17
fesi tenaga kependidikan; wakil alumni; serta wakil peserta didik; b Unsur dewan guru, yayasan
lembaga penyelenggara pendidikan, Badan Pertim- bangan Desa.
Gambar 1 berikut menampilkan hubungan antara Dinas Pendidikan, Dewan Pendidikan, Komite
Sekolah dan Satuan Pendidikan.
Sumber: Kepmendiknas no.044U2002
Gambar 1 Hubungan Dinas Pendidikan, Dewan Pendidikan,
Komite Sekolah dan Satuan Pendidikan
2.3 Manajemen Berbasis Sekolah
Pengertian manajemen berbasis sekolah MBS secara leksikal berasal dari tiga kata yaitu manajemen,
berbasis, dan sekolah. Manajemen adalah proses
Walikota
Sekda Dinas
Pendidikan
Satuan Pendidikan
Dewan Pendidikan
Komite Sekolah Institusi
lain Komisi
DPRD DRPD
18 menggunakan sumber daya yang efektif untuk men-
capai sasaran; berbasis memiliki kata dasar basis yang berarti dasar atau azas; sekolah adalah lembaga untuk
belajar dan mengajar, serta tempat menerima dan memberikan pelajaran. Berdasarkan makna leksikal
tersebut maka MBS dapat diartikan sebagai pengguna- an sumber daya yang berdasarkan pada sekolah itu
sendiri dalam proses pengajaran atau pembelajaran Sukmadinata, dkk, 2006:1.
Dalam Undang-Undang
Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 51, ayat 1 disebutkan bahwa penge-
lolaan satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah dilaksanakan berda-
sarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolahmadrasah.
Penjelasan pasal 51, ayat 1 menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan manajemen berbasis
sekolahmadrasah adalah bentuk otonomi manajemen pendidikan pada satuan pendidikan, dalam hal ini
kepala sekolahmadrasah dan guru dibantu oleh komite sekolahmadrasah dalam mengelola kegiatan
pendidikan. Manajemen Berbasis Sekolah MBS adalah
upaya serius yang rumit, yang memunculkan berbagai isyu kebijakan dan melibatkan banyak lini kewenang-
an dalam pengambilan keputusan serta tanggung jawab dan akuntabilitas atas konsekuensi keputusan
19 yang diambil. Oleh sebab itu, semua pihak yang
terlibat perlu memahami benar pengertian MBS, manfaat, masalah-masalah dalam penerapannya, dan
yang terpenting adalah pengaruhnya terhadap prestasi belajar murid.
Slamet P.H. 2002 menegaskan bahwa MBS adalah pengkoordinasian dan penyerasian sumber
daya yang dilakukan secara mandiriotomatis oleh sekolah melalui sejumlah input manajemen untuk
mencapai tujuan sekolah dalam kerangka pendidikan nasional, dengan melibatkan semua kelompok kepen-
tingan yang terkait dengan sekolah secara langsung dalam pengambilan keputusan partisipatif sesuai
standar pelayanan yang ditetapkan oleh pemerintah pusat, provinsi dan kaupatenkota.
Selanjutnya Dikmenum 2005 menyebutkan bahwa MBS adalah suatu konsep yang menempatkan
pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pendidikan diletakkan pada tempat yang paling dekat
dengan proses belajar mengajar. Sementara itu Duhou dalam Relawati, 2004: 19
mengatakan bahwa Manajemen Berbasis Sekolah MBS merupakan bentuk pengalihan kewenangan dari
pemerintah ke sekolah dan masyarakat untuk menge- lola sendiri sekolahnya. Asumsinya adalah bahwa
dengan pelimpahan dan tanggung jawab yang mening- kat ke sekolah, serta proporsi dana lebih besar dalam
mendukung pencapaian tujuan kebijakan sesuai
20 dengan serangkaian garis pedoman kebijakan yang
lebih eksplisit, dan meletakkan strategi manajemen prestasi yang terartikulasi di atas perencanaan
tersebut, akan memudahkan serta mendorong pening- katan efektivitas dan efisiensi dalam pendidikan
publik. Sejalan dengan pendapat Duhou, Mulyasa 2006:
24 mendefinisikan manajemen berbasis sekolah sebagai paradigma baru pendidikan yang memberikan
otonomi luas pada tingkat sekolah pelibatan masya- rakat dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional.
Otonomi diberikan agar sekolah lebih leluasa menge- lola sumber daya dan sumber dana dengan mangalo-
kasikannya sesuai dengan prioritas kebutuhan, serta lebih tanggap terhadap kebutuhan setempat.
Hasbullah 2007: 80 menyebutkan manajemen berbasis sekolah pada dasarnya dimaksudkan untuk
mengurangi peran pemerintah dalam penyelenggaraan pendidikan, tetapi memberikan kesempatan kepada
masyarakat seluas-luasnya memberikan kontribusi berupa gagasan dan pelaksanaan pendidikan di
tempat mereka masing-masing. Masyarakat dalam pertisipasinya agar lebih
memahami kompleksitas pendidikan, membantu serta turut mengontrol pengelolaan pendidikan, dan MBS
menuntut perubahan perilaku kepala sekolah, guru dan tenaga administrasi menjadi lebih profesional dan
manajerial dalam pengelolaan sekolah.
21 School-based Management merupakan bentuk
adanya otonomi luas di tingkat sekolah, partisipasi masyarakat yang tinggi dan dalam kerangka kebijakan
pendidikan nasional. Otonomi diberikan agar sekolah dapat leluasa mengelola sumber daya dengan menga-
lokasikan dana sesuai dengan prioritas kebutuhan, serta agar sekolah lebih tanggap terhadap kebutuhan
setempat. Masyarakat dituntut partisipasinya agar mereka lebih memahami pendidikan, membantu, serta
mengontrol pengelolaan pendidikan. Kebijakan nasio- nal yang menjadi prioritas pemerintah harus pula
dilakukan oleh sekolah. Dalam MBS, sekolah dituntut memiliki accountability baik kepada masyarakat,
maupun pemerintah Tim Teknis, 1999:10. Menurut Slamet 2000:2 bahwa manajemen
berbasis sekolah adalah pengkoordinasian dan penye- rasian sumber daya yang dilakukan secara otonomi
mandiri oleh sekolah melalui sejumlah input manaje- men untuk mencapai tujuan sekolah dalam kerangka
pendidikan nasional, dengan melibatkan semua kelompok dalam kerangka kepentingan yang terkait
dengan sekolah secara langsung dalam proses peng- ambilan keputusan partisipatif.
Otonomi sekolah dapat diartikan sebagai kewe- nangan sekolah untuk mengatur dan mengurus
kepentingan warga sekolah menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi warga sekolah dengan peraturan
perundang-undangan pendidikan nasional yang ber-
22 laku. Pengertian kemandirian adalah harus didukung
oleh sejumlah kemampuan, yaitu kemampuan meng- ambil keputusan
yang terbaik, kemampuan berdemo- krasimenghargai perbedaan pendapat, kemampuan
memobilisasi sumber daya, kemampuan memilih cara pelaksanaan yang terbaik, kemampuan berkomunikasi
yang efektif, kemampuan memecahkan persoalan- persoalan sekolah, kemampuan adaptif dan antisipatif,
kemampuan bersinergi dan berkolaborasi, dan ke- mampuan memenuhi kebutuhannya sendiri.
Pengertian pengambilan keputusan partisipatif adalah suatu cara mengambil keputusan melalui
penciptaan lingkungan yang terbuka dan demokratik, dimana warga sekolah didorong untuk terlibat secara
langsung dalam proses pengambilan keputusan yang akan dapat berkontribusi terhadap pencapaian tujuan
sekolah. Hal ini dilandasi oleh keyakinan bahwa jika seseorang dilibatkanberpartisipasi dalam pengambil-
an keputusan, maka yang bersangkutan akan ada rasa memiliki terhadap keputusan tersebut, dan juga
akan bertanggungjawab serta berdedikasi sepenuhnya untuk mencapai tujuan sekolah.
Berdasarkan uraian tentang pengertian manaje- men berbasis sekolah tersebut di atas, maka yang
akan digunakan dalam penelitian ini adalah penger- tian sesuai dengan penjelasan pasal 51, ayat 1
Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu bahwa yang dimaksud
dengan manajemen
berbasis sekolahmadrasah
23 adalah bentuk otonomi manajemen pendidikan pada
satuan pendidikan, dalam hal ini kepala sekolah madrasah dan guru dibantu oleh komite sekolah
madrasah dalam mengelola kegiatan pendidikan.
2.4 Peran Komite Sekolah dalam Manaje- men Berbasis Sekolah