Jadi akuntan publik yang akan melakukan audit terhadap bank syariah juga harus memiliki keahlian untuk melakukan audit syariah dengan adanya sertifikat
program pelatihan di bidang keuangan dan perbankan syariah.
137
1. Kondisi keuangan terkait kinerja dan posisi keuangan bank
Akuntan Publik sebelum menerbitkan laporan audit atas laporan keuangan bank harus mendapat pendapat dari DPS tentang ketaatan bank terhadap prinsip
syariah. Jika dalam pelaksanaan audit tersebut akuntan publik menemukan pelanggaran peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang keuangan dan
perbankan dan perkiraan keadaan yang dapat membahayakan kelangsungan usaha bank maka akuntan publik wajib melaporkannya kepada Bank Indonesia
selambat-lambatnya 7 tujuh hari sejak ditemukannya pelanggaran tersebut.
C. Bentuk-bentuk penerapan aspek transparansi pada kondisi bank dalam rangka pencapaian
Good Corporate Governance pada Perbankan Syariah
Ada beberapa bentuk penerapan aspek transparansi pada kondisi bank dalam rangka pencapaian GCG pada Perbankan Syariah, diantaranya:
Kinerja keuangan bank mengindikasikan pencapaian profit maupun kerugian yang diderita bank sedangkan posisi keuangan bank menjelaskan
mengenai evaluasi permodalan bank. Bank Indonesia menetapkan bahwa bank harus menyajikan laporan keuangan terkait dalam rangka peningkatan
transparansi kondisi keuangan bank. Penyajian laporan keuangan tersebut terdiri atas:
137
Surat Edaran Bank Indonesia No. 757DPbs tanggal 22 Desember 2005 perihal Hubungan antara bank yang melaksanakan kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah, Kantor
Akuntan Publik, Akuntan Publik, DPS dan Bank Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
a. Laporan tahunan yang mencakup:
138
1. Informasi umum yang meliputi kepengurusan, kepemilikan,
perkembanagn usaha bank dan kelompok usaha bank,strategi dan kebijakan manajemen serta laporan manajemen
2. Laporan keuangan tahunan yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi,
laporan perubahan equitas, laporan arus kas serta catatan atas laporan keuangan termasuk informasi tentang komitmen dan kontinjensi
3. Opini dari Akuntan Publik
4. Seluruh aspek transparansi dan informasi yang wajib dilaporkan untuk
laporan keuangan publikasi 5.
Seluruh aspek pengungkapan sebagaimana diwajibkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan dan pedoman Akuntansi Perbankan
Indonesia 6.
Jenis resiko dan potensi kerugian b.
Laporan Keuangan Publikasi Triwulan dan Bulanan yang mencakup;
139
1. Laporan keuangan yang terdiri atas neraca, laporan laba rugi serta laporan
perubahan equitas 2.
Komitmen dan Kontinjensi 3.
Jumlah penyediaan dana kepada pihak terkait 4.
Kualitas Aktiva produktif, kredit property dan kredit yang direstrukturisasi
138
PBI No. 322PBI2001 tentang Transparansi Kondisi Keuangan Bank, Pasal 3 ayat 1
139
Ibid.., Pasal 7 ayat 2.
Universitas Sumatera Utara
5. Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang telah dibentuk
dibandingkan dengan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang akan dibentuk
6. Persentase pelanggaran dan pelampauan batas maksimum pemberian
kredit 7.
Perhitungan Kewjiban Penyediaan Modal Minimum 8.
Transakasi spot dan transaksi derivatif 9.
Rasio posisi devisa neto 10.
Beberapa rasio keuangan bank 11.
Aktiva bank yang dijaminkan 12.
Kredit usaha kecil 13.
Informasi komposisi pemegang saham dan kepengurusan c.
Laporan keuangan konsolidasi Laporan keuangan konsolidasi berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan wajib dilaporkan bagi bank yang merupakan bagian dari suatu kelompok usaha atau bank yang memiliki perusahaan anak.
140
2. Sistem pengendalian intern
Sistem pengendalian intern sangat diperlukan untuk memastikan pengawasan manajemen dan meningkatkan budaya yang sehat dalam lembaga
untuk mengakui dan menilai resiko, mendeteksi permasalahan dalam lembaga serta untuk mengoreksi kelemahan internal.
140
Ibid., Pasal 24.
Universitas Sumatera Utara
Sistem pengendalian intern perlu dimonitor dengan basis ukuran tertentu untuk memastikan kepatuhan pada aturan dan prosedur, limit pembiayaan,
persetujuan dan otorisasi, verifikasi dan rekonsiliasi. Jadi tidak mungkin bisa mengimplementasikan sistem kontrol dengan baik tanpa adanya jalur komunikasi
yang efektif dan ketersediaan informasi secara berkala tentang aktivitas bank dan kondisi pasar eksternal yang relevan dalam pengambilan keputusan. Sistem audit
internal yang merupakan bagian penting dari kontrol internal harus mempunyai kekuatan dan independensi serta harus dilaporkan secara langsung kepada direksi
dan senior manajemen. 3.
Strategi manajemen, kontrol dan eksposur resiko Manajemen resiko adalah serangkaian metodologi dan prosedur yang
digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau dan mengendalikan resiko yang timbul dari seluruh kegiatan usaha bank.
141
Penerapan manajemen resiko pada perbankan syariah paling kurang mencakup;
142
a. Pengawasan efektif dewan komisaris dan direksi
b. Kecukupan kebijakan, prosedur dan penetapan limit manajemen resiko
c. Kecukupan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan
pengendalian resiko serta sistem informasi manajemen resiko d.
Sistem pengendalian intern yang menyeluruh Kebijakan penerapan manajemen resiko setidaknya memuat:
143
141
PBI No. 1125PBI2009 tentang Perubahan atas PBI No. 58PBI2003 tentang Penerapan Manajemen Resiko bagi Bank Umum, pasal 1 angka 5.
142
Ibid., pasal 2 angka 2.
143
PBI No. 58PBI2003 tentang Manajemen Resiko bagi Bank Umum, Pasal 8.
Universitas Sumatera Utara
1. Penetapan resiko yang terkait dengan produk dan transaksi perbankan
2. Penetapan penggunaan metode pengukuran dan sistem informasi
manajemen resiko 3.
Penentuan limit dan penetapan toleransi resiko 4.
Penetapan penilaian peringkat resiko 5.
Penyusunan rencana darurat contingency plan dalam kondisi terburuk worst case scenario
6. Penetapan sistem pengendalian intern dalam penerapan manajemen resiko
Mengenai aspek transparansi manajemen dan kontrol resiko disebutkan juga dalm PBI bahwa Bank wajib menyediakan data dan informasi yang berkaitan
dengan manajemen resiko kepada Bank Indonesia dalam laporan tahunan bank yang bersangkutan.
144
Dewasa ini, akibat semakin tidak stabilnya harga komoditas, saham, dan pasar valuta asing, banyak bank yang menghadapi kesulitan unutk menciptakan
manajemen resiko yang tepat. Macam-macam resiko yamg dihadapi bank syariah dewasa ini diantaranya;
145
a Resiko kredit
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi timbulnya resiko kredit yaitu rating pihak kompetitor, sistem hukum, kualitas kolateral, jangka waktu kredit,
ukuran bank dan trading book activity, penggunaan kredit derivatif dan sistem kontrol internal bank. Bank syariah juga menghadapi resiko tambahan seiring
144
Ibid., Psal 31-32.
145
M. Umer Chapra dan Habib Umar, Op. cit., hal. 75-85.
Universitas Sumatera Utara
dengan penerapan sistem profit loss sharing ataupun transaksi jual beli secara tempo dalam operasionalnya serta tentang perbedaan opini dalam ulama fiqih.
146
Jadi senior manajemen bank syariah harus memiliki pemahaman yang melekat terhadap resiko-resiko yang dihadapi oleh bank syariah dan memiliki
perhatian untuk mengevaluasi kondisi bank . pihak pengawas bank juga harus memiliki aturan yang baku dan prudent dalam penentuan limit kredit untuk
menghindari konsentrasi pembiayaan kepada individu tertentu. Pihak pengawas juga berkewajiban untuk melakukan evaluasi secara independen terhadap strategi,
kebijakan, prosedur dan praktik-praktik yang terkait dengan proses pemberian kredit dalam manajemen portofolio bank.
147
b Risiko likuiditas
Risiko likuiditas akan timbul ketika terjadi penurunan yang tidak diharapkan atas cash flow bersih yang dimiliki oleh bank dan pihak bank tidak
mampu untuk mendapatkan sumber dana dengan biaya yang wajar dan sesuai dengan ketentuan syariah.
148
Dewasa ini, resiko likuiditas yang dihadapi bank syariah relatif rendah karena pada umumnya pihak bank mempunyai kelebihan likuiditas.
149
146
Ibid.
147
Ibid.
148
Ibid.
149
Iqbal Munawar, “Islamic and Conventional Banking in the Nineties”; A Comprehensive Study, Islamic Economic Studies, 28, Pp. 1-27, 2001, hal. 14 dikutip dari M.
Umer Chapra dan Habib Ahmed, Op. cit., hal. 78.
Fakta ini didasari dengan adanya dua alasan yaitu tidak tersedianya peluang investasi yang
memadai dan sesuai dengan nilai-nilai syariah serta bank juga kesulitan untuk
Universitas Sumatera Utara
meningkatkan likuiditas dengan cara yang sesuai dengan syariah. Ada beberapa faktor yang memicu terjadinya likuiditas, yaitu:
150
1 Sumber dana bank syariah dalam bentuk current account lebih besar
daripada bank konvensional 2
Adanya batasan fiqih untuk melakukan jual beli utang yang merupakan bagian terpenting dari aset bank syariah
3 Lambatnya perkembangan instrument keuangan islam dapat
mempengaruhi kemampuan bank syariah untuk mendapatkan dana segar secara cepat
4 Fasilitas lender of last resort mengambil dana melebihi limit yang
ditentukan dengan tepat, peringatan dan koreksi yang tepat untuk mengatasi krisis likuidasi dengan basisi suku bunga pada bank
konvensional belum tersedia, kecuali yang berbasis bunga c
Resiko tingkat suku bunga Resiko ini muncul karena adanya eksposur atas posisi keuangan yang
disebabkan oleh pergerakan tingkat suku bunga. Namun selama transakasi bank syariah tidak bersentuhan dengan unsur bunga, maka ia tidak akan mengalami
eksposur terhadap resiko perubahan tingkat suku bunga.
151
Tetapi pada kenyataannya, sangat naïf jika dikatakan bahwa bank syariah tidak terpengaruh terhadap pergerakan suku bunga. Hal ini diakibatkan karena
bank syariah beroperasi di lingkungan yang didominasi oleh perbankan konvensioanl. Bank syariah dapat terkena dampak ini karena semua pembiayaan
150
M. Umer Chapra dan Habib Umar, Op. cit., hal. 75-85.
151
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
yang berbasiskan prinsip jual beli menggunakan mark-up yang telah ditentukan diawal sebagai dasar pemberian pembiayaan. Pergerakan mark-up ini mengikuti
pergerakan tingkat suku bunga yang ada dalam perbankan konvensional. Namun hal ini tidak akan terjadi jika operasionalisasi perbankan syariah bisa
mendominasi pasar keuangan di negara-negara muslim.
152
d Resiko operasional
Resiko operasional dapat disebabkan karena lemahnya sistem kontrol internal dan corporate governance. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya
penurunan net income ataupun cash flow dari target yang harus dicapai. Resiko operasional juga dapat terjadi karena kegagalan teknologi, menurunnya reputasi
bank atau ketidakpatuhan terhadap standar regulasi.
153
Selain itu, bank juga wajib mengungkapkan informasi dan resiko yang melekat pada produk perbankan. Implementasi inovasi dan produk jasa perbankan
syariah harus mengacu pada prinsip syariah dan kehati-hatian. Sehingga setiap peluncuran produk perbankan syariah harus terlebih dahulu mendapat izin dari
bank Indonesia.
154
152
Ibid.
153
Ibid.
154
PBI No. 1017PBI2008 tentang Produk Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, Pasal 2.
Sebagai tambahan atas resiko operasional, perbankan syariah juga mengahadapi resiko yang berhubungan dengan persoalan fiqih akibat belum
terstandarisasinya produk-produk yang ditawarkan kepada nasabah. Namun demikian, hal ini dapat terselesaikan seiring dengan perkembangan sistem dan
dilakukannya resolusi atas persoalan-persoalan fiqih.
Universitas Sumatera Utara
4. Kebijakan akuntansi
Standar akuntansi yang dikembangkan oleh organisasi bisnis sekuler tidak bisa diaplikasukan secara keseluruhan bagi bank syariah. Untuk itu, Accounting
and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions AAOFI yang didirikan di Bahrain tahun 1991 telah mengembangkan standar bagi bank syariah.
Bank syariah memunyai keharusan untuk mengadopsi standar ini, namun demikian, AAOFI tidak memiliki otoritas atas implementasi standar tersebut.
Banyak negara muslim telah bersepakat untuk menerim standar tersebut yang disesuaikan dengan lingkungan masing-masing.
155
Selain itu, dalam perbankan syariah di Indonesia juga berlaku mengenai ketentuan yang sama tentang Pedoman Akuntansi Perbankan yang berlaku bagi
Bank Umum yang menyatakan bahwa bank wajib melakukan pencatatan atas kegiatan usahanya berdasarkan atas Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
yang relevan bagi Bank dan Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia.
156
5. Sistem teknologi Informasi
Perbankan syariah dapat menyempurnakan pelayanan kepada nasabah dengan mengembangkan fitur e-banking secara berkelanjutan serta melakukan re-
engenering IT environment secara bertahap. Pengembangan fitur e-banking dapat dilakukan dengan;
157
a. Aplikasi Western Union
155
Karim R.A., “Islamic Financeand Standardization of Accountingfor Islamic Financial Institutions”, New Horizon:Pp. 5-7, 1990, dikutip dari M. Umer Chapra dan Habib Ahmed, Op.
cit., hal. 92.
156
PBI No. 322PBI2001, Op. cit., Pasal 30 ayat 1.
157
GCG Bank Syariah Mandiri,http:www.syariahmandiri.co.idwp- contentuploads201005GCG.pdf, diakses tanggal 18 Agustus 2010.
Universitas Sumatera Utara
b. Fitur transfer melalui SMS banking
c. Sistem e-Payrol
d. Payment e-banking
e. Remmitance cash to cash
f. Fitur mobile banking GPRS
Sedangkan melakukan re-engenering IT environment secara bertahap dapat dilakukan dengan cara Transformasi Core Banking System dilakukan guna
menerapkan;
158
1. Memenuhi ketentuan BI yang dituangkan dalam lampiran SEBI No.
930DPNP2007 tanggal 3 November 2007 mengenai sistem Informasi Manajemen
2. Mewujudkan pertumbuhan dan keuntungan yang berkesinambungan
3. Menyelenggarakan operasional bank sesuai dengan standar perbankan
syariah yang sehat 6.
Dasar manajemen bisnis dan informasi Corporate Governance Dalam hal ini perbankan syariah harus melaporkan informasi terkait
dengan : a
Badan hukum usaha legal entity yaitu sesuai dengan pemberian izin Bank Indonesia.
159
b Dewan direksi skala, status dan pengalaman anggota.
160
158
Ibid.
159
PBI No. 64PBI2004 tentang Bank Umum yang Melaksanakan Kegiatan Usaha berdasarkan Prinsip Syariah, Pasal 3.
160
PBI No. 1133PBI2009, Op. cit., Pasal 62 ayat 2 huruf b dan c
Universitas Sumatera Utara
c Struktur senior manajemen kualifikasi, pengalaman dan tanggung
jawab
161
d Informasi struktur insentif bank remunerasi, bonus kinerja dan stock
options
162
Keseluruhan bentuk penerapan aspek transparansi yang telah dijelaskan diatas merupakan sarana utama pendukung tercapainya GCG pada perbankan
syariah. Untuk itu, tujuan dari GCG pada perbankan syariah yakni mewujudkan keadilan bagi stakeholders dengan tetap memenuhi prinsip syariah dapat dicapai
dengan adanya penciptaan aspek transparansi yang efektif dalam operasionalisasi industri perbankan syariah.
161
Ibid., pasal 62 ayat 2 huruf d dan e.
162
Ibid., pasal 62 ayat 2 huruf f-o.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN