Urgensi Audit Internal dalam Mewujudkan Good Corporate Governance (GCG) Pada Bank Syariah : Studi penelitian pada PT. Bank DKI Syariah Jakarta

(1)

79

Oleh

Ahmad Busyaeri

NIM: 204046102884


(2)

(

Studi Kasus Pada PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang

)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai

Gelar Sarjana Ekonomi Islam (S.E.I)

Oleh

AHMAD BUSYAERI NIM. 204046102884

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II


(3)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul “PEMBATALAN PERNIKAHAN MENURUT FIQIH DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974”, telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 20 Oktober 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana (S1) pada Program Studi Ahwal Al-Syakhsiyyah.

Jakarta, 20 Oktober 2008 Mengesahkan

Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum

Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM NIP. 150 210 422

PANITIA UJIAN

Ketua : Drs. H.A. Basiq Djalil, SH, MA (…...………) NIP: 150 169 102

Sekretaris : Kamarusdiana, S.Ag, MH (…...………) NIP: 150 285 972

Pembimbing : Dra. Hj. Halimah Isma’il (…...………) 150 075 192

Penguji I : Drs. H.A. Basiq Djalil, SH, MA (…...………) NIP: 150 169 102

Penguji II : Kamarusdiana, S.Ag, MH (…...………) NIP: 150 285 972


(4)

Puja dan puji serta syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas selesainya penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Mu’amalat Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Topik skripsi ini penulis pilih atas pertimbangan pentingnya peran dan fungsi audit internal dalam upaya mewujudkan Good Corporate Governance pada perbankan syari’ah. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk kemajuan dan perkembangan perbankan syari’ah, khususnya PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang.

Penyusunan skripsi ini dapat penulis selesaikan berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu sangatlah wajar bila penulis menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya, khususnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH. MH, MM, selaku Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta beserta staf yang telah memberikan tugas kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

2. Ibu Dr. Euis Amelia, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Mu’amalat Ekonomi Islam yang telah meluangkan waktunya bagi penulis, sehingga sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


(5)

3. Bapak Gusnirti, MA selaku Pembimbing I dan Ibu Nurhasanah, M.Ag selaku Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktunya demi membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak dan Ibu Dosen di lingkungan Fakultas Syari’ah dan Hukum yang telah memberikan ilmu kepada penulis selama belajar di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Bapak Pimpinan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta setaf yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk memanfaatkan dan meminjam buku-buku yang berhubungan dengan pembahasan skripsi ini. 6. Bapak Syamsul Huda selaku Kepala Cabang dan Bapak Adi Sukmanto, sebagai

Auditor Internal Group serta seluruh jajaran karyawan PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang yang telah memberikan data dan kontribusinya dalam rangka penyelesaian skripsi ini.

7. Ayah dan Ibunda serta kakak dan adik-adikku tercinta yang senantiasa berusaha dan berdo’a serta mendidik penulis dengan penuh tanggung jawab dan selalu memberikan bantuan baik moril maupun materil. Semoga ilmu yang penulis peroleh dapat menjadi bekal untuk membalas budi dan pengorbanan yang telah mereka berikan.

8. Sanak famili dan handai taulan serta rekan-rekan mahasiswa Jurusan Mu’alamat Perbankan Syari’ah B Program Non Reguler Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan semua pihak yang telah memberikan bantuan dengan sukarela dalam penyelesaian skripsi ini.


(6)

9. Teman sejawat dan karib kerabat serta rekan kerja yang telah banyak memberikan bantuan baik moril maupun materil, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.

Semoga semua yang telah mereka berikan baik berupa bimbingan dan bantuan maupun pengorbanan dalam rangka penyusunan skripsi ini, mendapat imbalan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Amin yarabbal ‘alamin.

Akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak luput dari kekurangan dan kelemahan. Oleh karenanya sumbangsih dan pemikiran, kritik dan saran yang konstruktif dari semua pihak sangat penulis harapkan untuk perbaikan pada kajian-kajian dengan tema yang sama pada masa yang akan datang.

15 Oktober 2008 M Jakarta,

15 Syawal 1429 H Penulis


(7)

Halaman Judul

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 9

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 10

D. Kajian Pustaka ... 11

E. Metodologi Penelitian ... 12

F. Sistematika Penyusunan ... 13

BAB II : LANDASAN TEORI A. Audit Internal ... 16

1. Pengertian Audit Internal ... 16

2. Kode Etik Audit Internal ... 18

3. Konsep Dasar Audit Internal ... 21

4. Efektivitas Fungsi Audit Internal ... 23

5. Mekanisme Pelaksanaan Audit Internal ... 27

B. Good Corporate Governance ... 32

1. Pengertian Good Corporate Governance ... 32


(8)

3. Sistem Manajemen Good Corporate Governance ... 37 4. Struktur Penerapan Good Corporate Governance ... 41 5. Pedoman Pokok Pelaksanaan Prinsip Good Corporate

Governance ... 44 BAB III : PT. BANK DKI SYARI’AH CABANG TANAH ABANG

A. Sejarah Singkat PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang ... 48 B. Tujuan Pendirian PT. Bank DKI Syari’ah Cabang

Tanah Abang ... 53 C. Prinsip Operasional PT. Bank DKI Syari’ah Cabang

Tanah Abang... 55 D. Struktur Organisasi PT. BNI Syari’ah Cabang

Tanah Abang ... 58 BAB IV : PENTINGNYA AUDIT INTERNAL DALAM

MEWUJUDKAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PADA PT. BANK DKI SYARI’AH CABANG

TANAH ABANG

A. Proses dan Tahapan Audit Internal Pada PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang ... 63 B. Implementasi Good Corporate Governance Pada PT. Bank


(9)

C. Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance di PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang ... 71 D. Tanggung Jawab Audit Internal PT. Bank DKI Syari’ah

Cabang Tanah Abang ... 75 BAB V : PENUTUP

A...Kesi mpulan ... 79 B...Saran

-saran ... 80 DAFTAR PUSTAKA ... 83 LAMPIRAN-LAMPIRAN ...


(10)

A. Latar Belakang Masalah

Audit internal merupakan profesi yang relatif baru dalam dunia bisnis. Kebutuhan akan audit internal di Indonesia mulai dirasakan setelah keluarnya Position Paper yang disampaikan kepada Gubernur Bank Indonesia, Menteri BUMN dan Ketua BAPEPAM mengenai penting dan strateginya peran audit internal dalam upaya mentransformasi good corporate governance principles dari tataran ideal ke dalam bentuk yang lebih konkrit, yaitu tataran implementasi.1

Dalam mengimplementasikan good corporate governance pada perusahaan, peran auditor internal adalah sangat penting karena auditor internal dapat membantu manajemen dalam melakukan evaluasi sistem kontrol dan menunjukkan kelemahan-kelemahan dalam kontrol internal.2

Oleh karena pergeseran pandangan mengenai fungsi audit internal tersebut, maka audit internal yang memiliki aspek kerja yang lebih luas ini sering disebut dengan audit internal modern. Audit internal modern menyediakan jasa-jasa yang mencakup pemeriksaan dan penilaian atas kontrol, kinerja, resiko dan tata kelola perusahaan publik maupun private. Penyediaan jasa-jasa yang berupa pemeriksaan

1

Febrian DP., et.al., Peran Audit Internal Dalam Implementasi Good Corporate Governance. Artikel diakses pada tanggal 14 November 2008 dari http://www.prapta.com

2

Mundung Anie Valora, Evaluasi Terhadap Peran Auditor Internal Dalam Implementasi Good Corporate Governance. Artikel diakses pada tanggal 12 Agustus 2008 dari


(11)

dan penilaian atas kontrol, kinerja, resiko dan tata kelola perusahaan baik publik maupun pribadi merupakan salah satu fungsi dari audit internal.

Dengan keberadaan fungsi audit internal yang efektif, dapat tercipta mekanisme pengawasan untuk memastikan bahwa sumber daya yang ada dalam perusahaan telah digunakan secara efektif dan efisien, dan pengendalian yang ada dalam perusahaan dapat memberikan kepastian lebih tinggi bahwa informasi yang dihasilkan terpercaya. Audit internal juga dapat menjadi barometer standard perilaku yang berlaku di perusahaan melalui aktivitas pengawasan yang dilakukan secara berkesinambungan, yang mendorong terciptanya iklim kerja yang efisien.3 Dengan demikian, auditor internal dapat dijadikan sebagai mitra manajemen yang dapat memberikan pemikiran tentang pengelolaan usaha yang kemudian dikenal dengan istilah Good Corporate Governance.

Good Corporate Governance merupakan isu sentral dalam pengelolaan perusahaan pada saat sekarang ini. Dengan terjadinya rentetan peristiwa yang menimpa banyak perusahaan besar, yang kemudian beberapa di antaranya dinyatakan bangkrut, di Amerika Serikat, telah menyadarkan banyak pihak di seluruh dunia mengenai pentingnya pelaksanaan pengelolaan perusahaan yang baik dan benar. Untuk itu, berbagai cara ditempuh oleh banyak pihak untuk mendapatkan kesepakatan mengenai parameter-parameter apa yang digunakan untuk mengukur pelaksanaan konsep Good Corporate Governance ini dalam suatu perusahaan.4

3

Ahmad Daniri, et.al., Opini Transformasi Audit Internal Menuju Terwujudnya Good Corporate Governance. Artikel diakses pada tanggal 21 Februari 2008 dari http://www.madani.ri.com

4

Marta Utama, “Konsep Good Corporate Governance”, dalam Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Fakultas Ekonomi UI, 2004, Vol. 1, h. 67 - 68


(12)

Konsep Good Corporate Governance dalam GCG Workshop kantor Menteri Negeri PB BUMN Desember 1999 dirumuskan bahwa Good Corporate Governance berkaitan dengan pengambilan keputusan yang efektif yang bersumber dari budaya perusahaan, etika, nilai, sistem, proses bisnis, kebijakan dan struktur organisasi yang bertujuan untuk mendorong dan mendukung pengembangan perusahaan, pengelolaan sumber daya kepada pemegang saham dan stakeholder lainnya. Untuk mendukung pengembangan perusahaan, pengelolaan sumber daya kepada pemegang saham dan stakeholder lainnya, diperlukan pelaksanaan konsep Good Corporate Governance. Untuk melaksanakan konsep Good Corporate Governance tersebut dibutuhkan fungsi otoritas pengawas dalam memonitor praktek-praktek yang tidak sehat di mana praktek-praktek tersebut merupakan salah satu faktor yang menjadi kendala dalam mewujudkan Good Corporate Governance.5 Saat ini pelaksanaan konsep Good Corporate Governance tidak hanya diberlakukan oleh perusahaan-perusahaan, tetapi dilakukan juga oleh berbagai institusi, tak terkecuali instansi perbankan syari’ah pun melaksanakan konsep Good Corporate Governance ini.

Memasuki abad ke 21, Good Corporate Governance dalam pengelolaan perbankan syari’ah penting untuk dilakukan, mengingat keberadaan perbankan syari’ah merupakan simbol pelaksanaan ekonomi Islam yang tentunya masih harus memperbaiki berbagai komponen di dalamnya untuk perkembangan perbankan yang benar-benar menjalankan prinsip syari’ah pada masa yang akan datang.

5

Machia Tjahyo Handoko, Peran BI Dalam Mewujudkan GCG Perbankan. Artikel diakses pada tanggal 30 Mei 2008 dari http://www.wikipedia.org


(13)

Perkembangan yang begitu pesat beberapa tahun terakhir dari aktivitas perbankan syari’ah sungguh membanggakan, dimana saat ini ada 29 bank yang telah beroperasi secara syari’ah dan memiliki lebih dari 620 kantor cabang di seluruh Indonesia6 dituntut untuk segera mengimplementasikan praktek-praktek Good Corporate Governance dalam pengelolaan perbankan syari’ah agar dapat memberikan perlindungan yang maksimum kepada semua pihak yang berkepentingan dalam stakeholder, terutama nasabah atau deposan.

Penerapan Good Corporate Governance ini terbukti dalam penelitian beberapa lembaga keuangan syari’ah muslim dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada bank syari’ah.7 Di samping itu, penerapan Good Corporate Governance ini dapat membantu bank syari’ah dalam meminimalisasi kualitas pembiayaan yang tidak baik, meningkatkan akurasi penilaian bank, infrastruktur, kualitas pengambilan keputusan bisnis dan mempunyai sistem deteksi dini terhadap high risk business area, produk dan services.8 Dengan demikian dapat dipahami bahwa implementasi Good Corporate Governance ini bukan lagi suatu keharusan, akan tetapi merupakan tuntutan yang harus segera diterapkan pada perbankan syari’ah.

Adapun pemicu utama tuntutan Good Corporate Governance ini diakibatkan oleh krisis yang terjadi pada sektor perbankan yang secara umum didominasi oleh

6

Agustianto, Good Corporate Governance di Bank Syari’ah. Artikel diakses pada tanggal 27 Mei 2008 dari http://www.agustianto.wordpress.com

7

Rina Asytuti, Penerapan Corporate Governance di Bank Syari’ah, makalah Mata Kuliah Ekonomi Islam di Dunia Muslim, (Jakarta: Sekolah Pasca Sarjana UIN Jakarta, 2008), h. 1

8

Endri, Penerapan Good Corporate Governance Dalam Perbankan Syari’ah. Artikel diakses pada tanggal 27 Mei 2008 dari http://www.tazkiaonline.com


(14)

perbankan konvensional pada pertengahan tahun 1997 hingga tahun 2000. Krisis moneter dan ekonomi sejak Juli 1997, yang disusul dengan krisis politik nasional telah membawa dampak besar yang bersifat multi dimensional. Imbasnya tidak hanya pada sektor ekonomi dan politik, namun menjalar pada beberapa sektor baik sektor sosial bahkan sampai sektor budaya. Dari sektor ekonomi, kerusakan yang terjadi sungguh luar biasa. Perbankan Indonesia pada saat itu mengalami kesulitan yang sangat parah. Keadaan tersebut menyebabkan pemerintah Indonesia terpaksa mengambil tindakan untuk merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia.9 Hal ini seperti ini dilakukan pemerintah agar terhindar dari masalah krisis.

Bagi perbankan Indonesia, krisis ini menimbulkan beberapa masalah. Di antara bentuk masalah yang terjadi adalah dilikuidasinya 16 bank swasta, 7 bank dibekukan operasinya dan 7 bank diambil alih pemerintah. Begitu juga biaya rekapitulasi perbankan menjadi tinggi hingga mencapai 53,6% produk domestic bruto. Sementara tingkat Non Performing Loan meningkat hingga mencapai 55% tertinggi dibandingkan dengan negara Asia lain yang terkena dampak krisis.10 Untuk menekan biaya rekapitulasi ini, maka alternatif lain yang dapat dilakukan adalah penerapan Good Corporate Governance.

Implementasi Good Corporate Governance di Indonesia telah diatur oleh Bank Indonesia selaku pemegang otoritas perbankan dalam negeri melalui Peraturan

9

Bank Syari’ah Mandiri, Laporan Tahunan 2004 Annual Report, (Jakarta: Bank Syari’ah Mandiri, 2004), h. 28

10

Leo J. Susilo, Good Corporate Governance; Tanggung Jawab Direksi dan Komisaris Dalam Melaksanakannya, (Bandung: PT. Hikayat Dunia, 2007), h. 1


(15)

Bank Indonesia No. 8/4/PBI/2006 jo No. 8/14/PBI/2006 yang mengatur pelaksanaan Good Corporate Governance bagi bank umum, sedangkan untuk perbankan syari’ah, Bank Indonesia juga menyusun kode etik Good Corporate Governance khusus perbankan syari’ah. Sementara Lembaga Internasional Syari’ah seperti Islamic Financial Services Board (IFSB) pada tahun 2005 berhasil merampungkan pedoman standar Good Corporate Governance untuk lembaga keuangan Islam internasional.11 Penyelesaian pedoman standar Good Corporate Governance bagi lembaga keuangan Islam Internasional juga tidak lepas dari peran audit internal.

Menyinggung tentang fungsi audit internal memang sangat penting untuk selalu dilaksanakan khususnya bagi perbankan syari’ah, mengingat dalam setiap transaksi mu’amalat ataupun yang berhubungan dengan dasar dari transaksi pada pelaksanaannya sangat berkaitan dengan sistem pengawasan. Menurut Karlen Simarmata, ada beberapa bentuk pengawasan yang terdiri dari tiga unsur. Pertama, pengawasan eksternal oleh regulator. Kedua, pengawasan internal oleh komisaris, direksi dan manajemen. Ketiga, pengawasan oleh masyarakat (market discipline). Pengawasan internal menjadi tugas Bank Indonesia sebagai bank sentral yang dilaksanakan melalui regulasi, perizinan, pengawasan dan pengendalian serta sanksi terhadap pelanggaran. Pengawasan internal dilakukan melalui penerapan Good Corporate Governance, kepatuhan (compliance) dan prinsip know your customer, sedangkan pengawasan oleh masyarakat melalui keterbukaan.12

11

Endri, Penerapan Good Corporate Governance Dalam Perbankan Syari’ah

12

Karlen Simarmata, Good Corporate Governance; Tanggung Jawab Direksi dan Komisaris Dalam Melaksanakannya, (Bandung: PT. Hikayat Dunia, 2007), h. 4


(16)

Pelaksanaan sistem pengawasan ini bisa dilakukan melalui pelembagaan terinternalisasi atau melalui organisasi (badan). Dalam hal ini, pengawasan yang dimaksud adalah sebagaimana yang telah diatur oleh Bank Indonesia dalam peraturan Bank Indonesia No. 1/6/PBI/1999 tertanggal 20 September 1999 tentang penugasan Direktur Kepatuhan (Compliance Director) dan penerapan standar pelaksanaan fungsi audit internal bank umum.

Selain itu, terjadi perkembangan dalam peran yang dibawakan oleh audit internal, yaitu dari sekedar unit yang mengecek kepatuhan, menjadi sebuah fungsi yang berperan aktif sebagai mitra bagi manajemen dalam mendukung penerapan Good Corporate Governance dengan melakukan evaluasi dan perbaikan proses kerja perusahaan yang berpengaruh pada penerapan nilai perusahaan dan terjaganya akuntabilitas.13

Adapun yang mendorong penulis untuk mengangkat ke permukaan tentang masalah ini dilandasi oleh beberapa alasan, yaitu :

1. Saat ini audit internal sudah semakin banyak diterapkan dalam operasional perbankan walaupun belum optimal, mengingat dengan cara tersebut penggalian data dan fakta tidak terlalu dalam, terutama tentang pelanggaran aspek-aspek yuridis dalam praktek perbankan. Padahal, tidak dapat disangkal lagi bahwa pelanggaran hukum dalam praktek perbankan selama ini merupakan salah satu faktor yang memberikan kontribusi yang besar terhadap isu-isu kemelut krisis perbankan.

13

Ahmad Daniri, et.al., Opini Transformasi Audit Internal Menuju Terwujudnya Good Corporate Governance


(17)

2. Penerapan Good Corporate Governance di lembaga perbankan syari’ah menjadi sebuah keniscayaan yang tidak terbantahkan. Bahkan bank-bank syari’ah harus tampil sebagai pioner terdepan dalam mengimplementasikan Good Corporate Governance tersebut. Jika dibandingkan dengan para bankir konvensional, maka bankir syari’ah seharusnya lebih unggul dan terdepan dalam menerapkan Good Corporate Governance di lembaga perbankan, mengingat lembaga perbankan syari’ah membawa nama agama ke dalam lembaga bisnis.

3. Audit internal ternyata memiliki peranan yang sangat vital dalam upaya mewujudkan Good Corporate Governance. Tanpa adanya audit internal, kesehatan suatu bank perlu diragukan, sebab kesehatan sebuah bank tidak hanya menyangkut kepentingan dari usaha bank yang bersangkutan, tetapi juga mempunyai pengaruh terhadap perkembangan perbankan secara keseluruhan pada khususnya, dan perekonomian pada umumnya.

Berpijak pada pola pikir di atas, maka penulis merasa tertarik untuk menuangkan sebuah obsesi yang terdapat dalam diri penulis yang kemudian diwujudkan dalam bentuk skripsi yang diberi judul : “URGENSI AUDIT

INTERNAL DALAM MEWUJUDKAN GOOD CORPORATE

GOVERNANCE PADA BANK SYARI’AH; Studi Kasus Pada PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang”. Topik ini menarik untuk dikaji, karena implikasinya sangat luas sehingga dapat menjadi bahan pemikiran bagi para bankir syari’ah dalam memainkan perannya sebagai pioner penegakan Good Corporate Governance di lembaga perbankan.


(18)

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Pelaksanaan Good Corporate Governance masih menjadi kendala di negara-negara berkembang. Hal ini disebabkan semua institusi yang berkaitan tidak dapat melakukan pengawasan, efisiensi dan akuntabilitas baik yang menyangkut internal, negara, hukum maupun stakeholder lainnya. Ketidakefektifan ini sangat merugikan stakeholder lainnya karena jumlah stakeholder yang lebih besar dan resiko sistemik yang lebih besar pula.

Banyak hal yang dapat diangkat dalam persoalan penerapan Good Corporate Governance dalam perbankan syari’ah seperti bentuk komite audit, struktur audit, fungsi dan peran komite audit, dan lain sebagainya. Agar dapat memberikan fokus masalah, maka pembahasan skripsi ini dibatasi hanya pada pentingnya audit internal dalam mewujudkan Good Corporate Governance pada bank syari’ah. Di sini penulis merumuskan permasalahannya, yaitu : Sejauh mana peran dan fungsi audit internal dalam upaya mewujudkan Good Corporate Governance pada bank syari’ah, dengan batasan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana mekanisme pelaksanaan audit internal pada PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang ?

2. Prinsip apa saja yang menjadi landasan bagi terciptanya Good Corporate Governance pada PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang ?

3. Upaya apa saja yang dapat dilakukan PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang dalam mewujudkan Good Corporate Governance ?


(19)

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Sejalan dengan latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, maka penelitian skripsi ini memiliki tujuan sebagai berikut :

1. Memperoleh gambaran tentang mekanisme pelaksanaan audit internal pada PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang.

2. Memperoleh pengetahuan tentang prinsip yang menjadi landasan bagi terwujudnya Good Corporate Governance pada PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang.

3. Memperoleh gambaran tentang upaya yang dilakukan PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang dalam mewujudkan Good Corporate Governance.

Adapun kegunaan dari penelitian skripsi ini antara lain adalah sebagai berikut :

1. Manfaat akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan wacana dalam khazanah ilmu ekonomi dan sekaligus dapat memberikan penjelasan tentang peran dan fungsi audit internal dalam upaya mewujudkan Good Corporate Governance.

2. Manfaat praktis

Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi berupa buku bacaan perpustakaan di lingkungan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya di Fakultas Syari’ah dan Hukum pada Program Studi Mu’amalat.


(20)

D. Kajian Pustaka

Secara umum, penelitian tentang Good Corporate Governance telah banyak dilakukan oleh banyak peneliti sebelumnya. Adapun di antara para peneliti tersebut adalah :

1. Ade Syukron, 1984715161, Penegakan Good Governance Pada Lembaga KPKPN; Studi Komparasi Menurut Hukum Positif dan Hukum Islam, Jakarta: Program Studi Perbandingan Mazhab dan Hukum Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2003

Skripsi tersebut membahas tentang bagaimana Lembaga Komisi Pemeriksa Kekayaan Penyelenggara Negara (KPKPN) menerapkan sistem Good Governance dalam upaya penegakan hukum demi terciptanya pola pemerintahan yang baik, efektif dan responsive serta transparan yang dikomparasikan dengan nilai-nilai ke-Islaman.

2. Leo J. Susilo dan Karlen Simarmata, Good Corporate Governance Pada Bank; Tanggung Jawab Direksi dan Komisaris Dalam Melaksanakannya, Bandung: PT. Hikayat Dunia, 2007, Cet. ke-1.

Dalam buku tersebut memuat kasus mengenai pelaksanaan Good Corporate Governance pada Bank Niaga Tbk. Bertitik tolak pada hasil survey Corporate Governance Perception Index tahun 2006 Bank Niaga memperoleh nilai tertinggi, yaitu 89,27 dari 100 dan memperoleh predikat perusahaan yang sangat dipercaya, Bank Niaga telah melakukan kajian menyeluruh terhadap Peraturan Bank Indonesia No. 8/4/PBI/2006 jo No. 8/14/PBI/2006.


(21)

Berdasarkan penelitian penulis, secara khusus sampai saat ini belum ada penelitian yang membahas tentang urgensi audit internal dalam mewujudkan Good Corporate Governance pada bank syari’ah. Atas dasar itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang pentingnya audit internal dalam upaya mewujudkan Good Corporate Governance pada bank syari’ah.

E. Metodologi Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif eksploratif,14 yaitu penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran yang faktual terhadap pentingnya audit internal dalam mewujudkan Good Corporate Governance di bank syari’ah. Adapun jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif yang menghasilkan data deskriptif tertulis dengan informasi dari orang yang terlibat dalam objek.15 Penelitian ini juga menggabungkan studi kepustakaan dan studi lapangan.

Data yang diperoleh melalui studi kepustakaan adalah berupa informasi yang diperoleh melalui buku-buku dengan cara mengunjungi perpustakaan, tabloid, internet dan ditambah dengan bahan-bahan perkuliahan serta makalah-makalah seminar yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang bahas. Sementara untuk memperoleh data lapangan, penulis mengadakan pendekatan secara langsung dengan cara mengunjungi obyek yang diteliti seperti gambaran umum lokasi penelitian dan

14

Masri Singarimbun, et.al., Metodologi Penelitian Survey, (Jakarta: LP3ES, 1999), Cet. ke-1, h. 4

15

Lexy J. Maleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998), Cet. ke-2, h. 3


(22)

kondisi PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang. Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :

a. Observasi, penulis mengadakan pengamatan langsung ke PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang untuk memperoleh data yang akurat tentang gejala, peristiwa dan kondisi aktual yang terjadi pada masa kini.

b. Wawancara, penulis mengadakan tanya jawab dengan Petugas Kontrol Internal Group untuk memperoleh data yang dibutuhkan dan dianggap akurat.

Sedangkan teknik penulisan skripsi ini berpedoman kepada buku Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta” yang diterbitkan oleh UIN Jakarta Press 2007, akan mewarnai seluruh bentuk penulisan skripsi ini.

F. Sistematika Penyusunan

Untuk memudahkan pembahasan skripsi ini secara keseluruhan, maka diperlukan suatu sistematika penyusunan. Adapun sistematika penyusunan yang dimaksud adalah seperti yang akan diuraikan di bawah ini.

Bab I menguraikan tentang pokok-pokok pikiran yang tertuang pada pembahasan skripsi ini yang terdiri atas latar belakang masalah yang tujuannya untuk memberikan alasan yang jelas tentang pemilihan judul, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kajian pustaka, metodologi penelitian yang dipergunakan dalam rangka memudahkan penulisan dan sistematika penyusunan


(23)

dipergunakan untuk memberikan penjelasan secara garis besar mengenai pembahasan yang akan diuraikan dalam pembahasan skripsi ini.

Bab II berisikan tentang landasan teori yang pembahasannya meliputi audit internal dan Good Corporate Governance. Sub bab dari audit internal ini terdiri atas pengertian audit internal, kode etik audit internal, konsep dasar audit internal, efektivitas fungsi audit internal dan mekanisme pelaksanaan audit internal. Sedangkan sub bab dari Good Corporate Governance meliputi pengertian Good Corporate Governance, konsep dasar Good Corporate Governance, sistem manajemen Good Corporate Governance, struktur penerapan Good Corporate Governance dan pedoman pelaksanaan prinsip Good Corporate Governance.

Bab III menguraikan tentang PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang yang pembahasannya meliputi sejarah singkat PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang, tujuan pendirian PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang, prinsip operasional PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang dan struktur organisasi PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang.

Bab IV membahas inti persoalan yang diperbincangkan dalam skripsi ini, yaitu pentingnya audit internal dalam mewujudkan Good Corporate Governance pada PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang yang pembahasannya meliputi proses dan tahapan audit internal pada PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang, implementasi Good Corporate Governance pada PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang, prinsip-prinsip Good Corporate Governance di PT. Bank DKI


(24)

Syari’ah Cabang Tanah Abang dan tanggung jawab audit internal PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang.

Bab V merupakan bab penutup dari skripsi ini yang di dalamnya memuat beberapa kesimpulan dan saran-saran yang merupakan kristalisasi dari uraian bab-bab terdahulu yang kemudian diakhiri oleh daftar kepustakaan dan lampiran-lampiran.


(25)

A. Audit Internal

1. Pengertian Audit Internal

Secara etimologis, audit internal terdiri dari dua suku kata yaitu audit dan internal. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, audit atau pemeriksaan dalam arti luas bermakna evaluasi terhadap suatu organisasi, sistem, proses atau produk.16 Menurut Sofyan S. Harahap, audit berasal dari kata bahasa Latin yang berarti dia mendengar.17 Sementara definisi audit ditinjau dari aspek terminologis adalah suatu proses sistematis, independent dan terdokumentasi untuk mendapatkan bukti audit dan mengevaluasinya secara obyektif untuk menentukan sejauh mana kriteria audit terpenuhi.18

Menurut Kanroth seperti dikutip oleh Sofyan S. Harahap menyatakan bahwa audit adalah sebuah proses yang sistematis yang bertujuan untuk mendapatkan dan menilai bukti atas pengakuan tentang kegiatan dan kejadian ekonomis untuk memastikan tingkat kesesuaian antara pengakuan dan kriteria yang ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya dengan pihak lain yang

16

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), Cet. ke-3, h. 255

17

Sofyan S. Harahap, Auditing Dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Pustaka Quantum, 2008), Cet. ke-2, h. 32

18

Iskandar Indranata, Terampil dan Sukses Melakukan Audit Mutu Internal, (Bandung: Alfabeta, 2006), h. 21


(26)

berkepentingan.19 Kata audit ini biasanya sering dirangkaikan dengan kata internal yang kemudian sering pula disebut dengan istilah audit internal.

Kata internal menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah menyangkut bagian dalam (tubuh, mobil).20 Selain itu, kata internal juga memiliki arti antar pribadi atau menyangkut bagian dalam seperti tubuh, diri, mobil, dan lain sebagainya.21 Jadi penggabungan dua kata ini menjadi audit internal dapat didefinisikan sebagai suatu aktivitas independent yang memberikan jaminan keyakinan serta konsultasi yang dirancang untuk memberikan suatu nilai tambah serta meningkatkan kegiatan operasi organisasi.22

Dengan demikian audit internal adalah kegiatan penilaian yang independent dalam organisasi untuk mereview operasi sebagai jasa yang diberikan kepada manajemen. Dengan kata lain audit internal merupakan kegiatan assurance dan konsultasi yang independent dan obyektif yang dirancang untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan kegiatan organisasi. Audit internal membantu organisasi untuk mencapai tujuannya melalui suatu pendekatan yang sistematis dan teratur untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas pengelolaan resiko, pengendalian dan proses governance.

19

Sofyan S. Harahap, Auditing Dalam Perspektif Islam, h. 15

20

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 336

21

Dikutip dari http://www.pusatbahasa.diknas.go.id pada tanggal 2 Agustus 2008.

22

Muh. Arief Effendi, Tantangan Untuk Menjadi Seorang Auditor Internal Yang Profesional. Artikel diakses pada tanggal 12 Maret 2008 dari http://www.muharief.wordpress.com


(27)

Dari beberapa pendapat para pakar tentang definisi audit internal, dapat disimpulkan bahwa audit internal adalah sebuah penilaian yang sistematis dan obyektif yang dilakukan auditor internal terhadap operasi dan pengendalian yang berbeda dalam organisasi untuk menentukan apakah : a. Informasi keuangan dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan. b. Resiko yang dihadapi perusahaan telah diidentifikasi dan diminimalisasi. c. Peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur internal yang bisa

diterima telah diikuti.

d. Kriteria operasi yang memuaskan telah dipenuhi.

e. Sumber daya telah digunakan secara efisien dan ekonomis serta f. Tujuan organisasi telah dicapai secara efektif.

2. Kode Etik Audit Internal

Profesi audit internal memiliki kode etik profesi yang harus ditaati dan dijalankan oleh segenap auditor internal. Kode etik tersebut memuat standar perilaku sebagai pedoman bagi seluruh auditor internal. Konsorsium Organisasi Profesi Auditor Internal23 telah menetapkan kode etik bagi para auditor internal adalah sebagai berikut :

23

Konsorsium Organisasi Profesi ini terdiri dari (1) Forum Komunikasi Satuan Pengawasan Internal (FKSPI). Forum ini awalnya bernama FKSPI BUMN/BUMD karena anggotanya para auditor internal yang bekerja pada Satuan Pengawasan Intern (SPI) di BUMN/BUMD. Sehubungan dengan keanggotaan yang terbuka bagi auditor intern yang bekerja di sektor perusahaan swasta, multi nasional maupun asing, maka berubah menjadi FK SPI, (2) Perhimpunan Auditor Internal Indonesia (PAII). Organisasi ini menghimpun para auditor internal yang telah memiliki gelar qualified internal auditor (QIA), dan (3) Asosiasi Auditor Internal (AAI). Anggota AAI ini tersebar di seluruh Indonesia baik yang berasal dari BUMN/BUMD/Swasta. AAI juga membuka keanggotaan dengan auditor internal dari Perguruan Tinggi berstatus Badan Hukum Milik Negara dan perusahaan baik BUMN/BUMD maupun private.


(28)

a. Auditor internal harus menunjukkan kejujuran, obyektivitas dan kesanggupan dalam melaksanakan tugas serta memahami tanggung jawab profesinya.

b. Auditor internal harus menunjukkan loyalitas terhadap organisasinya atau terhadap pihak yang dilayani. Namun demikian, auditor internal tidak boleh secara sadar terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang menyimpang atau melanggar hukum.

c. Auditor internal tidak boleh secara sadar terlibat dalam tindakan atau kegiatan yang dapat mendiskreditkan profesi audit internal atau mendiskreditkan organisasinya.

d. Auditor internal harus menahan diri dari kegiatan-kegiatan yang dapat menimbulkan konflik dengan kepentingan organisasinya atau kegiatan-kegiatan yang dapat menimbulkan prasangka yang meragukan kemampuannya untuk dapat melaksanakan tugas dan memenuhi tanggung jawab profesinya secara obyektif.

e. Auditor internal tidak boleh menerima sesuatu dalam bentuk apapun dari karyawan, klien, pelanggan, pemasok atau pun mitra bisnis organisasinya, yang dapat atau patut diduga dapat mempengaruhi pertimbangan profesinya. f. Auditor internal hanya melakukan jasa-jasa yang dapat diselesaikan

dengan menggunakan kompetensi profesional yang dimilikinya.

g. Auditor internal harus mengusahakan berbagai upaya agar senantiasa memenuhi standar profesi audit internal.


(29)

h. Auditor internal harus bersikap hati-hati dan bijaksana dalam menggunakan informasi yang diperoleh dalam pelaksanaan tugasnya. Auditor internal tidak boleh menggunakan informasi rahasia untuk mendapatkan keuntungan pribadi secara melanggar hukum yang dapat menimbulkan kerugian terhadap organisasinya.

i. Dalam melaporkan hasil pekerjaannya, auditor internal harus mengungkapkan semua fakta-fakta penting yang diketahuinya, yaitu fakta-fakta yang jika tidak diungkap dapat (1) mendistorsi laporan atas kegiatan yang direview dan (2) menutupi adanya praktek-praktek yang melanggar hukum.

j. Auditor internal harus senantiasa meningkatkan kompetensi dan efektivitas serta kualitas pelaksanaan tugasnya. Auditor internal wajib mengikuti pendidikan profesional berkelanjutan.

Menurut Sofyan S. Harahap, ada beberapa hal yang diatur dalam etika profesi audit internal seperti sikap independent, perlunya menjaga kerahasiaan, pengaturan tentang publikasi dan promosi, aturan tentang surat penugasan, aturan tentang pergantian akuntan, penentuan fee/honorarium, kewajiban kepada pihak ketiga, perilaku yang tidak boleh dilakukan kepada langganan, kewajiban manajemen dan auditor serta hubungan istimewa dengan langganan.24

24


(30)

Selama ini profesi audit internal memang memiliki standar etika profesi yang terus menerus dipelihara, direvisi dan ditekankan dalam setiap pendidikan, pelatihan buku teks maupun standar lainnya. Namun etika profesi yang selama ini hanya didasarkan pada filsafat rasionalisme dan materialisme, sehingga yang sering terjadi adalah auditor masih melakukan hal-hal yang tidak terpuji sehingga merusak nama baiknya.25 Oleh sebab itu, profesi audit internal memang dituntut untuk memiliki kode etik.

Agar kode etik itu efektif, maka harus ada penekanan moral yang solid dan legitimate sebagai dasar dari prinsip dan etika yang dibuat. Sejauh ini kode audit internal didasarkan kepada pemikiran manusia yang diatur oleh pola pikir rasionalisme. Penegakan kode etik ini tergantung pada organisasi atau komitmen pribadi saja yang dikontrol oleh publik. Dengan adanya kode etik ini, diharapkan para auditor internal tidak lagi melakukan hal-hal yang tidak terpuji, sehingga dapat menjaga nama baik dan profesinya secara keseluruhan.

3. Konsep Dasar Audit Internal

Audit internal atau yang biasa disebut Sistem Pengendalian Internal (SPI) merupakan bagian dari praktek Good Corporate Governance dan praktek manajemen yang di dalamnya mencakup pengawasan yang memadai, etika bisnis, independensi, pengungkapan yang akurat dan tepat waktu,

25


(31)

akuntabilitas dari seluruh pihak yang terlibat dalam proses pengelolaan perusahaan serta mekanisme untuk memastikan adanya tindak lanjut yang seksama jika terjadi pelanggaran dalam perusahaan. Jadi sistem pengendalian internal yang merupakan salah satu elemen dari praktek Good Corporate Governance dan praktek manajemen adalah konsep dari audit internal.

Audit internal sendiri memiliki tugas melakukan penilaian kepatuhan, dan saat ini fungsinya berkembang layaknya konsultan dengan memberikan masukan-masukan dalam hal strategi, implementasi kebijakan, dan lain-lain guna mendukung peningkatan kinerja perusahaan. Sedangkan kriteria penilaiannya berdasarkan perundang-undangan dan kebijakan perusahaan yang telah ditetapkan.26 Pelaksanaan audit internal dilakukan oleh auditor internal yang meneliti prosedur perusahaan untuk memastikan apakah berjalan sesuai dengan kebijakan yang telah digariskan. Untuk itu, selain memiliki tugas sebagai penilaian kepatuhan, juga melakukan pengawasan terhadap suatu perusahaan. Dengan demikian konsep dasar auditor internal selain pengungkapan permasalahan yang akurat dan tepat waktu, juga melakukan kontrol terhadap berbagai perusahaan dan institusi perbankan.

Pada perbankan syari’ah, audit dan kontrol merupakan lapisan pertama dan utama yang dilakukan terhadap setiap karyawan, sehingga peran bagian sumber daya insani dalam memilih karyawan yang tepat merupakan

26

Tanya Jawab dengan Asosiasi Auditor Internal (AAI) pada tanggal 20 Maret 2008 melalui


(32)

syarat mutlak adanya peran lapisan kontrol secara optimal. Oleh sebab itu, setiap pengelola perbankan harus memahami apa yang dimaksud dengan pengendalian internal.

Menurut Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), pengendalian internal adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personal lain entitas yang didesain untuk memberikan yagn memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini seperti keadaan pelaporan, efektivitas dan efisiensi operasi serta kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.27 Dengan demikian, konsep dasar audit internal adalah melakukan pengawasan dan pengendalian yang memadai untuk meyakinkan adanya penyimpangan dalam suatu perusahaan termasuk dunia perbankan.

4. Efektivitas Fungsi Audit Internal

Dalam dunia perbankan audit internal merupakan sebuah fungsi yang independent yang tugas utamanya adalah melakukan penilaian berkelanjutan melalui penyusunan laporan yang menganalisis metodologi, prosedur dan proses yang terdapat dalam manajemen resiko bank. Dalam perannya ini, sudah umum apabila departemen audit internal mempertanggungjawabkan tugasnya kepada Presiden Direktur Bank.28

27

Amin Widjaja Tunggal, Memahami Internal Auditing, (Jakarta: Harvarindo, 2008), h. 77

28

Modul Manajemen Resiko Perbankan, Pentingnya Regulasi Perbankan. Artikel diakses pada tanggal 26 Agustus 2008 dari http://www.manajemenresiko.blokspot.com


(33)

Dipandang dari sudut audit yang independent, fungsi audit internal adalah sebagai teknik pengendalian internal yang konvensional. Departemen Audit Internal harus dianggap sebagai bagian yang terpadu dari sistem pengendalian internal perusahaan, dan begitulah pandangan auditor independent pada waktu melakukan tinjauan ulang dan evaluasi atas sistem pengendalian internal. Apabila tinjauan ulang dan evaluasi ini menunjukkan adanya fungsi audit internal yang kuat, maka biasanya auditor independent itu sedikit banyak boleh mengandalkan pekerjaan staf audit internal.29

Fungsi audit internal merupakan sumber informasi dan assurance bagi komite audit untuk aktivitas pengendalian finansial intern dan manajemen resiko.30 Fungsi audit internal ini mencakup departemen audit internal dan departemen lainnya, aktivitas atau outsource jasa yang memenuhi peranan audit internal.

Fungsi audit internal yang baik memiliki proses untuk menilai efektivitas mereka sendiri. Mereka menggunakan hasil, bersama dengan umpan balik dari auditor eksternal dan stakeholders yang lain, untuk memonitor kewenangan sepanjang waktu dan mencapai perbaikan berkesinambungan dan praktek serta kinerja.31 Ini merupakan salah satu peran dari audit internal.

29

Marianus Sinaga, Norma dan Prosedur Auditing, (Jakarta: Erlangga, 1996), h. 156

30

Amin Widjaja Tunggal, Memahami Internal Auditing, h. 45

31


(34)

Dengan adanya fungsi audit internal yang efektif, maka dapat tercipta mekanisme pengawasan untuk memastikan bahwa sumber daya yang ada dalam perusahaan telah digunakan secara ekonomis dan efektif, dan pengendalian yang ada dalam perusahaan dapat memberikan kepastian lebih tinggi bahwa informasi yang dihasilkan dapat dipercaya menurut versi audit internal.

Audit internal juga menjadi barometer standar penilaian yang berlaku di perusahaan melalui aktivitas pengawasan yang dilakukan secara berkesinambungan, sehingga dapat mendorong terciptanya iklim kerja yang efisien. Seiring dengan perbaikan dalam proses internal tersebut, keyakinan investor termasuk kreditur terhadap proses pengelolaan perusahaan akan semakin meningkat. Meningkatnya keyakinan investor terhadap proses pengelolaan perusahaan, merupakan salah satu bukti dari kerja keras para auditor internal.

Di Indonesia, fungsi audit internal sering dilihat sebagai penambahan beban bagi perusahaan. Sedangkan di negara lain, keberadaan fungsi audit internal dianggap sangat penting, antara lain terlihat adanya peraturan dari beberapa Bursa Efek yang mengharuskan agar perusahaan yang terdaftar harus memiliki fungsi audit internal, baik secara in-house maupun outsource, serta munculnya Sarbanes Oxley di Amerika yang mengharuskan manajemen untuk memastikan efektivitas dari pengendalian internalnya.


(35)

Berkaitan dengan peran audit internal, acuan yang digunakan antara lain adalah standar audit internal yang dikeluarkan oleh The Institute of Internal Auditor, dengan melakukan penyesuaian agar selaras dengan peraturan perundang-undangan yang ada di Indonesia. Ketiadaan acuan yang baku terkadang menimbulkan beberapa permasalahan, terutama bagi organisasi yang mengadopsi praktek corporate governance internasional tanpa menyesuaikan dengan struktur di Indonesia. Kendala-kendala yang dihadapi fungsi audit internal di Indonesia antara lain terkait dengan hubungan pekerjaan dengan komite audit, penentuan obyek audit dan pengawasan serta tindak lanjut dari temuan audit.

Dengan demikian, fungsi audit internal merupakan salah satu fungsi terpenting dalam suatu perusahaan, karena audit internal memiliki peran strategis dalam membawa kepentingan perusahaan, dan bahkan pemegang saham untuk memastikan bahwa setiap unit dalam perusahaan berjalan dengan baik. Selain itu, audit internal merupakan aktivitas independent yang mencakup pemberian asersi obyektif serta konsultasi yang dirancang untuk memberikan nilai dan mempelajari operasi organisasi.

Audit internal membantu organisasi untuk mencapai tujuannya dengan menggunakan metode yang sistematis disertai disiplin dalam mengevaluasi dan memperbaiki efektivitas dari proses manajemen resiko, pengendalian internal dan governance. Audit internal melakukan penela’ahan terhadap seluruh fungsi yang ada di organisasi, dan memberikan tingkat


(36)

keyakinan kepada manajemen dan komite audit mengenai kehandalan pengendalian resiko, melakukan penilaian yang independent dan obyektif terhadap struktur dan proses governance dan juga berperan sebagai katalis perubahan, memberikan input untuk perbaikan terhadap struktur dan proses governance.

5. Mekanisme Pelaksanaan Audit Internal

Audit internal harus mampu menggunakan metode-metode pendekatan yang diperlukan untuk pelaksanaan audit internal, agar pelaksanaan auditnya dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Metode pendekatan tersebut dapat berbeda antara satu auditor dengan auditor lainnya serta dalam satu bank dengan bank lainnya, namun sekurang-kurangnya audit internal perlu memperhatikan aspek-aspek teknis seperti cara dan penetapan sampling, teknik pengujian yang akan dilakukan, minimal bukti audit yang diperlukan dan cara mendapatkannya serta memperhatikan konsep materialitas.32

Pelaksanaan audit internal adalah proses realisasi dari semua yang telah dipikirkan dan dituangkan dalam perencanaan audit internal. Pelaksanaan audit internal dititikberatkan pada verifikasi kesesuaian implementasi dengan aturan yang telah didokumentasikan. Bukti kesesuaian

32

H.R. Daeng Naja, Legal Audit Operasional Bank, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2006), h. 52


(37)

implementasi sistem mutu inilah yang perlu dicari dalam pelaksanaan audit internal.33

Mekanisme pelaksanaan audit internal memerlukan teknik-teknik yang tidak dapat diperlukan melalui pendidikan formal dan akan lahir pengalaman-pengalaman mengaudit, seorang auditor tidak dapat dicetak secara instant. Teknik-teknik melaksanakan audit internal tidak sama untuk setiap auditor dan tidak ada standar yang tetap bagaimana cara mengaudit. Disarankan auditor yang belum berpengalaman melakukan audit internal agar magang terlebih dahulu dengan auditor dari luar untuk menjadi auditor kepala dalam memimpin audit internal dengan anggota adalah auditor dari organisasi.34

Adapun langkah-langkah yang dianjurkan dalam melaksanakan audit internal adalah mengevaluasi organisasi, mengevaluasi sistem mutu, mengevaluasi kesesuaian dengan standar yang digunakan dan mengevaluasi efektivitas sistem mutu.35 Langkah-langkah yang dianjurkan dalam pelaksanaan audit ini tampaknya tidak akan berhasil tanpa dibarengi dengan teknik melakukan audit internal.

Melaksanakan audit internal adalah kegiatan seni dan ilmu, seni diperlukan karena auditor tidak boleh memaksakan kehendaknya dalam

33

Iskandar Indranata, Terampil dan Sukses Melakukan Audit Mutu Internal, (Bandung: Alfabeta, 2006), h. 46

34

Iskandar Indranata, Terampil dan Sukses Melakukan Audit Mutu Internal

35


(38)

menemukan ketidaksesuaian dari bagian yang diaudit. Caranya adalah dilakukan dengan teknik-teknik yang dimiliki yang pada akhirnya dapat menemukan bukti-bukti dari ketidaksesuaian dengan persyaratan-persyaratan dari standar sistem mutu yang digunakan.36

Sementara teknik yang biasa digunakan adalah mengumpulkan dan memverifikasikan informasi. Diskusi dengan personil merupakan hal yang sangat penting dalam pelaksanaan audit. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, maka dalam diskusi auditor harus mampu menggunakan pertanyaan yang menghasilkan uraian yang jelas dari yang diaudit. Sedangkan sumber informasi tersebut dapat diperoleh melalui klarifikasi.

Teknik-teknik klarifikasi ini diperlukan untuk memperoleh kejelasan atas pernyataan-pernyataan yang kurang dapat dimengerti, yang biasanya terdapat pada dokumen mutu yang diaudit. Teknik lainnya adalah verifikasi. Teknik verifikasi ini digunakan untuk melihat pemeliharaan sistem mutu pada organisasi. Verifikasi pelaksanaan sistem melalui bukti objektif dengan kesesuaian dokumen, catatan waktu dan analisa data. Bila ada ketidaksesuaian dikomunikasikan kepada personil penanggung jawab para audit. Mengamati kegiatan di lapangan dapat dilakukan untuk memastikan implementasi sistem. Verifikasi biasanya dilakukan setelah tim audit menerima laporan tindakan koreksi dari yang diaudit. Verifikasi dapat dilakukan secepatnya atau ditunda sampai pada putaran audit berikutnya, tergantung permasalahan dan prosedur audit yang berlaku.

36


(39)

Selanjutnya teknik yang biasa digunakan dalam pelaksanaan audit internal adalah observasi. Melakukan observasi terhadap berbagai aktivitas yang ada di lingkungan tempat kerja serta kondisi yang ada. Sebagai contoh, observasi biasanya dilakukan oleh auditor terhadap penggunaan instruksi kerja oleh para operator, pelaksanaan pemeriksaan dan pengujian serta kesesuaian penyimpangan dan identifikasi dari bahan baku dan produk jadi.

Ada beberapa teknik yang digunakan untuk melakukan observasi yang salah satunya adalah penelusuran ke belakang. Teknik ini dilaksanakan setelah out put dihasilkan dan dilakukan penelusuran ke belakang sampai saat permulaan proses. Selain teknik penelusuran ke belakang, masih terdapat teknik yang digunakan untuk melakukan observasi yaitu teknik inspeksi ulang. Auditor dapat memilih satu jenis produk yang telah diterima dan meminta salah seorang inspektur untuk memeriksa atau menguji ulang salah satu dari karakteristik produk tersebut.

Kemudian teknik yang juga biasa digunakan dalam pelaksanaan audit internal adalah wawancara. Sebaiknya personil yang diwawancara berasal dari level dan fungsi yang berbeda, dilakukan pada jam kerja dan di tempat kerja. Pertanyaan harus jelas, terarah dan sistematis. Pertanyaan yang diajukan sebaiknya bersifat terbuka untuk menghindari jawaban ya atau tidak. Demikian mekanisme pelaksanaan audit internal.

Untuk lebih jelasnya tentang tahapan pekerjaan yang dilakukan dalam proses audit internal dapat digambarkan secara ringkas sebagai berikut :


(40)

MEKANISME PELAKSANAAN AUDIT INTERNAL

Task Flow Description Steps

- Planning defines what should be done how, where, and when it should be done; and who should do it.

Step 1 Audit Planning & Risk Analysis

- Analyze the audit assignment - Gather facts about the audit area - Performa risk analysis

- Identify audit evidence - Write detailed audit objective - Develop an audit work program - Schedule and staff the audit - Familiarize the auditors with all

pertinent aspects of the program, function, entity or being audited.

Step 2 Preliminary Survey - Obtaining background

information

- Investigating the area’s activities - Determining reasonable

probability & documenting - Effectively using survey result - Field work encompasses all the

efforts that the internal auditor must make to be able to form an opinion and present findings and recommendation about the area under audit.

Step 3 Audit Field Work & Control Assessment Method

- Evaluation of the internal control system

- Design & conduct of the audit test

- A finding is statement of condition based on certain facts that are stated in the audit objectives. Good audit findings depend on the quality of the auditors field work and on the completeness and organization of their working papers.

Step 4 Auditing Finding & Recommendation

- Developing audit findings - Documenting findings - Closing conference

- Reporting is the critical step in audit process, any university graduate may be able to write a report, but not everyone can write a clear, convincing report, thorough and well organized that leads the readers to the intended conclusions, tells them what they need to know

Step 5 Reporting - Outline the report - Writing the first draft - Editing the draft - Writing the final report

- Follow up is the action taken to correct a weak control situation that has been identified by an internal audit and reported to management

Step 6 Follow up

- The need for follow up - Follow up audits

Audit Planning & Risk Analisis Preliminary Survey Audit Field Work Audit Finding & Recommendation Reporting Follow up


(41)

B. Good Corporate Governance

1. Pengertian Good Corporate Governance

Sampai saat ini para ahli tetap menghadapi kesulitan dalam mendefinisikan Good Corporate Governance yang dapat mengakomodasikan berbagai kepentingan. Tidak terbentuknya definisi yang akomodatif bagi semua pihak yang berkepentingan dengan Good Corporate Governance disebabkan karena cakupan Good Corporate Governance yang lintas sektoral. Good Corporate Governance dapat didekati dengan berbagai disiplin ilmu antara lain ilmu makro ekonomi, teori organisasi, teori informasi, akuntansi, keuangan, manajemen, psikologi, sosiologi dan politik.37

Definisi Good Corporate Governance menurut Bank Dunia adalah aturan, standar dan organisasi di bidang ekonomi yang mengatur perilaku pemilik perusahaan, direktur dan manajer serta perincian dan penjabaran tugas dan wewenang serta pertanggungjawabannya kepada investor dan kreditor.38 Sementara Syakhroza mendefinisikan Good Corporate Governance sebagai suatu mekanisme tata kelola organisasi secara baik dalam melakukan sumber daya organisasi secara efisien, efektif, ekonomis ataupun produktif dengan prinsip-prinsip terbuka, akuntabilitas, pertanggungjawaban, independent dan adil dalam rangka mencapai tujuan organisasi, tata kelola organisasi yang baik apakah dilihat dalam konteks mekanisme internal organisasi ataupun

37

Endri, Penerapan Good Corporate Governance Dalam Perbankan Syari’ah, h. 1. Artikel diakses pada tanggal 26 Januari 2008 dari http://www.tazkiaonline.com

38


(42)

mekanisme eksternal organisasi. Mekanisme internal lebih fokus kepada bagaimana pimpinan suatu organisasi mengatur jalannya organisasi sesuai dengan prinsip-prinsip di atas, sedangkan mekanisme eksternal lebih menekankan kepada bagaimana interaksi organisasi dengan pihak eksternal berjalan secara harmoni tanpa mengabaikan pencapaian tujuan organisasi.39

Menurut Ahmad Daniri, Good Corporate Governance didefinisikan sebagai sistem yang mengatur pengelolaan dan pengawasan bisnis korporasi, mengatur hak dan kewajiban pihak terkait, memuat aturan main dan prosedur yang harus ditempuh dalam membuat keputusan yang terkait dengan keputusan korporasi, merumuskan mekanisme untuk penetapan yang objektif dan cara-cara yang ditempuh untuk mencapai objektif serta pemantauan kerja.40

Sementara Finance Committee on Corporate Governance Malaysia mendefinisikan corporate governance sebagai proses dan struktur yang digunakan untuk mengarahkan dan mengelola bisnis dan kegiatan perusahaan ke arah peningkatan pertumbuhan bisnis dan akuntabilitas perusahaan. Adapun tujuan akhirnya adalah meningkatkan kemakmuran pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya.41 Definisi ini menekankan bahwa sebaik apapun suatu struktur corporate governance namun jika prosesnya tidak berjalan sebagaimana

39

Endri, Penerapan Good Corporate Governance Dalam Perbankan Syari’ah, h. 1 - 2

40

Ahmad Daniri, Transformasi Audit Internal Menuju Terwujudnya Good Corporate Governance. Artikel diakses pada tanggal 21 Pebruari 2008 dari http://www.madani.com

41

Herwidiyatmo, Implementasi Good Corporate Governance Untuk Perusahaan Publik di Indonesia, (Jakarta: Usahawan, 2000), h. 1


(43)

mestinya, maka tujuan akhir melindungi kepentingan pemegang saham dan stakeholders tidak akan pernah tercapai.

Dari beberapa uraian tentang definisi Good Corporate Governance yang dikemukakan di atas, akhirnya dapat disimpulkan bahwa Good Corporate Governance merupakan suatu sistem dimana sebuah entitas bisnis diatur dan dikontrol. Dengan kata lain, Good Corporate Governance adalah sebuah tatanan yang mengatur hubungan antara semua pihak dalam struktur perusahaan yang menentukan arah dan performance suatu perusahaan itu sendiri.

2. Konsep Dasar Good Corporate Governance

Banyak pihak yang melakukan proses pengidentifikasian terhadap konsep ini dimana sebenarnya konsep Good Corporate Governance itu sendiri bukan merupakan hal yang baru. Pada dasarnya, terminologi Good Corporate Governance ini merujuk pada suatu konsep lama, yaitu kewajiban fidusiari dari mereka yang mengontrol perusahaan untuk bertindak bagi kepentingan seluruh pemegang saham dan stakeholders. Konsep kewajiban fidusiari ini didasari oleh agency theory, dimana permasalahan agency muncul ketika kepengurusan suatu perusahaan terpisah dari kepemilikan.42

Dengan kata lain, dewan komisaris dan direksi sebagai agen dalam perusahaan memiliki kepentingan yang berbeda dengan pemegang saham. Di

42

Marta Utama, “Konsep Good Corporate Governance”, dalam Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, (Depok: FEUI, 2004), h. 64


(44)

Indonesia, masalah agency ini juga timbul dari perbedaan kepentingan antara pemegang saham pengendali dengan pemegang saham minoritas atau stakeholders. Adapun elemen kunci dari konsep Good Corporate Governance ini adalah mengenai pengertian dan prinsip-prinsip dari Good Corporate Governance itu sendiri. Banyak pihak yang telah menghasilkan pemkirannya tentang hal ini. Akan tetapi, hanya ada dua mainstream yang saat ini masih bertahan dan dapat diakomodasi serta diadaptasi oleh berbagai regulasi yang ada khususnya di Indonesia.43

Amin Widjaja menyatakan bahwa dasar dari Good Corporate Governance dapat digambarkan dengan agency concept.44 Dalam agency concept ini dijabarkan bahwa dalam suatu badan usaha/hukum biasanya diatur dan dikepalai oleh sekelompok direktur yang duduk dalam dewan komisaris. Para direktur ini dipilih oleh pemilik badan usaha tersebut, yaitu para pemegang saham. Para direktur ini bertugas menetapkan strategi dan taktik untuk mencapai target, tujuan dan permintaan pasar yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam menjalankan strategi dan taktik tersebut, dipekerjakanlah para manajer dan staf profesional.

Pada konsep di atas diperlukan dua aspek untuk mengukur tingkat keberhasilan dari badan usaha tersebut, yaitu performa dan akuntabilitas. Aspek performa itu sendiri terdiri atas objektif, kebijakan, strategi, rencana,

43

Marta Utama, “Konsep Good Corporate Governance”, dalam Jurnal Akuntansi dan Keuangan

44


(45)

prosedur, pelatihan dan pengembangan. Sedangkan aspek akuntabilitas itu terdiri atas laporan dewan komisaris, pengujian ulang performa dan kebijakan akuntansi perusahaan. Di samping itu, untuk memastikan Good Corporate Governance di atas dapat berjalan dengan lancar maka diperlukan aspek-apek pendukung lainnya seperti hukum peraturan, publikasi, laporan tahunan beserta informasi lainnya yang relevan dan kode etik yang kuat.45

Hukum dan peraturan berfungsi untuk melindungi semua pihak yang berkepentingan, yang telah menanamkan modalnya pada badan usaha atau organisasi tersebut. Selain itu, hukum dan peraturan ini sebaiknya mengatur sikap dan kebijakan perusahaan terhadap pasar, laporan tahunan dan informasi lainnya yang diperlukan oleh para pemegang saham, yaitu semua data dan informasi ini disampaikan dengan jujur, adil dan baik. Laporan tahunan ini berfungsi sebagai media komunikasi antara manajemen dengan pihak luar, yaitu para pemegang saham juga ikut menilai performa perusahaan ini.46

Aspek lain yang dapat meningkatkan keberhasilan dari badan usaha ini adalah kode etik yang kuat dalam suatu badan usaha/hukum amat sangat diperlukan, karena kode etik inilah yang akan melandasi semua aktivitas dan kebijakan yang dijalankan oleh manajemen perusahaan. Mengenai konsep Good Corporate Governance ini untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini.

45

Amin Widjaja Tunggal, Memahami Internal Auditing, h. 41

46


(46)

CORPORATE GOVERNANCE Stakeholders

3. Sistem Manajemen Good Corporate Governance

Sistem dan prosedur merupakan bagian dari tugas setiap manajemen. Dengan ini diartikan bahwa tiap orang yang melakukan tugas supervisi, mengarahkan, atau mengatur aktivitas para bawahannya sedikit banyak mempunyai pertanggungjawaban yang berkaitan dengan pekerjaannya atas sistem dan prosedur dimana ia dan bawahannya menempatkan diri mereka – bagaimana sesuatu itu dapat dikerjakan dengan baik – cara dan usaha yang dilakukan untuk melengkapi tugas yang dipikulnya, dan metode proses pekerjaan yang digunakannya. Dengan demikian, sistem dan prosedur adalah

Corporate legislation and regulation FERFORMANCE External audit Final accounts ACCOUNTABILITY Objective Policies Strategies Plans Key Pls Procedures Performance report Director’s report Performance review Final accounts Profit and loss

Balance sheet Accounting policies Statutory disclosures Managers

Supervisors

Operational and front line staff

Ethical standards


(47)

suatu bidang usaha yang harus diklasifikasikan sebagai salah satu dari unsur-unsur manajemen.47

Demikian pula halnya dengan sistem manajemen Good Corporate Governance. Untuk membangun Good Corporate Governance, diperlukan sistem manajemen. Adapun sistem manajemen yang diperlukan di antaranya adalah manajemen resiko. Di dalam badan usaha/organisasi harus terdapat suatu sistem manajemen resiko yang kuat dan baik untuk memastikan bahwa seluruh kegiatan perusahaan telah sesuai dengan strategi dan kebijakan perusahaan yang berlaku.48

Di samping itu, untuk membangun Good Corporate Governance juga diperlukan sistem manajemen performa. Pokok-pokok pikiran dari Good Corporate Governance seharusnya diintegrasikan ke dalam cara menentukan target suatu perusahaan dan cara perusahaan melihat kinerjanya sesuai dengan target yang ditentukan tersebut. Kinerja perusahaan seharusnya diukur dan diatur secara seimbang dan bermakna.49

Selain itu, untuk membangun Good Corporate Governance juga dibutuhkan sistem internal kontrol. Tanpa sistem internal kontrol yang kuat dan efektif, Good Corporate Governance tidak dapat direalisasikan. Sistem internal kontrol itu sendiri fungsinya adalah sebagai suatu alat yang membantu perusahaan dalam mengawasi dan mengendalikan segala resiko

47

H.R. Daeng Naja, Legal Audit Operasional Bank, h. 68

48

Amin Widjaja Tunggal, Memahami Internal Auditing, h. 42

49


(48)

yang terjadi di dalam organisasi perusahaan tersebut baik dari dalam maupun dari luar perusahaan.50

Dalam menerapkan sistem-sistem manajemen seperti dipaparkan di atas, diperlukan beberapa independent di dalam suatu badan usaha/perusahaan yang salah satunya adalah dewan komisaris. Dewan komisaris bertanggung jawab dan berwenang mengawasi tindakan direksi dan memberikan nasehat kepada direksi jika dipandang perlu oleh dewan komisaris. Untuk membantu dewan komisaris dalam melaksanakan tugas tersebut, sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan oleh dewan komisaris, dapat menggunakan jasa Penasehat Profesional yang mandiri dan/atau membantu komite khusus. Setiap anggota dean komisaris harus berwatak amanah dan mempunyai pengalaman dan kecakapan yang diperlukan untuk menjalankan tugasnya.51

Komposisi dewan komisaris harus sedemikian rupa, sehingga memungkinkan pengambilan putusan yang efektif, tepat dan cepat serta dapat bertindak secara independent dalam arti tidak mempunyai kepentingan yang dapat mengganggu kemampuannya untuk melaksanakan tugasnya secara mandiri dan kritis dalam hubungan satu sama lain dan terhadap direksi. Tergantung dari sifat khusus suatu perusahaan, seyogyanya paling sedikit 20% dari anggota dewan komisaris, harus berasal dari kalangan di luar perusahaan guna meningkatkan efektivitas atas peran pengendaliannya, dan transparansi dari pertimbangannya.52

50

Amin Widjaja Tunggal, Memahami Internal Auditing

51

Amin Widjaja Tunggal, Memahami Internal Auditing, h. 43

52


(49)

Sistem manajemen yang perlu diterapkan secara independent di dalam suatu perusahaan yang tidak kalah pentingnya adalah komite audit. Komite yang anggotanya terdiri dari proses Good Corporate Governance dan memiliki komunikasi langsung kepada pemegang saham melalui laporan terpisah dalam laporan tahunan. Komite ini seharusnya juga memastikan adanya manajemen resiko dan pengendali yang efektif di dalam perusahaan tersebut. Orang-orang yang berpengalaman dan berkompetenlah yang seharusnya duduk dalam komite ini, karena mereka harus mampu mengendalikan dan membimbing proses Good Corporate Governance tanpa adanya konflik kepentingan.53

Selain itu, sistem manajemen yang juga perlu diterapkan secara independent dalam suatu perusahaan adalah eksternal auditor. Adalah auditor yang dipilih oleh para pemegang saham berdasarkan usul dari komite audit. Eksternal auditor tersebut harus bebas dari pengaruh dewan komisaris, direksi dan pihak yang berkepentingan lainnya di perusahaan tersebut. Perusahaan harus menyediakan semua catatan akuntansi dan data penunjang lainnya kepada eksternal auditor, sehingga memungkinkan eksternal auditor memberikan pendapatnya tentang kewajaran, konsistensi dan kesesuaian laporan keuangan perusahaan dengan standar akuntansi yang ada.54

Kemudian sistem manajemen yang perlu diimplementasikan secara independent dalam suatu perusahaan ialah internal auditor. Dalam melakukan fungsinya, komite audit dan komisaris terkadang tidak efektif, maka dari itu

53

Amin Widjaja Tunggal, Memahami Internal Auditing

54


(50)

perlu dibentuk internal audit. Anggota komite audit dan dewan komisaris harus bekerja sama dengan internal auditor ini, karena hanya internal auditor yang melaksanakan pengendalian langsung secara teratur dari waktu ke waktu.55

Keanggotaan internal auditor ditentukan oleh direksi, yaitu internal audit merupakan salah satu bagian dari bagan/struktur organisasi perusahaan. Direksi atas persetujuan dewan komisaris dapat meminta bantuan tenaga dari pihak luar antara lain dari perusahaan pusat atau afiliasi sesuai dengan kebutuhan. Internal auditor ini bertanggung jawab pad direksi dan komite audit. Internal auditor perlu memperhatikan catatan-catatan atau petunjuk dari eksternal auditor dan komite audit.56

4. Struktur Penerapan Good Corporate Governance

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 8/4/PBI/2006 jo No. 8/14/ PBI/2006 tentang pelaksanaan Good Corporate Governance pada bank umum, terlihat bahwa komposisinya dapat dikelompokkan menjadi beberapa bagian sebagai berikut :

Pertama, yang berisikan ketentuan tentang struktur dan proses Good Corporate Governance untuk organ perusahaan dan organ pendukung perseroan misalnya antara lain ketentuan mengenai direksi dan komite-komite ini merupakan fokus kegiatan tata kelola organ perusahaan.

55

Amin Widjaja Tunggal, Memahami Internal Auditing, h. 44

56


(51)

Kedua, terkait dengan prudential regulation yang meliputi antara lain fungsi kepatuhan dan audit intern, manajemen resiko, penyediaan dana kepada pihak terkait dan penyediaan dana besar serta prinsip mengenal nasabah. Ini merupakan kegiatan yang harus dilakukan oleh seluruh jajaran bank baik secara internal maupun dalam interaksinya dengan pihak eksternal stakeholders lainnya.

Ketiga, adalah aspek pelaporan dan transparansi bank yang meliputi antara lain laporan kondisi keuangan dan non keuangan bank, transparansi produk-produk perbankan dan penggunaan data pribadi nasabah. Bagian ini merupakan aspek pengawasan baik oleh masyarakat dalam penegakan market discipline dan juga oleh regulator.

Keempat, merupakan enforcement Good Corporate Governance melalui ancaman sanksi kegagalan pelaporan dan kegagalan pelaksanaan Good Corporate Governance pada bank umum.

Dari uraian di atas terlihat bahwa terdapat tiga kelompok pelaku kegiatan dalam pelaksanaan Good Corporate Governance pada bank umum. Kelompok pertama terdiri dari organ perseroan dan organ pendukung, atau secara sederhana disebut board. Kelompok ini terdiri dari RUPS, direksi, komisaris, komite audit, komite nominasi dan Remunerasi Komite Pemantau Resiko, komite lainnya dari komisaris, bila ada dan satuan kerja, audit intern atau satuan pengawasan intern. Sedangkan kelompok kedua merupakan seluruh jajaran karyawan atau disebut sebagai enterprise-wide, yang menjadi


(52)

sarana direksi untuk melakukan tugas pengelolaan perusahaan. Kelompok ketiga adalah pihak luar atau stakeholders yaitu regulator, nasabah, dan lain yang berinteraksi dengan bank.57

Ketiga kelompok pelaku di atas terlibat dalam berbagai aktivitas pelaksanaan Good Corporate Governance untuk beberapa hal seperti berikut ini.

Pertama, kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku. Setiap kebijakan Good Corporate Governance atau kebijakan perusahaan harus mengacu dan tunduk pada berbagai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Kedua, kesesuaian antara berbagai kebijakan Good Corporate Governance termasuk pedoman etika usaha dan etika kerja dengan kebijakan manajemen dan berbagai prosedur kerja yang diberlakukan dalam rangka menggerakkan proses bisnis perusahaan. Dalam proses ini, terjadi internalisasi prinsip-prinsip Good Corporate Governance dan nilai-nilai etika ke dalam proses bisnis maupun sikap kerja sehari-hari yang pada gilirannya akan muncul suatu budaya Good Corporate Governance dalam perusahaan.

Ketiga, pencapaian kinerja baik itu kinerja perusahaan, unit bisnis, departemen, seksi dan seluruh jajaran baik secara kolektif maupun perorangan mulai dari level komisaris, direksi sampai kepada karyawan level paling

57

Leo J. Susilo, et.al., Good Corporate Governance Pada Bank Tanggung Jawab Direksi dan Komisaris Dalam Melaksanakannya, (Bandung: PT. Hikayat Dunia, 2007), h. 137


(1)

Responden : Adi Sukmanto

Jabatan : Kontrol Internal Group Hari/Tanggal : Jum’at, 5 September 2008 Jam : 14.00 s/d selesai

Tempat : Kantor Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang Jl. K.H. Wahid Hasyim No. 212A Tanah Abang

Jakarta Pusat

Pertanyaan dan jawaban :

Tanya : Mohon bapak jelaskan tentang sejarah singkat berdirinya PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang ?

Jawab : Pada mulanya Bank DKI merupakan Bank Pembangunan Daerah DKI Jakarta yang beroperasi berdasarkan Akta No. 30 tertanggal 11 April 1961 yang dibuat di hadapan Notaris Eliza Pondang, SH di Jakarta dengan nama PT. Bank Pembangunan DKI Jakarta Raya yang singkat BPD Jaya. Sejak tahun 2002 Bank DKI Jakarta mempersiapkan izin usaha syari’ah, mulai dari menyiapkan sumber daya, studi kelayakan, pengkajian dan workshop bank syari’ah hingga membentuk Dewan Pengawas Syari’ah. Meskipun demikian, efektif beroperasinya Bank DKI Syari’ah adalah sejak diterimanya surat dari Bank Indonesia No. 6/39/DPBS tanggal 13 Januari 2004 dan pelaksanaan operasi bank syari’ah ini dimulai pada bulan Maret 2004 dengan menempatkan satu cabang penuh dan satu cabang pembantu yang terletak di Jl. K.H. Wahid Hasyim No. 153 sebagai pengembangan pelayanan bagi masyarakat.

Tanya : Apa tujuan didirikannya PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang ?

Jawab : Secara umum tujuan didirikannya PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang adalah untuk mempromosikan dan mengembangkan penerapan syari’ah Islam dan tradisinya ke dalam transaksi keuangan dan perbankan serta bisnis-bisnis lainnya yang terkait. Namun secara khusus, tujuan didirikannya PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang ialah mengarahkan ekonomi umat untuk bermu’amalah secara Islam, khususnya mu’amalat yang berhubungan dengan perbankan agar terhindar dari praktek-praktek riba.


(2)

Tanya : Visi dan misi apa saja yang ingin dicapai oleh PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang ?

Jawab : Visi yang akan diwujudkan oleh PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang adalah menjadi bank terbaik dan membanggakan. Sedangkan misi yang hendak dicapai oleh PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang ialah bank berkinerja unggul secara syari’ah, mitra strategis dunia usaha/masyarakat dan andalan pemerintah Propinsi DKI Jakarta yang memberi nilai tambah bagi stakeholders melalui pelayanan terpadu dan profesional.

Tanya : Bagaimana prinsip operasional PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang ?

Jawab : Sebagai bank berbasis syari’ah, PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang melakukan kegiatan operasionalnya secara konsisten dengan mengacu kepada ketetapan-ketetapan syari’i sebagaimana terkandung dalam Al-Qur’an dan hadist Rasulullah SAW secara ijma’ dan fatwa ulama. Adapun prinsip-prinsip syari’ah yang diterapkan oleh PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang antara lain adalah musyarakah, mudharabah, murabahah dan bai al-istishna.

Tanya : Menurut bapak, apa yang dimaksud dengan audit internal ?

Jawab : Audit internal adalah kegiatan meyakinkan dan konsultasi yang independent dan obyektif yang dirancang untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan kegiatan operasi organisasi.

Tanya : Bagaimana pendapat bapak tentang fungsi audit internal ?

Jawab : Fungsi audit internal mencakup departemen audit internal dan setiap departemen yang lain, aktivitas atau outsource jasa yang memenuhi peranan audit internal. Dalam kasus tertentu, biasanya fungsi audit internal disingkat sebagai audit internal.

Tanya : Bagaimana proses dan tahapan audit internal pada PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang ?

Jawab : Ada beberapa tahapan dalam pelaksanaan kontrol audit internal pada PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang. Tahapan-tahapan tersebut adalah tahap perbandingan, tahap vouching, tahap konfirmasi, tahap analisa, audit hasil penjumlahan vertikal dan horizontal, tahap pengecekkan, tahap inspeksi, tahap verifikasi, tahap mentrasir dan tahap sampling.

Tanya : Bagaimana mekanisme pelaksanaan audit internal pada PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang ?

Jawab : Mekanisme pelaksanaan audit internal pada PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang disebut Kontrol Internal Cabang (KIC). KIC ini diperlukan untuk membantu tugas-tugas pimpinan cabang dalam bidang pengawasan atas seluruh kegiatan operasional cabang organisasi dengan sistem dan prosedur yang berlaku. Pengawasan oleh Kontrol Internal Cabang dilakukan setelah proses operasional berikut klarifikasi rutin


(3)

pada unit kerja di cabang yang dilaksanakan secara lengkap sehingga menjadi bagian terpisah dari kegiatan operasional rutin cabang.

Tanya : Menurut bapak, apa yang dimaksud dengan struktur penerapan Good Corporate Governance ?

Jawab : Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 8/4/PBI/2006 jo No. 8/14/PBI/2006 tentang pelaksanaan Good Corporate Governance pada bank umum, terlihat bahwa komposisinya dapat dikelompokkan menjadi beberapa bagian. Pertama, yang berisikan tentang struktur dan proses Good Corporate Governance untuk organ perusahaan dan organ pendukung lainnya. Kedua, terkait dengan prudential regulation yang meliputi antara lain fungsi kepatuhan dan audit internal, manajemen resiko, penyediaan dana kepada pihak terkait dan penyediaan dana besar serta prinsip mengenal nasabah. Ketiga, adalah aspek pelaporan dan transparansi bank yang meliputi antara lain laporan kondisi keuangan dan non keuangan bank, transparansi produk-produk perbankan dan penggunaan data pribadi nasabah. Keempat, merupakan enforcement Good Corporate Governance melalui ancaman sanksi kegagalan pelaporan dan kegagalan pelaksanaan Good Corporate Governance pada bank umum.

Tanya : Selama ini, apakah fungsi audit internal pada PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang dianggap cukup efektif ?

Jawab : Untuk saat ini, fungsi audit internal pada PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang dianggap cukup efektif dan efisien. Berkat adanya fungsi audit internal yang efektif dan efisien, maka dapat tercipta mekanisme pengawasan untuk memastikan bahwa sumber daya yang ada pada PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang telah digunakan secara ekonomis dan efektif, dan pengendalian yang ada pada PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang dapat memberikan kepastian lebih tinggi bahwa informasi yang dihasilkan dapat dipercaya. Tanya : Metode apa saja yang dapat dilakukan dalam pelaksanaan audit internal

pada PT. Bank Syari’ah Cabang Tanah Abang ?

Jawab : PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang melakukan beberapa metode dalam melaksanakan audit internal yang salah satunya adalah pelaksanaan audit internal dilakukan oleh auditor internal yang meneliti prosedur PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang untuk memastikan apakah berjalan sesuai dengan kebijakan yang telah digariskan.

Tanya : Bagaimana cara menetapkan kode etik bagi para auditor internal pada PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang ?

Jawab : PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang telah menetapkan kode etik bagi para auditor seperti sikap independent, perlunya menjaga kerahasiaan, pengaturan tentang publikasi dan promosi, aturan tentang surat penugasan, aturan tentang pergantian akuntan, penentuan fee,


(4)

kewajiban kepada pihak ketiga, perilaku yang tidak boleh dilakukan kepada langganan, kewajiban manajemen dan auditor serta hubungan istimewa dengan langganan.

Tanya : Langkah apa saja yang dapat dilakukan PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang dalam upaya melaksanakan audit internal ?

Jawab : PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang telah melakukan langkah dalam upaya melaksanakan audit internal. Adapun langkah-langkah yang dianjurkan dalam melakukan audit internal adalah mengevaluasi organisasi, mengevaluasi sistem mutu, mengevaluasi kesesuaian dengan standar yang digunakan dalam mengevaluasi sistem mutu audit internal.

Tanya : Apakah audit internal memiliki peranan penting dalam mewujudkan Good Corporate Governance ?

Jawab : Audit internal ternyata memiliki peranan yang sangat vital dalam upaya mewujudkan Good Corporate Governance. Tanpa adanya audit internal, kesehatan bank perlu diragukan, sebab kesehatan sebuah bank tidak hanya menyangkut kepentingan dari usaha bank yang bersangkutan, tetapi juga mempunyai pengaruh terhadap perkembangan perbankan secara keseluruhan pada khususnya, dan perekonomian pada umumnya. Tanya : Apakah audit internal merupakan salah satu faktor terwujudnya Good

Corporate Governance ?

Jawab : Terwujudnya Good Corporate Governance karena adanya peran audit internal. Di Indonesia, memang fungsi audit internal sering dilihat sebagai penambahan beban bagi perusahaan. Sedangkan di negara lain, keberadaan fungsi audit internal dianggap sangat penting, antara lain terlihat adanya peraturan dari beberapa Bursa Efek yang mengharuskan agar perusahaan yang terdaftar harus memiliki fungsi audit internal, baik secara in-house maupun outsource, serta munculnya Sarbanes Oxley di Amerika yang mengharuskan manajemen untuk memastikan efektivitas dari pengendalian internalnya. Dengan demikian, fungsi audit internal merupakan salah satu faktor terpenting dalam upaya mewujudkan Good Corporate Governance.

Tanya : Sejauh mana tanggung audit internal PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang dalam mewujudkan Good Corporate Governance ?

Jawab : Pelaksanaan tanggung jawab audit internal atau yang lebih sering disebut sebagai Satuan Pengawas Internal PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang dalam membantu meningkatkan implementasi Good Corporate Governance telah dilakukan secara efektif. Hal ini disebabkan Satuan Pengawas Internal PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang telah mengikuti Peraturan Bank Indonesia No. 1/6/PBI/1999.

Tanya : Bagaimana cara menerapkan konsep Good Corporate Governance pada PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang ?


(5)

Jawab : Sebagai suatu unit usaha dari Bank DKI, maka penerapan Good Corporate Governance pada PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang mengacu kepada penerapan Good Corporate Governance pada Bank DKI. Dalam hal ini, Bank DKI telah berusaha semaksimal mungkin untuk menerapkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance secara baik dan benar. Komitmen tersebut dituangkan dalam slogan yang diciptakan untuk memudahkan karyawan dalam menerapkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance dalam kegiatan sehari-hari. Slogan Bank DKI untuk penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance dikenal dengan istilah TARIF.

Tanya : Prinsip-prinsip Good Corporate Governance apa saja yang dapat diterapkan oleh PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang ?

Jawab : PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang berusaha mewujudkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance. Prinsip-prinsip yang menjadi landasan bagi terciptanya Good Corporate Governance pada dasarnya berpijak pada lima pilar utama yaitu transparansi, akuntabilitas, responsibility, independensi dan fairness.

Tanya : Bagaimana pedoman pokok pelaksanaan prinsip Good Corporate Governance pada PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang ? Jawab : Pedoman pokok pelaksanaan prinsip Good Corporate Governance pada

PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang adalah mencakup hal-hal yaitu landasan hukum, hak pemegang saham dan fungsi pokok kepemilikan perusahaan, perlakuan adil terhadap pemilik saham, peran stakeholders dalam penerapan Good Corporate Governance, prinsip transparansi dalam pengungkapan informasi mengenai perusahaan dan tanggung jawab manajemen perusahaan yang harus berpedoman pada pelaksanaan prinsip Good Corporate Governance.

Tanya : Sejauh mana fungsi dan peran audit internal dalam mewujudkan Good Corporate Governance pada PT. Bank Syari’ah Cabang Tanah Abang ? Jawab : Jujur secara pribadi saya mengatakan bahwa audit internal memiliki

peranan yang sangat vital dalam upaya mewujudkan Good Corporate Governance pada PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang. Tanpa adanya peranan audit internal, mustahil PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang dapat mewujudkan Good Corporate Governance.

Jakarta, 29 September 2008

Yang mewawancarai Yang diwawancarai

Ahmad Busyaeri Adi Sukmanto


(6)