Identitas Etnis Interaksi Simbolik

Menurut Samovar, komunikator yang efektif adalah mereka yang memiliki motivasi, mempunyai kerangka pengetahuan, memiliki kemapuan komunikasi yang diperlukan, dan memiliki karakter yang baik Samovar, dkk, 2007: 314. Demikian pula dengan proses komunikasi antarbudaya yang efektif sangat tergantung pada komunikasi antarbudaya. Tujuan tersebut akan tercapai jika bentuk hubungan antarbudaya menggambarkan usaha yang disadari untuk memperbaruhi relasi komunikator dengan komunikan, menciptakan komunikasi yang efektif, yang akhirnya akan mengurangi konflik.

2.2.2 Identitas Etnis

Istilah identitas etnis secara substansial bermakna sama dengan etnisitas ethnicity, konsep diri kultural atau rasial. Istilah-istilah ini kadang-kadang digunakan identik atau punya makna yang sama oleh para ahli Mulyana Jalaludin Rahmat, 2005: 151. Identitas adalah suatu konsep yang abstrak dan beraneka ragam yang memainkan peran yang signifikan dalam seluruh interaksi komunikasi Lubis, 2012:163. Identitas etnis sendiri sebenarnya merupakan bentuk spesifik dari identitas budaya. Ting-Toomey dalam Rahardjo, mendefinisikan identitas kultural merupakan perasaan emotional significance dari seseorang untuk ikut dalam memiliki sense of belonging atau berafiliasi dengan kultur tertentu Rahardjo,2005: 1-2. Sedangkan identitas etnis bisa dilihat sebagai sebuah kumpulan ide tentang satu kepemilikan keanggotaan kelompok etnis. Memahami tentang identitas, beberapa ahli mengklasifikasikan tentang identitas. Antara lain adalah Turner yang membaginya dalam tiga kategori yaitu identitias manusia, identitas sosial, dan identitas pribadi. Dalam hal ini, identitas manusia merupakan pemahaman yang menghubungkan seseorang dengan seluruh manusia serta memisahkan seseorang tersebut dengan kehidupan lainnya. Identitas sosial adalah hal yang membedakan seseorang berasal dari kelompok sosial tertentu, misalnya tergabung dalam ras, etnisitas, pekerjaan, umur, kampung halaman. Sedangkan identitas pribadi hal istimewa yang dimiliki seseorang dan dapat membedakannya dengan orang lain. Universitas Sumatera Utara Pemahaman akan identitas adalah aspek yang penting dalam studi dan praktik komunikasi antarbudaya. Perhatian dari studi komunikasi antarbudaya adalah bagaimana identitas mempengaruhi dan menuntun ekspektasi tentang apa peran sosial diri dan orang lain maupun menyediakan tuntunan bagi interaksi komunikasi dengan oang lain Samovar dkk, 2007: 109-110. Ting Toomey menganggap identitas sebagai konsep diri yang direfleksikan atau gambaran diri bahwa kita berasal dari keluarga, gender, budaya, etnis, dan proses sosialisasi individu Samovar dkk, 2010: 184. Identitas merupakan produk dari keanggotaan seseorang dalam suatu kelompok. Seperti yang bisa dipahami dari Ting-Tomey yaitu manusia memperoleh dan mengembangkan identitas mereka melalui interaksi dalam kelompok budaya mereka. Selanjutnya perkembangan identitas terdapat dalam proses keluarga dan sosialisasinya dipengaruhi oleh budaya lain dan perkembangan pribadinya Samovar dkk, 2010: 194. Identitas awal berasal dari keluarga, dimana mulai untuk belajar secara budaya mengenai kepercayaan, nilai, dan peranan sosial. Phinney menawarkan tiga model tahap-tahap untuk memahami pertumbuhan identitas, yang difokuskan pada identitas etnis. Pertama, ditandai kurangnya eksplorasi terhadap etnisitas. Seseorang tidak tertarik untuk menampilkan identitas mereka. Ketidaktertarikan ini berasal dari keinginan untuk menyembunyikan identitas etnis dalam budaya yang lebih mayoritas. Kedua, pencarian identittas etnis dimulai saat tertarik untuk mempelajari dan memahami identitas etnis mereka sendiri. Adanya pendiskriminasian dapat menggerakkan anggota kelompok minoritas untuk menunjukkan etnis mereka. Ketiga, dalam perkembangan identitas ketika seseorang memilki pemahaman yang jelas dan pasti mengenai identitas budayanya sendiri Samovar dkk, 2010: 195. Selanjutnya Barth 1988 dan Zastraw 1989 mengemukakan etnik adalah himpunan manusia karena kesamaan ras, agama, asal-usul bangsa ataupun kombinasi dari ketegori tersebut yang terikat pada sistem nilai budayanya Liliweri, 2001:335. Zastrow 1969 menjelaskan setiap kelompok etnis merupakan himpunan manusia. Himpunan manusia tersebut dikarenakan kesamaan ras, agama, asal-usul bangsa atau gabungan dari kategori itu. Kelompok Universitas Sumatera Utara tersebut memiliki keterikatan etnis yang tinggi melalui sikap etnosentrisme. Sikap tersebut memandang norma dan nilai kelompok budayanya sebagai sesuatu yang dapat digunakan sebagai ukuran terhadap budaya lain dalam jurnal studi pembangunan, vol.2: 22. Menurut Naroll 1964, umumnya kelompok etnik dikenal sebagai suatu populasi yang : 1. Secara biologis mampu berkembang biak dan betahan. 2. Mempunyai nilai-nilai budaya yang sama dan sadar akan rasa kebersamaan dalam suatu bentuk budaya. 3. Membentuk jaringan komunikasi dan interaksi sendiri. 4. Menentukan ciri kelompoknya sendiri yang diterima oleh kelompok lain dan dapat dibedakan dari kelompok populasi lain. Secara khusus terdapat dua hal pokok untuk memahami kehadiran kelompok-kelompok etnik yaitu : 1. Kelanggengan unit-unit budaya. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya unit budaya. Barth menyatakan ciri khusus tersebut bukan hanya merupakan ciri kelompok etnik saja, tetapi juga memberikan dampak yang sangat luas, ditambahi dengan asumsi bahwa kelompok etnik memiliki budayanya sendiri Barth, 1988: 11-12. Secara sederhana identitias etnis sama halnya dengan identitas sosial yang dapat mempengaruhi komunikasi kita dengan orang lain. Alba menilai identitas etnis sebagai orientasi subjektif seseorang yang mengarahnya pada etnis asalnya Lubis, 2012: 163. Kemudian Matin dan Thomas 2007 mengemukakan bahwa memiliki sebuah identitas etnis berarti mengalami sebuah perasaan memiliki pada suatu kelompok dan mengetahui sesuatu tentang pengalaman yang dibagi pada anggota kelompok Lubis, 2012: 164. Identitas etnik adalah bagaimana individu untuk memahami siapa dirinya, merasakan ada ikatan antara individu dan kelompok berfisat emosional. Selain itu ada kepercayaan saat berada dalam kelompok serta komitmen kuat terhadap kelompok, dan bersama-sama melakukan kebiasaan yang Universitas Sumatera Utara samahttps:www.ejournal.undip.ac.idindex.phppsikologiarticledownload294 32629. Identitas etnis sebenarnya merupakan bentuk identitas budaya yang dilihat sebagai kumpulan ide tentang kepemilikan keanggotaan kelompok etnis. Identitas etnis secara sederhana yaitu sebagai sense tentang self individu sebagai anggota atau bagian dari suatu kelompok etnik tertentu, sikap maupun perilakunya juga berhubungan dengan sense tersebut. Hal ini identitas etnis menyangkut pengetahuan, kesadaran, komitmen, dan perilaku terkait etnisnya. Artinya, identitas etnis dibangun atas kesadaran akan budaya yang dimiliki, budaya juga mempengaruhi identitas etnis. Bahkan melalui konteks budaya lah, identitas etnis dipertukarkan dan dipelajari dari generasi ke generasi. Isajiw 1999 menjelaskan bahwa identitas etnik meliputi dua aspek yaitu: 1. Aspek internal yaitu identitas etnik merujuk pada citra images, ide ideas, sikap attitudes, dan perasaan feeling. Kemudian dibagi dalam empat dimensi yaitu affective afektif, fiducial kepercayaan, cognitive kognitif, dan moral moral. 2. Aspek eksternal ditunjukkan oleh perilaku yang dapat diamati observable behaviours yang meliputi logat dialek bahasa, praktek tradisi etnik, keikutsertaan dalam jaringan kerja etnik tersebut seperti keluarga dan persahabatan, dan terlibat dalam institusi https:www.ejournal.undip.ac.idindex.phppsikologiarticledownload29 432629. Pada konteks identitas etnis, Mead berpendapat bahwa konsep diri individu dihasilkan dari keikutsertaan atau partisipasinya dalam budaya dimana ia dilahirkan atau yang ia terima. Individu memperoleh budaya melalui simbol- simbol yang kemudian bermakna baginya lewat eksperimentasi dan akhirnya familiarity atau sudah akrabdekat dengan berbagai situasi. Identitas etnis juga merupakan suatu proses. Identitas etnis atau etnisitas terbentuk lewat interpretasi realitas fisik dan sosial sebagai pemilik atribut-atribut etnis. Identitas etnis berkembang melalui internalisasi pengkhasan diri oleh orang lain yang dianggap penting, tentang siapa aku dan siapa orang lain berdasarkan latar belakang etnis mereka Mulyana, 2001: 231. Universitas Sumatera Utara

2.2.2.1 Pendekatan Terhadap Identitas Etnis