendapat dibawah ini : Menurut Muhammad Ali (1985:64) “Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek penelitian yang dianggap mewakili seluruh populasi dan diambil menggunakan teknik tertentu".


(41)

Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (1998:107) "Apabila subjek kurang dari 100 lebih baik diambil semuanya sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Jika subjeknya besar atau lebih dari 100 dapal diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih".

Berdasarkan ketentuan di atas maka penulis menetapkan jumlah sampelnya adalah 10% x 247= 24 siswa.

Tabel 2. Distribusi Sampel Peneliti Semester Genap di SMP Negeri 1 Baradatu Tahun Pelajaran 2012/2013.

No. Kelas Jenis kelamin Populasi Sampel

L P

1 VIII – A 9 23 32 3

2 VIII – B 10 22 32 3

3 VIII – C 17 14 31 3

4 VIII – D 16 15 31 3

5 VIII – E 15 16 31 3

6 VIII – F 16 14 30 3

7 VIII – G 10 20 30 3

8 VIII – H 12 18 30 3

Jumlah Jumlah 247 24

Sumber: Data sekunder ( pengolahan data sampel ) 3.2.3 Teknik Sampling

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah proporsional stratifiet random sampling yaitu “cara pemikiran sampel bila dimana anggota straktum dalam populasi tidak sama, yang dengan cara ini akan ditemukan karakteristik masing strata sebanding dengan populasi masing-masing strata secara proporsional”, ( Priyanto:60).


(42)

41

Untuk mengetahui besarnya sampel dari setiap kelas menggunakan rumusan perhitungan sebagai berikut:

Jumlah siswa perkelas

N = x Jumlah sampel Jumlah populasi

32

VIII A = x 24 = 4 247

32

VIII B = x 24 = 4 247

31

VIII C = x 24 = 4 247

31

VIII D = x 24 = 4 247

31

VIII E = x 24= 4 247

30

VIII F = x 24 = 3 247

30

VIII G = x 24 = 3 247

30

VIII H = x 24 = 3 247


(43)

3.3. Variabel Penelitian, Definisi Operasional Variabel dan Rencana Pengukuran Variabel

3.3.1 Variabel Penelitian

1. Variabel bebas (X1) pendidkan karakter bangsa (X2) tata karma siswa 2. Variabel terikat (Y) adalah Pembelajaran PKn.

3.3.2 Definisi Operasional Variabel

Untuk memahami objek permasalahan dalam penelitian ini secara jelas, maka diperlukan pendefinisian variabel secara operasional :

1. Pendidikan berkarakter bangsaPendidikan karakter adalah usaha sengaja/ sadar untk memujudkan kebajikan yaitu kualitas kemanusiaan yang baik secara obyektif, bukan hanya baik untuk individu perseorangan tetapi juga baik untuk masyarakat secara keseluruhan serta proses penyadaran individu dengan hasil pertumbuhan dari kegiatan individu yang konsisten dengan dasar dan taraf dari keseluruhan pola dan arah pertumbuhannya melalui penanaman nilai sehingga perkembangannya itu akan berjalan menurut situasi lingkungan untuk mencapai kedewasaan dan peradaban utama. Pendidikan karakter adalah untuk mengukir akhlak melalui proses knowing good, loving the good and acting the good.

2. Tata Krama SiswaMenurut kamus bahasa Indonesia, Tata Krama mengandung arti adat sopan santun, sopan santun dalam bahasa asingnya dikatakan etiket atau Etiquette ( bahasa Perancis ) yang sebenarnya merupakan lahir dari sepucuk surat undangan raja Louis XIV yang senang mengadakan pesta – pesta , sehingga sekarang dikenal dengan kata “tiket” artinya tanda masuk. Didalam Etiquette itu terdapat aturan – aturan secara


(44)

43

tertulis bagaimana bersikap, bergaul, menghormati, berbicara dan sebagainya, yang selanjutnya kita kenal dengan kata etiket.

Tata Krama dapat diartikan juga secara sendiri – sendiri yaitu :Tata berarti adat istiadat / aturan, normaKarma mengandung pengertian sopan santun, kelakuan yang sesuai dengan norma peraturan yang disepakati di dalam pergaulan antar manusia. Tata Krama dilakukan oleh siapapun dimanapun dan kapanpun sejak kita masih kanak – kanak dalam segala hal apa saja sepanjang masih berhubungan dengan kemanusiaan atau kemasyarakatan. Maksud dan Tujuan Tata Krama Siswa siswa

1. Supaya siswa dapat bersikap dan berperilaku dalam kehidupan sehari- hari sesuai dengan nilai – nilai normative yang melandasi kepribadian siswa serta sebagai tolok ukur penilaian yang baku bagi pembinaannya. 2. Agar siswa memiliki sikap dan perilaku yang dapat menanamkan dan

menumbuhkan disiplin dan tata tertib serta jiwa kesatuan yang tinggi sehingga dapat menunjang pelaksanaan tugas dan fungsinya sebagai siswa / peserta didik

3. Pendidikan kewarganegaraan ialah menjadikan sumber nilai dan pedoman bagi penyelenggaraan program studi untuk mengembangkan kepribadian siswa sebagai warga negara Indonesia dalam menerapkan ipteks dengan rasa tanggung jawab kemanusian. Misi pendidikan kewarganegaraan yakni membantu siswa agar mampu menanamkan nilai dasar, menjelaskan nilai dasar, mewujudkan nilai dasar kesadaran berbangsa dan bernegara dalam menerapkan ilmu pengetahuan,


(45)

3.3.3 Rencana Pengukuran Variabel

Untuk mendapatkan hasil penelitian yang maksimal, maka diperlukan alat ukur yang tepat. Rencana pengukuran variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Variabel yang diukur adalah:

1. Pendidkan Karakter bangsa agar bangsa yang bersangkutan mampu bersikap dan bertingkah laku dengan sepatutnya sehingga mampu mengantar bangsa menuju kesuksesan hidup., serta mampu untuk mengantisipasi secara tepat tantangan zaman. sehingga akan membentuk sikap dan perilaku yang akan mengantar bangsa mencapai kehidupan yang sukses

2. Tata krama terdiri atas tata dan krama. Tata berarti adat, aturan , norma, peraturan. Krama berarti sopan santun, kelakuan tindakan, perbuatan. Dengan demikian, tata krama berarti adab sopan santun, kebiasaan sopan santun, atau sopan santun.

3. Persatuan dan Kesatuan bangsa,meliputi: hidup rukun dalam perbedaan, cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda, Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, keterbukaan dan jaminan.keadilan,

Norma, hukum dan peraturan, meliputi: tertib dalam kehidupan keluarga, tata tertib di sekolah, norma yang berlaku di masyarakat, peraturan-peraturan daerah, norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sistem hukum dan peradilan nasional, hukum dan peradilan internasional,


(46)

45

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam melengkapi penelitian ini, maka digunakan beberapa teknik pengumpulan data. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan hasil data yang lengkap yang nantinya akan mendukung keberhasilan penelitian ini. Untuk mendapatkan data yang sesuai dengan masalah penelitian ini, maka pengumpulan datanya akan dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:

3.5.1. Teknik Pokok 1.1 Angket

Angket adalah suatu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan mengajukan daftar pertanyaan untuk dijawab responden. Dalam penelitian ini digunakan angket tertutup sehingga responden hanya menjawab pertanyaan dari alternatif jawaban yang sudah ada, diberikan kepada subjek penelitian untuk mengetahui tingkat pengaruh pendidikan karakter bangsa dan tata karma siswa terhadap mata pelajaran PKn tahun pelajaran 2012/2013., angket ini dibuat dalam bentuk soal pilihan ganda yang bersifat tertutup, sehingga item memilki alternatif kemungkinan jawaban a, b, dan c yang masing-masing diberi:

a. Skor 3 untuk jawaban yang sesuai dengan harapan.

b. Skor 2 untuk jawaban yang kurang sesuai dengan harapan. c. Skor 1 untuk jawaban yang tidak sesuai dengan harapan. 3.5 1. Teknik Penunjang


(47)

Teknik ini bertujuan untuk mengamati pengaruh pemahaman pendidikan karakter bangsa terhadap tatakrama siswa SMP N I baradatu tahun pelajaran 2012/2013 langsung dilapangan.

2.2 Teknik Dokumentasi

Teknik ini digunakan untuk mencari dan mengumpulkan data-data sekunder yang berhubungan dengan masalah penelitian, dalam kaitannya untuk melengkapi data primer.

2.3 Teknik wawancara

Teknik wawancara dalam penelitian ini untuk mendapatkan informasi – informasi yang disarankan perlu untuk menunjang data penelitian. Wawancara dilakukan terhadap guru dan siswa SMP N I Baradatu.

3.6Validitas dan Uji Reliabilitas 3.6.1 Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidanan kesohihan suatu instrument. Dengan demikian untuk menentukan item soal dilakukan kontrol langsung terhadap teori-teori yang melahirkan indikator yang dipakai (Arikunto, 2001:168).

Dalam penelitian ini validitas yang digunakan adalah logical validity, yaitu dengan mengkonsultasikan dengan dosen pembimbing, berdasarkan konsultasi tersebut dilakukan perbaikkan.

Untuk uji coba validitas prestasi pembelajaran PKn yang terdiri dari 50 item soal dengan 4 ( empat ) alternatif jawaban A, B, C, Dan D dengan lima indikator yaitu Demokrasi, Persatuan dan kesatuan, nilai


(48)

47

– nilai pancasila , Norma dan moral. Berdasarkan hasil ananlisis SPSS 17 diperoleh data :

3.6.1.1 Hasil uji Validitas Angket Indikator Demokrasi Tabel. 3 Hasil Analisis Validitas Angket Indikator Demokrasi

Item pertanyan Koefisien r Kesimpulan

Butir Soal 1 -0.123 Tidak Valid

Butir Soal 2 -0,185 Tidak Valid

Butir Soal 3 -0,431 Tidak Valid

Butir Soal 4 0,603 Valid

Butir Soal 5 0.302 Valid

Butir Soal 6 0,739 Valid

Butir Soal 7 -0,066 Tidak Valid

Butir Soal 8 0,603 Valid

Butir Soal 9 -0,592 Tidak Valid

Butir Soal 10 0,492 Valid

Sumber : pengelolahan data peneliti

Berdasarkan Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa butir pertanyaan (item 1-10) yang dinyatakan valid ada 5 butir soal yaitu 4, 5, 6, 8, 10. Sehingga untuk instrument indicator Demokrasi yang dapt di pakai untuk instrument penelitian ada 5 soal.

3.6.1.2 hasil uji Validitas Angket Indikator Nilai – nilai Pancasila Tabel. 4. Hasil Analisis Validitas Angket Indikator Indikator Nilai – nilai Pancasila

Item pertanyan Koefisien r Kesimpulan


(49)

Butir Soal 12 0,034 Valid

Butir Soal 13 0,384 Valid

Butir Soal 14 0,469 Valid

Butir Soal 15 -0,159 Tidak Valid

Butir Soal 16 0,375 Valid

Butir Soal 17 -0.640 Tidak Valid

Butir Soal 18 0,56 Valid

Butir Soal 19 -0,255 Tidak Valid

Butir Soal 20 -0,255 Tidak Valid

Sumber : pengelolahan data peneliti

Berdasarkan Tabel 4 di atas menunjukkan bahwa butir pertanyaan (item 11-20) yang dinyatakan valid ada 6 butir soal yaitu 11, 12, 13, 14, 16, 18. Sehingga untuk instrument indicator Nilai - Nilai Pancasila yang dapt di pakai untuk instrument penelitian ada 6 soal.

3.6.1.3 hasil uji Validitas Angket Indikator Persatuan dan kesatuan

Tabel. 5 Hasil Analisis Validitas Angket Indikator Indikator Persatuan dan Kesatuan

Item pertanyan Koefisien r Kesimpulan

Butir Soal 21 0,408 Valid

Butir Soal 22 -0,408 Tidak Valid Butir Soal 23 -0,890 Tidak Valid

Butir Soal 24 0,667 Valid

Butir Soal 25 -0,612 Tidak Valid

Butir Soal 26 0,802 Valid

Butir Soal 27 0,890 Valid


(50)

49

Butir Soal 29 -0,802 Tidak Valid

Butir Soal 30 0,408 Valid

Sumber : pengelolahan data peneliti

Berdasarkan Tabel 5 di atas menunjukkan bahwa butir pertanyaan (item 11-20) yang dinyatakan valid ada 6 butir soal yaitu 21, 24, 26, 27, 28, 30. Sehingga untuk instrument indicator Persatuan dan kesatuan yang dapt di pakai untuk instrument penelitian ada 6 soal. 3.6.1.3 hasil uji Validitas Angket Indikator norma

Tabel. 6 Hasil Analisis Validitas Angket Indikator Indikator Norma

Item pertanyan Koefisien r Kesimpulan

Butir Soal 31 0,408 Valid

Butir Soal 32 -0,408 Tidak Valid Butir Soal 33 0.089 Tidak Valid

Butir Soal 34 0,667 Valid

Butir Soal 35 -0,612 Tidak Valid

Butir Soal 36 0,802 Valid

Butir Soal 37 -0,890 Tidak Valid

Butir Soal 38 0,408 Valid

Butir Soal 39 -0,802 Tidak Valid

Butir Soal 40 0,408 Valid

Sumber : pengelolahan data peneliti

Berdasarkan Tabel 5 di atas menunjukkan bahwa butir pertanyaan (item 11-20) yang dinyatakan valid ada 5 butir soal yaitu 31, 34, 36,


(51)

38, 40. Sehingga untuk instrument indicator Persatuan dan kesatuan yang dapt di pakai untuk instrument penelitian ada 6 soal.

3.6.1.3 hasil uji Validitas Angket Indikator norma

Tabel. 7 Hasil Analisis Validitas Angket Indikator Indikator Moral

Item pertanyan Koefisien r Kesimpulan

Butir Soal 41 0,327 Valid

Butir Soal 42 -0,429 Tidak Valid Butir Soal 43 -0,480 Tidak Valid

Butir Soal 44 -0,655 Valid

Butir Soal 45 -0,764 Tidak Valid

Butir Soal 46 0,100 Valid

Butir Soal 47 -0.048 Tidak Valid

Butir Soal 48 0,356 Valid

Butir Soal 49 -1000 Tidak Valid

Butir Soal 50 0,655 Valid

Sumber : pengelolahan data peneliti

Berdasarkan Tabel 7 di atas menunjukkan bahwa butir pertanyaan (item 41-50) yang dinyatakan valid ada 5 butir soal 41, 44, 46, 48, 50, Sehingga untuk instrument indicator Persatuan dan kesatuan yang dapt di pakai untuk instrument penelitian ada 5 soal.

3.6.2 Reliabilitas

Uji reliabilitas merupakan instrument yang cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data, karena instrument tersebut


(52)

51

mengambarkan kemantapan dan keajegan alat ukur yang di gunakan .sudah cukup baik sehingga mampu mengungkapkan data yang dapat terpercaya ( R Gunawan sudarmanto, 2005: 89 ).

1. Melakukan uji coba angket kepada 10 orang di luar responden. 2. Hasil uji coba dikelompokkan dalam item ganjil dan item genap. 3. Hasil item ganjil dan genap dikorelasikan dengan product moment

yaitu:

  

 

 

                   

n y Y n x x n y x XY rxy 2 2 2 2 Keterangan:

rxy = koefisien korelasi antara gejala x dan y xy = Product dari gejala x dan y

n = Jumlah responden (Sutrisno Hadi,1989:318).

4. Kemudian untuk mengetahui reliabilitas seluruh quisioner digunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

a. = tingkat reliabilitas yang dicari = varians skor dari belahan pertama


(53)

= varians skor dari belahan kedua = varians skor dari keseluruhan (R. Gunawan Sudarmanto,2005:90).

3.6.2.1 Uji Reliabilitas hasil Angket Indikator Demokrasi Tabel. 8 Hasil Analisis Reabilitas Angket Indikator Demokrasi

Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items

.590 5

Hasil Uji reliabilitas dapat dilihat pada Indikator Demokrasi dengan nilai cronbach alpha sebesar 0,590, karna nilai tersebut lebih besar dari 0,300 maka dapat disimpulkan bahwa item soal nomor 4, 5, 6, 8,dan 10.dinyatakan riliabel

3.6.2.2 Uji Reliabilitas hasil Angket Indikator Nilai – Nilai Pancasila Tabel. 9 Hasil Analisis Reabilitas Angket Indikator Nilai – nilai Pancasila

Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items

.530 4

Hasil Uji reliabilitas dapat dilihat pada Indikator nilai – nilai pancasila dengan nilai cronbach alpha sebesar 0,530, karna nilai tersebut lebih besar dari 0,300 maka dapat disimpulkan bahwa item soal nomor 11, 12, 13, 14, 16, 18.dinyatakan riliabel


(54)

53

3.6.2.3Uji Reliabilitas Angket Indikator persatuaan dan Kesatuaan Tabel. 9 Hasil Analisis Reabilitas Angket Indikator Persatuan dan Kesatuaan

Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items

.674 5

Hasil Uji reliabilitas dapat dilihat pada Indikator persatuan dan kesatuaan dengan nilai cronbach alpha sebesar 0,674, karna nilai tersebut lebih besar dari 0,300 maka dapat disimpulkan bahwa item soal nomor 21, 24, 26, 27, 28, 30.dinyatakan riabel

3.6.2.4Uji Reliabilitas Angket Indikator Norma

Tabel. 10. Hasil Analisis Reabilitas Angket Indikator Norma

Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items

.674 5

Hasil Uji reliabilitas dapat dilihat pada Indikator norma dengan nilai cronbach alpha sebesar 0,674, karna nilai tersebut lebih besar dari 0,300 maka dapat disimpulkan bahwa item soal nomor 31, 34, 36, 38, 40.dinyatakan riabel.

3.6.2.5Uji Reliabilitas Angket Indikator Moral

Tabel. 11. Hasil Analisis Reabilitas Angket Indikator Moral

Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items


(55)

Hasil Uji reliabilitas dapat dilihat pada Indikator moral dengan nilai cronbach alpha sebesar 0,726, karna nilai tersebut lebih besar dari 0,300 maka dapat disimpulkan bahwa item soal nomor 41, 44, 46, 48, 50,.dinyatakan riabel.

3.7Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

Dalam penelitian ini analisis data dilakukan setelah data terkumpul yaitu dengan mengidentifikasi data, menyeleksi dan selanjutnya dilakukan klasifikasi data kemudian menyusun data. Adapun tekniknya sebagai berikut:

1. Untuk menentukan klasifikasi skor (nilai tinggi, sedang atau rendah) menggunakan rumus interval, yaitu:

Keterangan:

I = Interval

NT = Nilai Tertinggi NR = Nilai Terendah K = Kategori (Sutrisno Hadi,1986:12).

2. Untuk Menentukan pengaruh karakter bangsa dan Tatakrama siswa sismenggunakan rumus Chi Kuadrat yaitu:


(56)

55

Keterangan:

= Chi Kuadrat ∑

fo = Banyaknya data yang diharapkan terjadi fh = Banyaknya data hasil pengamatan observasi ( Duwi Priyayno 2005.48 )

Analisis Chi Kwadrat tersebut dilakukan dengan menggunakan SPSS 17 guna untuk mengtahui pengaruh pendidikan karakter bangsa (X1) dan Tatakrama siswa (X2) terhadap pembelajaran PKn (Y).

3.7.1 HIpotesis yang pertama

Ho 1 : Tidak ada pengaruh yang positif antara pendidikan karakter bangsa terhadap pelajaran Pkn pada siswa kelas VII SMP N I Baradatu tahun pelajaran 2012/2013

Ha 1 : Ada pengaruh yang positif antara pendidikan karakter bangsa terhadap pelajaran Pkn pada siswa kelas VII SMP N I Baradatu tahun pelajaran 2012/2013

Langkah-langkahnya:

1. Menentukan signifikansi



2. Dari tabel diatas didapat dilihat nilai X2 hitung (pearson Chi

Square )

3. Dengan menggunakan tingkat keyakinan 95%,



df = ( jumlah baris -1 ) x (jumlah kolom-1 ) = (5-1)x(2-1)=4x1 = 4 berhasil diperoleh untuk X2 tabel sebesar 9,488 (lihat pada lampiran) atau dicari di Ms Excel dengan cara pada cell kosong ketik =chiinv(0.5,4) lalu tekan Enter.

4. Ho ditolak apabila nilai X2 hitung > X2 tabel 5. Ho diterima apapbila nilai X2 hitung < X2 tabel 6. Membandingkan nilai X2 hitung dengan X2 tabel


(57)

3.7.2 HIpotesis yang kedua

Ho 2 : Tidak ada pengaruh yang positif antara pendidikan tatakrama siswa terhadap pelajaran Pkn pada siswa kelas VII SMP N I Baradatu tahun pelajaran 2012/2013

Ha 2 : Ada pengaruh yang positif antara pendidikan tatakrama siswa terhadap pelajaran Pkn pada siswa kelas VII SMP N I Baradatu tahun pelajaran 2012/2013

Langkah-langkahnya:

1. Menentukan signifikansi



2. Dari tabel diatas didapat dilihat nilai X2 hitung (pearson Chi

Square )

3. Dengan menggunakan tingkat keyakinan 95%,



df = ( jumlah baris -1 ) x (jumlah kolom-1 ) = (5-1)x(2-1)=4x1 = 4 berhasil diperoleh untuk X2 tabel sebesar 9,488 (lihat pada lampiran) atau dicari di Ms Excel dengan cara pada cell kosong ketik =chiinv(0.5,4) lalu tekan Enter.

4. Ho ditolak apabila nilai X2 hitung > X2 tabel 5. Ho diterima apapbila nilai X2 hitung < X2 tabel 6. Membandingkan nilai X2 hitung dengan X2 tabel

i. ( duwi Priyatno 2010 ; 53 )

Ho 2 : Tidak ada pengaruh yang positif antara pendidikan tatakrama siswa terhadap pelajaran Pkn pada siswa kelas VII SMP N I Baradatu tahun pelajaran 2012/2013

Ha 2 : Ada pengaruh yang positif antara pendidikan tatakrama siswa terhadap pelajaran Pkn pada siswa kelas VII SMP N I Baradatu tahun pelajaran 2012/2013


(58)

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan, maka dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut:

1. Ada pengaruh yang positif antara pendidikan karakter bangsa terhadap pelajaran Pkn pada siswa kelas VII SMP N I Baradatu tahun pelajaran 2012/2013.

2. Ada pengaruh yang positif antara tatakrama siswa terhadap pelajaran Pkn pada siswa kelas VII SMP N I Baradatu tahun pelajaran 2012/2013.

5.2SARAN

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti memberikan saran kepada: 1. Kepada kepala dan dewan guru SMP Negeri 1 baradatu untuk lebih

menerapkan Pendidikan Karakter bangsa kepada siswa di lingkungan sekolah agar kegiatan belajar mengajar baik melalui mata pelajaran maupun serangkaian kegiatan pengembangan diri yang dilakukan di kelas dan luar sekolah. Pembiasaan-pembiasan dalam kehidupan, seperti: religius, jujur, disiplin, toleran, kerja keras, cinta damai, tanggung-jawab, dsb. perlu dimulai dari lingkup terkecil seperti keluarga sampai dengan cakupan yang lebih luas di masyarakat. Nilai-nilai tersebut tentunya perlu ditumbuhkembangkan yang pada akhirnya dapat membentuk pribadi


(59)

karakter peserta didik yang selanjutnya merupakan pencerminan hidup suatu bangsa yang besar.

2. Kepada seluruh siswa agar menyadari dan membiasakan diri untuk selalu mentati peraturan sekolah yang sesuai dengan peraturan yang telah diterapkan dan akan menambah rasa bangga dan mengingat orang menjadi contoh, dengan sendirinya akan menjadi contoh baik dalam kehiodupan, kebiasaan tingkah laku terkontrol, tidak ragu-ragu bertingkah terbuka maka akan tumbuh dengan sendirinya rasa percaya diri Prilaku yang baik akan menumbuhkan kelebihan dalam pendidikan dan pelatihan yang diikuti.

3. Untuk para pendidik dan orang tua hendaknya memberikan pendidikan karakter sedini mungkin supaya anak terbiasa melakukan hal-hal yang utama pada waktu dewasa kelak karena kedamaian dan kesejahteraan bangsa dimasa yang akan datang ada digenggaman tangan mereka


(60)

DAFTAR PUSTAKA

Sudarmanto, R. Gunawan. 2001. Pengaruh Karakteristik Penganggaran terhadap Efisiensi Biaya (Study Kasus pada 4 Prusahaaan Manukfaktur di Lampung ).

Tesis. . Universitas Brawijaya.

Pryatno, Duwi, Mandiri belajar SPSS, Cetakan Ketiga, Yogyakarta: Media Kom, 2008.

Degeng, I N. S. 2001. Kumpulan Bahan Pembelajaran; Menuju Pribadi Unggul Melalui Perbaikan Proses Pembelajaran, Malang: LP3, UM. Tijan dkk. 2004. Kewarganegaraan 1. Semarang: Aneka Ilmu.

Tijan, dkk. 2005. Peningkatan Kualitas Proses dan Hasil Pembelajaran Mata Kuliah SSBI. Laporan Penelitian. Semarang: SP4.

Asmaran AS, M.A. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: Rajawali Pers, 1992.

Albertus, Doni Koesoema. Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global, Jakarta: PT. Grasindo, 2007.

Pendidikan Karakter Di Zaman Keblinger,

Mengembangkan Visi Guru Sebagai Pelaku Perubahan Dan Pendidik karakter Jakarta: PT.Grasindo, 2009..

Tiga Matra Pendidikan, BASIS, Edisi Juli-Agustus 2. Pendidikan Karakter Kompas. Pebruari 2007.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta, 2006.

Asmaran AS, M.A. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: Rajawali


(1)

Keterangan:

= Chi Kuadrat

fo = Banyaknya data yang diharapkan terjadi

fh = Banyaknya data hasil pengamatan observasi

( Duwi Priyayno 2005.48 )

Analisis Chi Kwadrat tersebut dilakukan dengan menggunakan SPSS 17 guna untuk mengtahui pengaruh pendidikan karakter bangsa (X1) dan Tatakrama

siswa (X2) terhadap pembelajaran PKn (Y).

3.7.1 HIpotesis yang pertama

Ho 1 : Tidak ada pengaruh yang positif antara pendidikan karakter bangsa terhadap pelajaran Pkn pada siswa kelas VII SMP N I Baradatu tahun pelajaran 2012/2013

Ha 1 : Ada pengaruh yang positif antara pendidikan karakter bangsa terhadap pelajaran Pkn pada siswa kelas VII SMP N I Baradatu tahun pelajaran 2012/2013

Langkah-langkahnya:

1. Menentukan signifikansi



2. Dari tabel diatas didapat dilihat nilai X2 hitung (pearson Chi Square )

3. Dengan menggunakan tingkat keyakinan 95%,



df = ( jumlah baris -1 ) x (jumlah kolom-1 ) = (5-1)x(2-1)=4x1 = 4 berhasil diperoleh untuk X2 tabel sebesar 9,488 (lihat pada lampiran) atau dicari di Ms Excel dengan cara pada cell kosong ketik =chiinv(0.5,4) lalu tekan Enter.

4. Ho ditolak apabila nilai X2 hitung > X2 tabel 5. Ho diterima apapbila nilai X2 hitung < X2 tabel 6. Membandingkan nilai X2 hitung dengan X2 tabel


(2)

56

3.7.2 HIpotesis yang kedua

Ho 2 : Tidak ada pengaruh yang positif antara pendidikan tatakrama siswa terhadap pelajaran Pkn pada siswa kelas VII SMP N I Baradatu tahun pelajaran 2012/2013

Ha 2 : Ada pengaruh yang positif antara pendidikan tatakrama siswa terhadap pelajaran Pkn pada siswa kelas VII SMP N I Baradatu tahun pelajaran 2012/2013

Langkah-langkahnya:

1. Menentukan signifikansi



2. Dari tabel diatas didapat dilihat nilai X2 hitung (pearson Chi Square )

3. Dengan menggunakan tingkat keyakinan 95%,



df = ( jumlah baris -1 ) x (jumlah kolom-1 ) = (5-1)x(2-1)=4x1 = 4 berhasil diperoleh untuk X2 tabel sebesar 9,488 (lihat pada lampiran) atau dicari di Ms Excel dengan cara pada cell kosong ketik =chiinv(0.5,4) lalu tekan Enter.

4. Ho ditolak apabila nilai X2 hitung > X2 tabel 5. Ho diterima apapbila nilai X2 hitung < X2 tabel 6. Membandingkan nilai X2 hitung dengan X2 tabel

i. ( duwi Priyatno 2010 ; 53 )

Ho 2 : Tidak ada pengaruh yang positif antara pendidikan tatakrama siswa terhadap pelajaran Pkn pada siswa kelas VII SMP N I Baradatu tahun pelajaran 2012/2013

Ha 2 : Ada pengaruh yang positif antara pendidikan tatakrama siswa terhadap pelajaran Pkn pada siswa kelas VII SMP N I Baradatu tahun pelajaran 2012/2013


(3)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan, maka dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut:

1. Ada pengaruh yang positif antara pendidikan karakter bangsa terhadap pelajaran Pkn pada siswa kelas VII SMP N I Baradatu tahun pelajaran 2012/2013.

2. Ada pengaruh yang positif antara tatakrama siswa terhadap pelajaran Pkn pada siswa kelas VII SMP N I Baradatu tahun pelajaran 2012/2013.

5.2SARAN

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti memberikan saran kepada: 1. Kepada kepala dan dewan guru SMP Negeri 1 baradatu untuk lebih

menerapkan Pendidikan Karakter bangsa kepada siswa di lingkungan sekolah agar kegiatan belajar mengajar baik melalui mata pelajaran maupun serangkaian kegiatan pengembangan diri yang dilakukan di kelas dan luar sekolah. Pembiasaan-pembiasan dalam kehidupan, seperti: religius, jujur, disiplin, toleran, kerja keras, cinta damai, tanggung-jawab, dsb. perlu dimulai dari lingkup terkecil seperti keluarga sampai dengan cakupan yang lebih luas di masyarakat. Nilai-nilai tersebut tentunya perlu ditumbuhkembangkan yang pada akhirnya dapat membentuk pribadi


(4)

77

karakter peserta didik yang selanjutnya merupakan pencerminan hidup suatu bangsa yang besar.

2. Kepada seluruh siswa agar menyadari dan membiasakan diri untuk selalu mentati peraturan sekolah yang sesuai dengan peraturan yang telah diterapkan dan akan menambah rasa bangga dan mengingat orang menjadi contoh, dengan sendirinya akan menjadi contoh baik dalam kehiodupan, kebiasaan tingkah laku terkontrol, tidak ragu-ragu bertingkah terbuka maka akan tumbuh dengan sendirinya rasa percaya diri Prilaku yang baik akan menumbuhkan kelebihan dalam pendidikan dan pelatihan yang diikuti.

3. Untuk para pendidik dan orang tua hendaknya memberikan pendidikan karakter sedini mungkin supaya anak terbiasa melakukan hal-hal yang utama pada waktu dewasa kelak karena kedamaian dan kesejahteraan bangsa dimasa yang akan datang ada digenggaman tangan mereka


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Sudarmanto, R. Gunawan. 2001. Pengaruh Karakteristik Penganggaran terhadap Efisiensi Biaya (Study Kasus pada 4 Prusahaaan Manukfaktur di Lampung ).

Tesis. . Universitas Brawijaya.

Pryatno, Duwi, Mandiri belajar SPSS, Cetakan Ketiga, Yogyakarta: Media Kom, 2008.

Degeng, I N. S. 2001. Kumpulan Bahan Pembelajaran; Menuju Pribadi Unggul Melalui Perbaikan Proses Pembelajaran, Malang: LP3, UM. Tijan dkk. 2004. Kewarganegaraan 1. Semarang: Aneka Ilmu.

Tijan, dkk. 2005. Peningkatan Kualitas Proses dan Hasil Pembelajaran Mata Kuliah SSBI. Laporan Penelitian. Semarang: SP4.

Asmaran AS, M.A. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: Rajawali Pers, 1992.

Albertus, Doni Koesoema. Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global, Jakarta: PT. Grasindo, 2007.

Pendidikan Karakter Di Zaman Keblinger,

Mengembangkan Visi Guru Sebagai Pelaku Perubahan Dan Pendidik karakter Jakarta: PT.Grasindo, 2009..

Tiga Matra Pendidikan, BASIS, Edisi Juli-Agustus 2. Pendidikan Karakter Kompas. Pebruari 2007.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta, 2006.

Asmaran AS, M.A. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: Rajawali


(6)

Dahlan, Abdul `Aziz. Ensiklopedi Islam, Ibn Miskawaih. Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 2005.

Nurhadi, Senduk AG. 2003. Pendidikan Pancasila. Semarang: UPT MKKU Unnes. www.albertdoni.blogspot.com. Januari 2008.

Zuhriah, Nurul. Pendidikan Moral Dan Budi Pekerti, Jakarta: PT.Bumi Aksara, 2008.

Budianto, 2004 “Kewarganegarraan SMA kelas X”, Jakarta : Erlangga.

Departemen Pendidikan Nasional. 2003 “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, Jakarta : Balai Pustaka.

Sunarso, Anis K., 2008. “Pendidikan Kewarganegaraan untuk SD/MI kelas VI”, Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

., 2011. “search : bela negara”. http://search.google.com/, (online), (diakses 22 September 2011)


Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TERHADAP APLIKASI NILAI KARAKTER SISWA DI SMAN 1 TERBANGGI BESAR KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013

6 30 72

PENGARUH CCTV TERHADAP AKTIVITAS PESERTA DIDIK DALAM MENGIKUTI PEMBELAJARAN PKN DI SMA YP UNILA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

10 91 85

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING TERHADAP PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN KELAS VII SMP TAMAN SISWA GEDONG TATAAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 8 55

PENINGKATAN MINAT BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES PADA MATA PELAJARAN PKN DI KELAS VIII.D SMP NEGERI 1 KEDONDONG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

2 14 84

PENINGKATAN MINAT BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES PADA MATA PELAJARAN PKN DI KELAS VIII.D SMP NEGERI 1 KEDONDONG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 32 82

PEMBELAJARAN MEMBACA TABEL SISWA KELAS VII SMP NEGERI 5 BANDARLAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 7 111

PERBANDINGAN METODE PEMBELAJARAN KESELURUHAN DAN BAGIAN TERHADAP KETERAMPILAN GERAK DASAR PASSING ATAS BOLAVOLI PADA SISWA KELAS X SMA N I RUMBIA LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 13 52

PENGARUH PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA DAN TATAKRAMA SISWA TERHADAP PEMBELAJARAN PKN SMP N I BARADATU TAHUN PELAJARAN 2012/2013

2 48 61

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN BAGIAN DAN KESELURUHAN TERHADAP PUKULAN FOREHAND TENISMEJA PADA SISWA KELAS VII SMP N 1 LUMBOK SEMINUNG LAMPUNG BARAT TAHUN PELAJARAN 2012/2013

1 23 130

PENGARUH KONDISI LINGKUNGAN BELAJAR DAN MINAT BELAJAR TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PKN SISWA SMP TUNAS DHARMA WAY GALIH KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 12 72