23 adalah bentuk otonomi manajemen pendidikan pada
satuan pendidikan, dalam hal ini kepala sekolah madrasah dan guru dibantu oleh komite sekolah
madrasah dalam mengelola kegiatan pendidikan.
2.4 Peran Komite Sekolah dalam Manaje- men Berbasis Sekolah
Mulyasa 2006: 50 menyatakan hubungan seko- lah dengan masyarakat pada hakikatnya merupakan
suatu sarana yang sangat berperan dalam membina dan mengembangkan pertumbuhan pribadi peserta
didik di sekolah. Hubungan sekolah dengan masya- rakat bertujuan antara lain untuk memajukan kua-
litas pembelajaran dan pertumbuhan anak, memper- kokoh tujuan serta meningkatkan kualitas hidup dan
penghidupan masyarakat menggairahkan masyarakat untuk menjalin hubungan dengan sekolah.
Jalal 2001 berpendapat bahwa pendidikan dengan segala persoalannya tidak mungkin diatasi
hanya oleh lembaga persekolahan. Untuk melaksana- kan program-programnya sekolah perlu mengundang
berbagai pihak keluarga, masyarakat, dan dunia usahaindustri untuk berpartisipasi secara aktif
dalam berbagai program pendidikan. Partisipasi ini perlu dikelola dan dikoordinasikan secara baik agar
lebih bermakna bagi sekolah terutama dalam mening- katkan mutu dan efektivitas pendidikannya. Partisi-
24 pasi masyarakat tidak seharusnya hanya dalam
bentuk dana, melainkan juga sumbangan pikiran dan tenaga.
Selanjutnya Mulyasa 2006:151 menyebutkan bahwa dalam rangka manajemen berbasis sekolah,
hubungan sekolah dengan masyarakat dapat dijalin melalui dewan sekolah, BP3, rapat bersama, kon-
sultasi, radio dan televisi, surat dan telepon, pameran sekolah, serta ceramah.
Sementara itu
Suparlan dalam
Pengantar Pemberdayaan Komite Sekolah menyatakan bahwa
dalam paradigma lama, hubungan keluarga, sekolah, dan masyarakat dipandang sebagai institusi yang
terpisah-pisah. Pihak keluarga dan masyarakat dipan- dang tabu untuk ikut campur tangan dalam penye-
lenggaraan pendidikan di sekolah, apalagi sampai masuk ke wilayah kewenangan profesional.
Menurut Ihsan 2003: 90 bahwa orang tua anak meletakkan dasar-dasar pendidikan di dalam rumah
tangga terutama dalam segi pembentukan kepriba- dian, nilai-nilai luhur moral dan agama sejak kela-
hirannya. Kemudian dilanjutkan dan dikembangkan dengan berbagai materi pendidikan berupa ilmu dan
keterampilan yang dilakukan oleh sekolah. Orang tua siswa menilai dan mengawasi hasil didikan yang
dilakukan oleh sekolah. Kemudian pendidikan di lingkungan masyarakat ikut pula berperanserta
mengontrol, menyalurkan dan membina serta mening-
25 katkannya, karena masyarakat adalah lingkungan
pemakai atau the user dari produk pendidikan yang diberikan oleh rumah tangga dan sekolah.
Hubungan sekolah dengan mayarakat menurut Mulyasa 2006 bertujuan antara lain untuk:
1 Memajukan kualitas pembelajaran; 2 Mem- perkokoh tujuan serta meningkatkan kualitas hidup
dan penghidupan masyarakat; dan 3 Menggairah- kan masyarakat untuk menjalin hubungan dengan
sekolah.
Hubungan yang harmonis antara sekolah dengan masyarakat yang diwadahi dalam organisasi komite
sekolah, sangat diharapkan mampu mengoptimalkan peranserta orang tua dan masyarakat dalam mema-
jukan program pendidikan dalam bentuk seperti orang tua dan masyarakat membantu menyediakan fasilitas
pendidikan, memberikan bantuan dana serta pemi- kiran atau sumbang saran yang diperlukan untuk
kemajuan sekolah. Orang tua perlu memberikan informasi kepada sekolah tentang potensi yang dimiliki
anaknya serta memupuk pengertian orang tua dan masyarakat tentang program pendidikan yang sedang
diperlukan oleh masyarakat. Masyarakat berkewajiban memberikan dukungan
terhadap tujuan, program, kebutuhan sekolah atau pendidikan. Sebaliknya sekolah harus mengetahui
dengan jelas apa kebutuhan, harapan dan tuntutan masyarakat terhadap sekolah. Dengan kata lain antara
26 sekolah dan masyarakat harus dibina suatu hubungan
yang harmonis. Dengan hubungan yang harmonis ini diharapkan akan terdapat saling pengertian antara
sekolah, orang tua, masyarakat dan lembaga-lembaga lain yang ada di masyarakat, termasuk dunia kerja.
Juga akan terjadi saling bantu antara sekolah dan masyarakat karena mengetahui manfaat, arti dan
pentingnya peranan masing-masing. Terbinanya kerja- sama yang erat antara sekolah dengan berbagai pihak
masyarakat akan membawa mereka ikut bertang- gungjawab akan suksesnya pendidikan di sekolah.
Kepada masyarakat harus diberikan kesempatan untuk ikut berperanserta memajukan sekolah serta
mengikutkan orang tua dan tokoh masyarakat dalam merencanakan dan mengawasi program sekolah. Jika
hubungan sekolah dengan masyarakat berjalan dengan baik, rasa tanggung jawab dan partisipasi
masyarakat untuk memajukan sekolah akan semakin tinggi dan semakin baik.
Sementara itu Pantjastuti 2008 berpendapat bahwa selama ini komite sekolah yang ada masih
meneruskan peran dan fungsi BP3 di masa lalu yang hanya berfungsi sebagai stempel saja bagi sekolah.
Peranserta masyarakat dalam pendidikan seba- gaimana diamanahkan dalam Undang-Undang Nomor
20 tahun 2003, memiliki hak dan kewajiban dalam penyelenggaraan pendidikan. Masyarakat berhak ber-
peranserta dalam perencanaan, pelaksanaan, penga- wasan, dan evaluasi program pendidikan. Lebih lanjut
27 partisipasi masyarakat dalam pendidikan bisa meliputi
peran perseorangan, kelompok, keluarga, organisasi profesi, pengusaha dan organisasi kemasyarakatan
dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layan- an pendidikan. Partisipasi masyarakat dalam pendi-
dikan berperan dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan yang meliputi perencanaan, pengawasan
dan evaluasi program pendidikan. Keikutsertaan masyarakat ini dapat diwujudkan dalam bentuk
Komite Sekolah atau Dewan Pendidikan. Dalam konteks manajemen berbasis sekolah
dalam banyak kasus pembentukan komite sekolah sebagai mitra kepala sekolah dalam mengelola pendi-
dikan dalam rangka kemajuan sekolah, masih belum dipahami secara proporsional. Akibatnya masih
banyak ketimpangan dalam penyelenggaraan manaje- men berbasis sekolah. Ada pembentukan komite
sekolah yang hanya merupakan syarat karena itu perlu ada di sekolah, sementara itu kinerja yang
diharapkan belum ada. Pada sekolah yang memiliki komite sekolah yang aktif malah terjadi tarik menarik
kepentingan, bahkan persainga n antara komite sekolah dengan kepala sekolah dalam pengelolaan
pendidikan di sekolah. Singkatnya dapat dikatakan bahwa Komite Sekolah yang diharapkan dapat mem-
berdayakan sekolah melalui partisipasi masyarakat masih belum optimal Sulistyo, 2007.
28 Selanjutnya peran komite sekolah secara kon-
tekstual sesuai dengan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 044U2002 adalah:
a Pemberi pertimbangan advisory agency dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan
di satuan pendidikan; b Bandan Pendukung supporting agency, baik yang berwujud finansial,
pemikiran, maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan; c Badan
Pengontrol controling agency dalam rangka trans- paransi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan
keluaran pendidikan di satuan pendidikan; d Me- diator antara pemerintah dengan masyarakat di
satuan pendidikan.
Departemen Pendidikan Nasional dalam Partisi- pasi Masyarakat 2001: 17 menguraikan tujuh peran
komite sekolah terhadap penyelenggaraan sekolah, yakni:
a Membantu meningkatkan kelancaran penyeleng- garaan kegiatan belajar mengajar di sekolah baik
sarana, prasarana maupun teknis pendidikan; b Melakukan pembinaan sikap dan perilaku siswa.
Membantu usaha pementapan sekolah dalam me- wujudkan pembinaan dan pengembangan ketaq-
waan terhadap Tuhan Yang Magha Esa, pendidikan demokrasi sejak dini kehidupan berbangsa dan
bernegara, pendidikan pendahuluan bela negara, kewarganegaraan, berorganisasi, dan kepemimpin-
an, keterampilan dan kewirausahaan, kesegaran jasmani dan berolahraga, daya kreasi dan cipta
serta apresiasi seni dan budaya; c Mencari sumber pendanaan untuk membantu siswa yang tidak
mampu; d Melakukan penilaian sekolah untuk pengembangan pelaksanaan kurikulum, baik intra-
kurikuler maupun ekstrakurikuler dan pelaksanaan manajemen sekolah, kepalawakil kepala sekolah,
guru, siswa, dan karyawan; e Memberikan peng- hargaan atas keberhasilan manajemen sekolah;
f Melakukan pembahasan tentang usulan Rencana
29
Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah; g Me- minta sekolah agar mengadakan pertemuan untuk
kepentingan tertentu.
Dalam penjabaran kegiatan operasional dari tujuh peran di atas, Komite Sekolah selaku pemberi
pertimbangan melakukan berbagai kegiatan seperti:
a Mengadakan pendataan kondisi sosial ekonomi keluarga peserta didik dan sumber daya pendidikan
yang ada dalam masyarakat; b Memberikan masukan dan pertimbangan kepada kepala sekolah
dalam penyusunan visi, misi, tujuan, kebijakan dan kegiatan sekolah; c Menganalisis hasil pendataan
sebagai bahan pemberian masukan, pertimbangan dan rekomendasi kepala sekolah; d Menyampaikan
masukan, pertimbangan, dan rekomendasi secara tertulis kepada sekolah dengan tembusan Kepada
Dinas Pendidikan dan Dewan Pendidikan; e Mem- berikan pertimbangan kepada sekolah dalam
rangka pengembangan kurikulum muatan lokal, dan meningkatkan proses pembelajaran dan penga-
jaran yang menyenangkan; f Memferivikasi RAPBS yang diajukan oleh kepala sekolah, memberikan
pengesahan terhadap RAPBS setelah proses veri- fikasi dalam rapat pleno komite sekolah.
Sebagai badan pendukung komite sekolah melak- sanakan beberapa kegiatan seperti:
a Memberikan dukungan kepada sekolah untuk secara preventif dalam memberantas penyebarluas-
an narkoba di sekolah, serta pemeriksaan kese- hatan siswa; b Memberikan dukungan kepada
sekolah dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakuri- kuler; c Mencari bantuan dana dari dunia industri
untuk biaya pembebasan uang sekolah bagi siswa yang berasal dari keluargha kurang mampu; d
Melaksanakan konsep subsidi silang dalam pena- rikan iuran dari orang tua siswa.
30 Sementara itu dalam peran sebagai badan
pengontrol komite sekolah melakukan beberapa ke- giatan seperti:
a Meminta penjabaran kepada sekolah tentang hasil belajar siswa; b Menyebarkan kuesioner
untuk memperoleh masukan, saran, dan ide kreatif dari masyarakat; c Menyampaikan laporan kepada
sekolah secara tertulis tentang hasil pengamatan komite sekolah terhadap sekolah.
Dalam peran sebagai penghubungmediator komite sekolah melaksanakan kegiatan seperti:
a Membantu sekolah dalam menciptakan hubung- an dan kerjasama antara sekolah dengan orang tua
dan masyarakat; b Mengadakan rapat atau perte- muan secara rutin atau insidental dengan kepala
sekolah dan dewan guru; c Mengadakan kunjung- an atau silaturahmi ke sekolah, atau dengan dewan
guru di sekolah; d Bekerjasama dengan sekolah dalam kegiatan penelusuran alumni; e Membina
hubungan dan kerja sama yang harmonis dengan seluruh stakeholder pendidikan dengan dunia
usahadunia industri; f Mengadakan penjajakan kerja sama atau MOU dengan lembaga lain untuk
memajukan sekolah; g Mengadakan kegiatan ino- vatif untuk meningkatkan kesadaran dan kemitraan
masyarakat, misalnya panggung hiburan untuk sekolah dan masyarakat; h Mengadakan rapat
atau pertemuan secara berkala dan insidental dengan orang tua dan anggota masyarakat.
Komite sekolah sesuai dengan peran dan fung- sinya melakukan akuntabilitads sebagi berikut:
a Komite sekolah menyampaikan hasil kajian pelaksanaan program sekolah kepada stakeholder
secara periodik, baik yang berupa keberhasilan maupun kegagalan dalam pencapaian tujuan dan
sasaran program sekolah; b Menyampaikan lapor- an pertanggung jawaban bantuan masyarakat baik
31
berupa materi dana, barang tak bergerak maupun bergerak, maupun non materi tenaga, pikiran
kepada masyarakat dan pemerintah setempat.
Sejalan dengan Kepmendiknas No:044U2002, Mulyasa 2006 membagi peranserta komite sekolah
dalam penyelenggaraan pendidikan sebagai berikut:
a Memberi pertimbangan dalam menentukan dan melaksahakan kebijakan pendidikan; b Mendu-
kung kerjasama sekolah dengan masyarakat, baik secara finansial, pemikiran, maupun tenaga dalam
penyelenggaraan pendidikan; c Mengontrol kerja- sama sekolah dengan masyarakat dalam rangka
transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan output pendidikan; d Mediator antara sekolah,
pemerintah, legislatif dengan masyarakat dalam rangka penyelenggaraan pendidikan yang berkua-
litas; e Mendorong orang tua dan masyarakat untuk secara aktif berpartisipasi dalam pendidikan
dalam rangka mendukung peningkatan kualitas, relevansi dan pemerataan pendidikan; f Menam-
pung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan, dan berbagai kebutuhan masyarakat terhadap pendidik-
an; g Melakukan evaluasi dan pengawasan terha- dap perencanaan, pelaksanaan kebijakan, program,
dan output pendidikan.
Selanjutnya Akbar 2008 mengatakan peran dan fungsi Komite Sekolah tidak dapat dipisahkan dari
pelaksanaan manajemen pendidikan di tingkat seko- lah. Beberapa aspek manajemen yang secara langsung
dapat diserahkan sebagai urusan yang menjadi kewenangan tingkat sekolah adalah sebagai berikut:
Pertama, menetapkan visi, misi, strategi, tujuan, logo, lagu, dan tata tertib sekolah. Kedua, memiliki
kewenangan dalam penerimaan siswa baru sesuai dengan ruang kelas yang tesedia, fasilitas yang ada,
32
jumlah guru, dan tenaga administratif yang dimiliki. Ketiga, menetapkan kegiatan intrakurikuler dan
ekstrakurikuler yang akan diadakan dan dilaksana- kan oleh sekolah. Keempat, pengadaan sarana dan
prasana pendidikan, termasuk buku pelajaran dapat diberikan kepada sekolah, dengan memper-
hatikan standar dan ketentuan yang ada. Kelima, penghapusan barang dan jasa dapat dilaksanakan
sendiri oleh sekolah, dengan mengikuti pedoman yang ditetapkan oleh pemerintah provinsi dan
kabupaten. Keenam, proses pengajaran dan pembe- lajaran. Ini merupakan kewenangan profesional
sejati yang dimiliki oleh lembaga pendidikan seko- lah. Ketujuh, urusan teknis edukatif yang lain
sejalan dengan konsep manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah MPMBS merupakan urusan
yang sejak awal harus menjadi tanggung jawab dan kewenangan setiap satuan pendidikan.
Sementara itu Sulaman 2010 mengatakan bahwa prinsip kemandirian dalam MBS adalah
kemandirian dalam nuansa kebersamaan. Hal ini merupakan aplikasi dari prinsip-prinsip yang disebut
sebagai total quality management, melalui suatu meka- nisme yang dikenal dengan konsepsi total football
dengan menekankan pada mobilisasi kekuatan secara sinergis yang mengarah pada satu tujuan, yaitu
peningkatan mutu dan kesesuaian pendidikan dengan pengembangan masyarakat.
Di sisi lain Umaidi 2009 membagi peranserta masyarakat dalam pendidikan dirinci menjadi tujuh
tingkatan sebagai berikut:
Pertama, peran serta dalam menggunakan jasa pelayanan yang tersedia; Kedua: peran serta mem-
berikan kontribusi dana, bahan. dan tenaga; Ketiga: peran serta secara pasif; Keempat: peranserta mela-
lui adanya konsultasi; Kelima: peran serta dalam
33
pelayanan; Keenam: peran serta sebagai pelaksana kegiatan; Ketujuh: peran serta dalam pengambilan
keputusan.
Selanjutnya Slamet 1993 menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi peran masyarakat
adalah jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, dan tingkat penghasilan. Peran laki-laki akan berbeda
dengan peran seorang wanita karena kodratnya. Sementara itu senioritas akan memunculkan golongan
tua dan golongan muda yang sering membeda-beda- kan hak dalam mengemukakan pendapat. Tingkat
pendidikan juga akan berpengaruh terhadap peran seseorang karena kemampuannya berkomunikasi, se-
dangkan tingkat penghasilan akan berpengaruh pada kemampuan finansial masyarakat dalam berinvestasi.
Nurkolis 2008 menjelaskan bahwa komite sekolah memiliki peran untuk menetapkan kebijakan-
kebijakan yang lebih luas, menyatukan visi, memper- jelas misi baik untuk pemerintah maupun untuk
sekolah itu sendiri. Komite sekolah menentukan kebi- jakan sekolah, visi, dan misi mengacu kepada ketentu-
an nasional dan daerah. Selanjutnya dalam penelitian ini akan digunakan
empat peran Komite Sekolah yang secara kontekstual sesuai dengan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 044U2002 adalah:
a badan pertimbangan advisory agency dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan
34
di satuan pendidikan, b badan pendukung supporting agency, baik yang berwujud finansial,
pemikiran, maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan, c badan pengon-
trol controling agency dalam rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran
pendidikan di satuan pendidikan, serta d mediator antara pemerintah dengan masyarakat di satuan
pendidikan.
2.5 Penelitian Sebelumnya