Tinjauan Atas Good Corporate Governance Di Indonesia

(1)

TINJAUAN ATAS GOOD CORPORATE

GOVERNANCE DI INDONESIA

Pidat o Pengukuhan

Jabat an Guru Besar Tet ap

dalam Bidang Ilmu Akunt ansi Manaj emen pada Fakult as Ekonomi,

diucapkan di hadapan Rapat Terbuka Universit as Sumat era Ut ara

Gelanggang Mahasiswa, Kampus USU, 17 Desember 2005

Oleh:

AZHAR MAKSUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

Yang terhormat,

Bapak Ment eri Pendidikan Nasional Republ ik Indonesia, Bapak Ket ua dan Bapak/ Ibu Anggot a Maj el is Wal i Amanat Universit as Sumat era Ut ara,

Bapak Ket ua dan Bapak/ Ibu Anggot a Senat Akademik Universit as Sumat era Ut ara,

Bapak Ket ua dan Anggot a Dewan Guru Besar Universit as Sumat era Ut ara, Bapak Rekt or Universit as Sumat era Ut ara,

Bapak/ Ibu Pembant u Rekt or Universit as Sumat era Ut ara,

Para Dekan, Ket ua Lembaga dan Unit Kerj a, Dosen, dan Karyawan di l ingkungan Universit as Sumat era Ut ara,

Bapak dan Ibu para undangan, kel uarga, t eman sej awat , mahasiswa, dan hadirin yang saya mul iakan.

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Pert ama sekali saya ingin mengaj ak kit a semua unt uk memanj at kan puj i dan syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, Mahaperkasa, Mahaadil, Mahabij aksana, Maha Menget ahui, Pencipt a dan Penguasa Seluruh Alam sert a Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang at as nikmat dan karunia yang dilimpahkan kepada kit a semua, khususnya saya sekeluarga yang pada hari ini berkesempat an unt uk dikukuhkan sebagai Guru Besar Tet ap dalam bidang Ilmu Akunt ansi Manaj emen pada Fakult as Ekonomi Universit as Sumat era Ut ara. Teriring salawat dan salam kepada j unj ungan Nabi Besar Muhammad SAW besert a sahabat dan keluarganya.

Kemudian, izinkan saya unt uk menyampaikan rasa t erima kasih dan penghargaan yang t inggi kepada para hadirin sekalian yang t elah meringankan langkah menghadiri upacara pengukuhan pada hari ini.

At as izin dan ridho-Nya perkenankan saya membacakan kepada Bapak/ Ibu hadirin sekalian pidat o ilmiah saya yang berj udul:


(3)

1. Pendahuluan

Krisis keuangan yang melanda kawasan Asia di sekit ar t ahun 1997-1998, di mana Indonesia t ermasuk di dalamnya t elah dirasakan amat memberat kan kehidupan bagi semua kalangan. Kesulit an it u t idak hanya dirasakan oleh rakyat miskin yang j umlahnya semakin bert ambah dengan krisis t ersebut , kalangan pelaku usaha pun j uga t idak t erkecuali ikut merasakannya. Bagi negara kit a, krisis ini kemudian diperburuk lagi dengan krisis polit ik dengan puncaknya berupa kej at uhan pemerint ahan Soehart o di t ahun 1998 sehingga pada akhirnya merusak perekonomian Indonesia. Pada saat it u negara kit a bukan lagi hanya sekedar mengalami krisis keuangan, melainkan t elah meluas menj adi krisis ekonomi. Hal ini dit andai dengan menciut nya produk domest ik brut o (GDP) pada t ahun 1998 it u menj adi minus 13,68 persen dibandingkan dengan 4,65 persen di t ahun 1997, begit u j uga dengan laj u inflasi yang naik menj adi 77,63 persen pada t ahun it u dibandingkan dengan hanya 11,05 persen di t ahun sebelumnya (Siamat , 2004). Nilai t ukar rupiah t erhadap dolar Amerika Serikat j uga mengalami penurunan menj adi sekit ar Rp15.000 (Zhuang dkk. 2001), dan t ingkat pert umbuhan ekonomi yang mencapai t it ik paling rendah sej ak masa pemerint ahan Soehart o, yakni sebesar minus 13 persen (Kompas 2002).

Ungkapan Doroj at un Kunt j oro Dj akt i yang berbunyi: “ Tidak ada negara yang kuat t anpa dunia usaha yang kuat ” kiranya t erbukt i dengan adanya krisis ekonomi yang t elah disinggung di at as. Sebagaimana dikemukakan oleh Baird (2000) bahwa salah sat u akar penyebab t imbulnya krisis ekonomi di Indonesia dan j uga di berbagai negara Asia lainnya adalah buruknya pelaksanaan

corporat e governance (t at a kelola perusahaan) di hampir semua perusahaan

yang ada, baik perusahaan yang dimiliki pemerint ah (BUMN) maupun yang dimiliki pihak swast a. Dengan buruknya pelaksanaan corporat e governance, maka t ingkat kepercayaan para pemilik modal menj adi t urun karena invest asi yang mereka lakukan menj adi t idak aman. Hal ini t ent u akan diikut i dengan t indakan penarikan at as invest asi yang sudah dit anamkan, sement ara invest or baru j uga enggan unt uk melakukan invest asi. Hasil survai bersama


(4)

Pricewat erhouse Coopers, Invest ment Management Associat ion of Singapore

dan Corporat e Governance & Financial Report ing Cent er bulan Mei t ahun 2005 menunj ukkan bahwa 81% inst it ut ional invest ors yang disurvai t ert arik berinvest asi di Singapura dikarenakan baiknya aplikasi corporat e governance-nya. Keengganan ini t ent u akan menimbulkan kesulit an keuangan perusahaan, sehingga akt ivit asnya j adi menurun dan dalam t ahapan selanj ut nya mengakibat kan lambat nya perput aran roda ekonomi secara keseluruhan. Salah sat u indikat or keengganan invest or berinvest asi di Indonesia dapat dilihat dari perkembangan Foreign Direct Invest ment (FDI) index periode 1988-1990 dan periode 1998-2000 sebagai berikut .

Tabel 1.

FDI Index dari beberapa negara di Asia

Negara FDI Index 1988-1990 FDI Index 1998-2000

Cina Hongkong Indonesia Jepang Korea Malaysia Filipina Singapura Taiwan Thailand 0.8 5.9 0.5 0.0 0.4 2.6 1.0 13.5 0.9 1.5 0.9 10.6 -0.4 0.2 0.6 1.0 0.3 3.3 0.4 0.5 Sumber: Worl d Invest ment Report 2001.

Dari t abel di at as t erlihat bahwa t elah t erj adi penurunan angka indeks yang cukup signifikan selama periode 1998-2000. Meskipun beberapa negara Asia yang lain j uga ikut mengalami penurunan, sepert i Malaysia dan Filipina, namun penurunan yang mereka alami t idak separah negara kit a yang sampai mencapai angka di bawah nol.

Unt uk mengat asi hal ini, salah sat u langkah pent ing yang harus diambil adalah memperbaiki implement asi corporat e governance. Secara sederhana


(5)

mengendalikan perusahaan unt uk mencipt akan nilai t ambah (val ue added) unt uk semua st akehol ders (Sulist yant o & Wibisono 2003). Beberapa negara Asia yang j uga ikut dilanda krisis keuangan di t ahun 1997-1998 it u, misalnya Korea dan Malaysia t elah mengalami pemulihan ekonominya (economy

recovery), sement ara negara kit a belum mengalami pemulihan yang berart i,

bahkan mungkin dapat dikat akan bahwa “ krisis belum berlalu” (Alij oyo dan Zaini 2004). Hal ini t erut ama disebabkan oleh kondisi pelaksanaan corporat e

governance sebagaimana t elah disinggung di at as di mana negara kit a

t ermasuk dalam kelompok yang t erburuk.

Tulisan ini bermaksud membahas mengenai konsep corporat e

governance, baik yang berkait an dengan t uj uan, manfaat , prinsip dan

elemen-elemennya maupun mengenai kait annya dengan peningkat an kinerj a perusahaan dan daya saing sert a pengaruhnya t erhadap perekonomian negara. Tulisan ini j uga akan mencoba menyinggung bagaimana peran akunt an dalam menyukseskan implement asi corporat e governance sert a bagaimana harapan pelaksanaannya di Indonesia.

2. Konsep dan Manfaat Good Corporat e Governance

Meskipun konsep corporat e governance it u t elah muncul bersamaan dengan t imbulnya konsep mengenai korporasi, namun sebahagian besar ahli (ant ara lain Tj ager dkk. 2003; Alij oyo dan Zaini 2004) berpendapat bahwa konsep ini belum t ersosialisasi dengan baik sehingga belum t erdapat pemahaman yang benar dan mendalam dan begit u j uga manf aat nya, maka dirasa perlu unt uk membahas secara singkat mengenai konsepsi dan manfaat nya. Selain it u masih banyak perusahaan, yang meskipun sudah beroperasi di pasar modal, menganggap bahwa good corporat e governance it u hanya sebagai aksesoris belaka dan bukannya sebagai suat u kebut uhan mendasarkan guna mencapai sukses dalam menj alankan roda bisnisnya.


(6)

2.1. Konsepsi dan Pengertian

Terdapat berbagai definisi yang dikemukakan oleh para ahli maupun lembaga-lembaga yang sangat concern pada isu ini, sehingga t idak t erdapat sat u definisi t unggal yang bert erima (Solomon & Solomon 2004). Hasil survai yang dilakukan Solomon dkk. (2000) menunj ukkan bahwa definisi yang diberikan oleh Parkinson (1994) yang paling banyak dit erima menyat akan bahwa corporat e governance adalah proses supervisi dan pengendalian yang dimaksudkan unt uk meyakinkan bahwa manaj emen perusahaan bert indak sej alan dengan kepent ingan para pemegang saham (sharehol ders). Cadbury

Commit t ee (1992) mengemukakan bahwa corporat e governance diart ikan

sebagai sist em yang berfungsi unt uk mengarahkan dan mengendalikan perusahaan. Sement ara Forum of Corporat e Governance f or Indonesia-FCGI (2001) mengemukakan bahwa corporat e governance adalah seperangkat perat uran yang mengat ur hubungan (dengan kat a lain sebagai sist em yang mengendalikan perusahaan) ant ara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kredit ur, pemerint ah, karyawan sert a pemegang kepent ingan int ernal dan ekst ernal lainnya yang berkait an dengan hak-hak dan kewaj iban mereka.

Dari beberapa definisi yang dikemukakan di at as dapat disimpulkan bahwa corporat e governance it u adalah suat u sist em yang dibangun unt uk mengarahkan dan mengendalikan perusahaan sehingga t ercipt a t at a hubungan yang baik, adil dan t ransparan di ant ara berbagai pihak yang t erkait dan memiliki kepent ingan (st akehol der) dalam perusahaan. Pihak-pihak t erkait dimaksud t erdiri at as pihak int ernal yang bert ugas mengelola perusahaan dan pihak ekst ernal yang meliput i pemegang saham, kredit ur dan lain-lain. Idealnya pihak int ernal yang mungkin t erdiri dari direkt ur, para pekerj a dan manaj emen akan menerima gaj i dan imbalan lainnya dalam j umlah yang waj ar; sement ara para pemegang saham seharusnya menerima pengembalian (ret urn) at as modal yang mereka invest asikan. Kredit ur akan memperoleh pelunasan at as pinj aman yang mereka berikan besert a bunganya; begit u j uga halnya dengan pelanggan, mereka akan dapat memperoleh barang at aupun j asa yang dit awarkan perusahaan dengan harga yang waj ar dan sebanding


(7)

dengan uang yang mereka korbankan saat membeli; pemasok akan menerima pembayaran at as barang at au j asa yang mereka serahkan kepada perusahaan dan bahkan masyarakat sekit arnya pun diharapkan akan memperoleh kont ribusi sosial at au bent uk-bent uk manf aat yang lainnya. Tat a hubungan yang sedemikian it ulah yang ingin diwuj udkan oleh corporat e governance.

Sebenarnya konsep corporat e governance bukanlah sesuat u yang baru, karena konsep ini t elah ada dan berkembang sej ak konsep korporasi mulai diperkenalkan di Inggeris di sekit ar pert engahan abad XIX (Solomon & Solomon, 2004). Teori korporasi pert ama yang dikat akan sebagai t eori induk dari berbagai t eori mengenai korporasi adalah Equit y Theory. Teori ini kemudian menurunkan berbagai t eori lainnya, ant ara Ent it y Theory yang kemudian menurunkan pula Agency Theory yang menj elaskan bagaimana hubungan kont rakt ual ant ara pihak pemilik perusahaan (principal ) yang mendelegasikan pengambilan keput usan t ert ent u guna meningkat kan kesej aht eraannya dengan pihak manaj emen/ pengelola (agent ) yang menerima pendelegasian t ersebut . Agency Theory inilah yang kemudian memberikan landasan model t eorit is yang sangat berpengaruh t erhadap konsep good

corporat e governance di berbagai perusahaan di seluruh dunia. Kemudian

konsep ini menj adi sangat populer dan bahkan dapat dikat akan t elah menj adi isu sent ral bagi kalangan pelaku usaha, pemerint ah dan j uga pihak-pihak lainnya.

2.2. Corporate Governance Code

Konsep ini dirasakan menj adi sangat pent ing t erut ama dengan semakin berkembang dan mengglobalnya bursa efek di sekit ar t ahun 1990-an. Kemudian konsep ini berkembang menj adi masalah yang sangat hangat dan menarik unt uk dibicarakan sej ak t erj adinya perist iwa pent ing dalam dunia ekonomi dan bisnis, ant ara lain perist iwa krisis keuangan di Asia di t ahun 1997-1998. Khusus bagi kalangan negara maj u t erut ama Amerika Serikat dan negara-negara Eropa, konsep corporat e governance kembali menj adi isu hangat t erut ama dengan t erj adinya perist iwa bangkrut nya Enron Corporat ion (sat u dari 10 perusahaan t erbesar di Amerika) di t ahun 2001. Kepopuleran


(8)

konsep corporat e governance ini di seluruh dunia didorong pula oleh banyak dan kuat nya desakan dari berbagai pihak agar menerapkan konsep t ersebut . Pihak-pihak t ersebut t erut ama t erdiri at as media massa, inst it ut ional

invest ors, dan NGOs (Non-Government al Organizat ions).

Desakan-desakan t ersebut kemudian diwuj udkan dengan berbagai bent uk pert emuan dan diskusi (roundt abl e discussions) di ant ara pihak-pihak t ersebut di at as dengan para pelaku bisnis. Akt ivit as-akt ivit as sepert i ini yang t elah dimulai sej ak awal t ahun 1990-an akhirnya t elah berhasil merumuskan konsep dan pedoman-pedoman pelaksanaan corporat e governance (dikenal sebagai

corporat e governance code), baik pedoman yang berlaku secara nasional

maupun yang dirumuskan oleh organisasi int ernasional. Perkembangan pedoman-pedoman ini sampai dengan t erbent uknya pedoman di Indonesia dapat dilihat dalam gambar di bawah ini.

UK USA S. Africa Asia

Sumber: Alij oyo & Zaini (2004).

1992 2001 Indonesia Code (2001) OECD Principles (1999) Hongkong Rules (1999) Malaysian Code (1999) Thai Code (1998) Singapore Rules (1998) Blue Ribbon (1998) Japan Code (1998) Bosch (1995) King (1994) Dey (1994) Coso (1992) Cadbury (1992) Gambar 1.


(9)

2.2. Manfaat Good Corporate Governance

Kasus bangkrut nya perusahaan Enron Corporat ion di Amerika Serikat t elah memberikan pelaj aran pent ing t erut ama bagi para pelaku bisnis unt uk lebih berhat i-hat i dalam melakukan invest asi. Bent uk kehat i-hat ian yang dimaksud digambarkan dengan dimasukkannya syarat -syarat pelaksanaan

corporat e governance pada perusahaan-perusahaan yang didanai oleh

lembaga-lembaga keuangan berskala besar, sepert i CaIPERS. Begit u j uga, dana-dana int ernasional t idak diizinkan unt uk diinvest asikan ke negara-negara yang st andar corporat e governance nya rendah. Dengan penerapan corporat e

governance, t idak hanya kepent ingan para invest or saj a yang dilindungi,

melainkan j uga akan dapat mendat angkan banyak manf aat dan keunt ungan bagi perusahaan t erkait dan j uga pihak-pihak lain yang mempunyai hubungan langsung maupun t idak langsung dengan perusahaan.

Berbagai keunt ungan yang diperoleh dengan penerapan corporat e

governance dapat disebut ant ara lain:

1) Dengan good corporat e governance proses pengambilan keput usan akan berlangsung secara lebih baik sehingga akan menghasilkan keput usan yang opt imal, dapat meningkat kan efisiensi sert a t ercipt anya budaya kerj a yang lebih sehat . Ket iga hal ini j elas akan sangat berpengaruh posit if t erhadap kinerj a perusahaan, sehingga kinerj a perusahaan akan mengalami peningkat an. Berbagai penelit ian t elah membukt ikan secara empiris bahwa penerapan good corporat e governance akan mempengaruhi kinerj a perusahaan secara posit if (Sakai dan Asaoka 2003; Jang Black dan Kim 2003).

2) Good corporat e governance akan memungkinkan dihindarinya at au sekurang-kurangnya dapat diminimalkannya t indakan penyalahgunaan wewenang oleh pihak direksi dalam pengelolaan perusahaan. Hal ini t ent u akan menekan kemungkinan kerugian bagi perusahaan maupun pihak berkepent ingan lainnya sebagai akibat t indakan t ersebut . Cht ourou dkk (2001) menyat akan bahwa penerapan prinsip-prinsip corporat e governance yang konsist en akan menghalangi kemungkinan dilakukannya rekayasa


(10)

kinerj a (earnings management ) yang mengakibat kan nilai f undament al perusahaan t idak t ergambar dalam laporan keuangannya.

3) Nilai perusahaan di mat a invest or akan meningkat sebagai akibat dari meningkat nya kepercayaan mereka kepada pengelolaan perusahaan t empat mereka berinvest asi. Peningkat an kepercayaan invest or kepada perusahaan akan dapat memudahkan perusahaan mengakses t ambahan dana yang diperlukan unt uk berbagai keperluan perusahaan, t erut ama unt uk t uj uan ekspansi. Hasil penelit ian yang dilakukan oleh McKinsey & Company (2002) membukt ikan bahwa lebih dari 70% invest or inst it usional bersedia membayar lebih (mencapai 26 – 30% lebih mahal) saham perusahaan yang menerapkan corporat e governance dengan baik dibandingkan dengan perusahaan yang penerapannya meragukan.

4) Bagi para pemegang saham, dengan peningkat an kinerj a sebagaimana disebut pada poin 1, dengan sendirinya j uga akan menaikkan nilai saham mereka dan j uga nilai dividen yang akan mereka t erima. Bagi negara, hal ini j uga akan menaikkan j umlah paj ak yang akan dibayarkan oleh perusahaan yang berart i akan t erj adi peningkat an penerimaan negara dari sekt or paj ak. Apalagi bila perusahaan yang bersangkut an berbent uk perusahaan BUMN, maka peningkat an kinerj a t adi j uga akan dapat meningkat kan penerimaan negara dari pembagian laba BUMN.

5) Karena dalam prakt ik good corporat e governance karyawan dit empat kan sebagai salah sat u st akehol der yang seharusnya dikelola dengan baik oleh perusahaan, maka mot ivasi dan kepuasan kerj a karyawan j uga diperkirakan akan meningkat . Peningkat an ini dalam t ahapan selanj ut nya t ent u akan dapat pula meningkat kan produkt ivit as dan rasa memiliki (sense of

bel onging) t erhadap perusahaan.

6) Dengan baiknya pelaksanaan corporat e governance, maka t ingkat kepercayaan para st akehol ders kepada perusahaan akan meningkat sehingga cit ra posit if perusahaan akan naik. Hal ini t ent u saj a akan dapat menekan biaya (cost ) yang t imbul sebagai akibat t unt ut an para


(11)

7) Penerapan corporat e governance yang konsist en j uga akan meningkat kan kualit as laporan keuangan perusahaan. Manaj emen akan cenderung unt uk t idak melakukan rekayasa t erhadap laporan keuangan, karena adanya kewaj iban unt uk memat uhi berbagai at uran dan prinsip akunt ansi yang berlaku dan penyaj ian informasi secara t ransparan. Hasil penelit ian Beasley dkk. (1996) dan Abbot t dkk. (2000) menunj ukkan bahwa penerapan

corporat e governance dapat meningkat kan kualit as laporan keuangan.

Dengan berbagai manfaat dan keunt ungan yang dapat diberikan oleh penerapan good corporat e governance sebagaimana disebut kan di at as, waj ar kiranya semua st akehol ders t erut ama para pelaku usaha di Indonesia menyadari bet apa pent ingnya konsep ini bagi pemulihan kondisi usaha dan sekaligus t ent unya pemulihan kondisi ekonomi kit a secara nasional. Meskipun t elah banyak upaya ke arah it u yang dilakukan, baik oleh pihak pemerint ah sendiri, organisasi-organisasi NGOs sert a para pelaku usaha, namun amat disayangkan hingga saat ini penerapan konsep corporat e governance it u masih hanya sebat as mengikut i t rend yang berkembang dan guna menunj ukkan kepat uhan (conf ormance) at as ket ent uan yang dit et apkan oleh berbagai inst it usi pemberi dana dan pemerint ah. Seharusnya para pelaku usaha memandang dan menyadari bahwa good corporat e governance merupakan suat u kebut uhan yang harus dipenuhi agar mereka dapat mencapai pert umbuhan yang berkualit as dan berkesinambungan.

3. Prinsip-Prinsip Corporat e Governance

Meskipun konsep corporat e governance t elah muncul bersamaan dengan konsep korporasi, namun kesadaran t erhadap pent ingnya konsep ini baru berkembang secara cepat dalam t ahun-t ahun yang belakangan ini. Di awal t ahun 1990an di Amerika Serikat mulai muncul berbagai inisiat if guna merealisasikan dan mengembangkan konsep ini yang dit andai dengan dipublikasikannya berbagai prinsip good corporat e governance oleh

Organizat ion f or Economic Cooperat ion and Devel opment (OECD) dan diikut i


(12)

Prinsip-prinsip dimaksud t erdiri dari: Fairness, Transparency,

Account abil it y, dan Responsibil it y. Alinea-alinea berikut ini akan membahas

prinsip-prinsip dimaksud, apa t uj uan dan sasarannya dan langkah-langkah yang harus diambil guna mengaplikasikannya.

3.1. Fairness (Kewajaran/ Keadilan)

Prinsip ‘ Keadilan at au Kewaj aran’ ini dapat diart ikan sebagai upaya dan t indakan yang t idak membeda-bedakan semua pihak yang berkepent ingan (st akehol ders) t erhadap organisasi at au perusahaan t erkait . Dengan konsep korporasi, maka t erdapat pemisahan ant ara pemegang saham at au pemilik dan manaj emen yang bert indak sebagai pengelola perusahaan (dalam Agency

Theory, pihak pert ama disebut sebagai Principal , sedang pihak kedua disebut Agent ). Manaj emen bert ugas unt uk mengelola perusahaan guna meningkat kan

kesej aht eraan para pemilik perusahaan. Namun sej alan dengan sifat -sif at manusia, manaj emen mungkin saj a bert indak ke arah yang lebih mengut amakan kepent ingannya dibandingkan dengan kepent ingan para pemegang saham. Selanj ut nya dengan berkembangnya pasar modal di dunia, akhirnya muncul para pemegang saham yang hanya memiliki sej umlah kecil saham di dalam perusahaan (disebut pemegang saham minorit as) dan pemegang saham asing yang secara ot omat is memiliki akses dan kekuat an yang lebih kecil dibandingkan dengan kelompok yang mayorit as. Prinsip

f airness ini harus menj amin adanya perlakuan yang set ara (adil) t erhadap

semua pihak t erkait , t erut ama para pemegang saham minorit as maupun asing. Unt uk dapat t erlaksananya prinsip ini diperlukan ket ersediaan perat uran yang melindungi kepent ingan para pemegang saham minorit as dan asing, membuat pedoman perilaku perusahaan dan at au kebij akan-kebij akan yang melindungi korporasi t erhadap perlakuan buruk orang dalam (Tj ager dkk. 2003). Penet apan t anggung j awab dewan komisaris, direksi, kehadiran komisaris independen dan komit e audit , sert a penyaj ian informasi (t erut ama laporan keuangan) dengan pengungkapan penuh merupakan perwuj udan dari prinsip keadilan/ kewaj aran ini.


(13)

3.2. Transparency (Transparansi)

Keput usan Ment eri Negara BUMN t ahun 2002 mengart ikan t ransparansi sebagai ket erbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keput usan dan ket erbukaan dalam mengemukakan informasi mat eriil dan relevan mengenai perusahaan. Jadi dalam prinsip ini, para pemegang saham haruslah diberi kesempat an unt uk berperan dalam pengambilan keput usan at as perubahan-perubahan mendasar dalam perusahaan dan dapat memperoleh informasi yang benar, akurat , dan t epat wakt u mengenai perusahaan. Secara sederhana dapat dikat akan bahwa prinsip ini t idak menghendaki berbagai pihak yang berkepent ingan menj adi t ersesat kan at au t idak akan membuat kesimpulan at au keput usan yang salah mengenai perusahaan.

Dalam prakt ik, perusahaan seharusnya berkewaj iban mengungkapkan berbagai t ransaksi pent ing yang berkait an dengan perusahaan, sepert i kont rak kerj a yang bernilai t inggi dengan perusahaan lain, risiko-risiko yang dihadapi dan rencana/ kebij akan perusahaan yang akan dij alankan. Selain it u, perusahaan seharusnya j uga berkepent ingan unt uk menyampaikan kepada semua pihak t erkait informasi mengenai st rukt ur kepemilikan perusahaan sert a perubahan-perubahan yang t erj adi. Para pemain pasar modal t ent u akan bereaksi secara negat if bila mereka menilai bahwa t ingkat t ransparansi ini rendah dan begit u pula sebaliknya. Oleh sebab it u konsep good corporat e

governance harus menj amin pengungkapan yang cukup, akurat dan t epat

wakt u t erhadap seluruh kej adian pent ing yang berhubungan dengan perusahaan t ermasuk di dalamnya mengenai kondisi keuangan, kinerj a, st rukt ur kepemilikan dan pengat uran perusahaan.

3.3. Account abilit y (Akuntabilitas)

Akunt abilit as dapat diart ikan sebagai kej elasan fungsi, pelaksanaan, dan pert anggungj awaban organ sehingga pengelolaan perusahaan t erlaksana secara efekt if. OECD menyat akan bahwa prinsip ini berhubungan dengan t ersedianya sist em yang mengendalikan hubungan ant ara organ-organ yang ada dalam perusahaan. Selanj ut nya prinsip akunt abilit as ini dapat dit erapkan dengan mendorong agar seluruh organ perusahaan menyadari t anggung j awab,


(14)

wewenang, hak, dan kewaj iban mereka masing-masing. Corporat e governance harus menj amin perlindungan kepada pemegang saham khususnya pemegang saham minorit as dan asing sert a pembat asan kekuasaan yang j elas di j aj aran direksi.

Realisasi dari prinsip ini dapat berupa pendirian dan pengembangan komit e audit yang dapat mendukung t erlaksananya f ungsi pengawasan dewan komisaris, j uga perumusan yang j elas t erhadap fungsi audit int ernal. Khusus unt uk bidang akunt ansi, penyiapan laporan keuangan yang sesuai dengan st andar akunt ansi yang berlaku sert a dit erbit kan t epat wakt u j uga j elas merupakan perwuj udan dari prinsip akunt abilit as ini.

3.4. Responsibilit y (Pertanggungjawaban)

OECD menyat akan bahwa prinsip t anggung j awab ini menekankan pada adanya sist em yang j elas unt uk mengat ur mekanisme pert anggungj awaban perusahaan kepada sharehol der dan st akehol der. Hal ini dimaksudkan agar t uj uan yang hendak dicapai dalam good corporat e governance dapat direalisasikan, yait u unt uk mengakomodasikan kepent ingan dari berbagai pihak yang berkait an dengan perusahaan sepert i masyarakat , pemerint ah, asosiasi bisnis, dan sebagainya.

Prinsip t anggung j awab ini j uga berhubungan dengan kewaj iban perusahaan unt uk memat uhi semua perat uran dan hukum yang berlaku, t ermasuk j uga prinsip-prinsip yang mengat ur t ent ang penyusunan dan penyampaian laporan keuangan perusahaan. Set iap perat uran dan ket ent uan hukum yang berlaku t ent u akan diikut i dengan sangsi yang j elas dan t egas. Selain it u j uga harus diingat bahwa ket ent uan yang dibuat t ent u ant ara lain bert uj uan agar kepent ingan pihak t ert ent u t erut ama masyarakat t idak dirugikan. Oleh karena it u kepat uhan t erhadap ket ent uan yang berlaku akan dapat menghindarkan perusahaan dari sangsi hukum sebagaimana diat ur dalam perat uran t erkait , dan j uga sangsi moral dari masyarakat .

Keempat prinsip sebagaimana diuraikan di at as, kemudian dij abarkan ke dalam lima aspek ut ama yang t erdiri dari: 1) Hak-hak pemegang saham; 2) Perlakuan yang merat a (sama) t erhadap para pemegang saham; 3) Peranan


(15)

pemegang saham yang harus diakui; 4) Pengungkapan yang akurat dan t epat wakt u; dan 5) Tanggung j awab dewan. Secara keseluruhan t erdapat berbagai pihak yang t erkait dalam pelaksanaan good corporat e governance yang t erdiri dari pemegang saham, invest or, karyawan, dan manaj er, pemasok dan rekanan bisnisnya, masyarakat set empat , pemerint ah, inst it usi bisnis, media, akademisi, dan pesaingnya. Masing-masing pihak ini t ent u memainkan peran-peran t ert ent u dalam aplikasi corporat e governance. Dalam hal ini perusahaan harus mampu mengakomodasikan kepent ingan para pihak (st akehol der ) t ersebut . Dengan t wo t iers syst em yang dianut oleh sist em korporasi di Indonesia, maka peranan para pemegang saham akan dilaksanakan oleh dewan komisaris yang menj alankan fungsi pengendalian.

Menurut Keput usan Ment eri Badan Usaha Milik Negara Nomor: KEP-117/ M-MBU/ 2002 bahwa di samping keempat prinsip di at as, masih ada sat u prinsip t ambahan lagi, yait u prinsip Kemandirian (Independence). Prinsip ini diart ikan sebagai suat u keadaan di mana perusahaan dikelola secara profesional t anpa bent uran kepent ingan dan pengaruh/ t ekanan dari pihak manapun yang t idak sesuai dengan perat uran perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat . Penulis berpendapat bahwa prinsip ini sebenarnya sudah t ercakup dalam prinsip pert ama dan keempat di at as. Barangkali prinsip t ersebut lebih t erarah kepada perusahaan yang dimiliki oleh pemerint ah (BUMN).

4. Aplikasi Good Corporat e Governance di Indonesia

Sebagaimana t elah disinggung sebelumnya bahwa kondisi aplikasi

corporat e governance di Indonesia adalah buruk, bahkan disebut sebagai

kelompok negara yang t erburuk di Asia. Hasil survai t erakhir yang dipublikasikan oleh Asian Wal l St reet Journal t anggal 6 Mei t ahun 2003 (Alij oyo dan Zaini 2004) menunj ukkan bahwa dari 10 negara Asia yang ikut disurvai, Indonesia masih berada pada urut an yang ke 8. Rangking ini kelihat annya masih belum berbeda dari rangking yang dicapai dalam survai sebelumnya. Bagian ini akan membahas kondisi aplikasi corporat e governance


(16)

di Indonesia dan berbagai kendala yang mungkin t imbul dalam mengaplikasikan konsep t ersebut secara efekt if sert a alt ernat if solusi unt uk mengat asinya.

4.1. Kondisi Pra-Indonesian Code

Indonesia t elah dilanda krisis ekonomi di sekit ar t ahun 1997/ 1998, sement ara gerakan ke arah pembenahan kondisi corporat e governance baru dimulai di t ahun 1999 dengan t erbent uknya Komit e Nasional Kebij akan

Corporat e Governance (KNKCG at au NCCG). Namun momen pent ing yang amat

menent ukan perj alanan konsep corporat e governance di Indonesia lebih lanj ut baru t erj adi di t ahun 2001, yait u dengan t ersusunnya sebuah pedoman good

corporat e governance (Indonesian Code) oleh NCCG bersama para pelaku

bisnis. Kondisi prakt ik corporat e governance di Indonesia sebelum dan sesudah krisis ekonomi berlangsung sampai dengan pedoman t adi t erbent uk (April 2001) dapat dikat akan t idak j auh berbeda sama sekali.

Para pelaku bisnis di Indonesia dapat dikat egorikan ke dalam t iga kelompok, yait u BUMN, Swast a, dan Koperasi. BUMN merupakan kelompok pelaku bisnis yang pemilik modalnya adalah pemerint ah. Meskipun pemerint ah seharusnya hanya berperan sebagai regul at or, namun t erdapat berbagai alasan logis pembent ukan BUMN di Indonesia. Alasan-alasan t ersebut t erdiri dari: 1) unt uk wadah aset asing yang dinasionalisasi; 2) unt uk membangun indust ri yang dibut uhkan masyarakat t et api masyarakat sendiri (at au swast a) t idak mampu melaksanakannya; 3) unt uk membangun indust ri yang sangat st rat egis yang berkait an dengan keamanan negara (Nugroho dan Siahaan 2005). Menurut sej arahnya asal mula pembent ukan BUMN ini adalah ket ika diberlakukannya kebij akan nasionalisasi perusahaan-perusahaan milik Belanda yang beroperasi di Indonesia. BUMN ini bergerak di berbagai bidang usaha yang ada, sepert i perdagangan, perkebunan, pert ambangan, berbagai sekt or j asa (misalnya perbankan, t ransport asi laut , darat , dan udara sert a t elekomunikasi) dan usaha manufakt ur (misalnya perkapalan, pupuk, semen, indust ri senj at a, dan lain-lain). Di luar kelompok BUMN, masih ada kelompok


(17)

swast a, yait u perusahaan-perusahaan yang pemilik modalnya adalah pihak swast a dan j uga pelaku usaha yang berbent uk koperasi.

Di kelompok pelaku bisnis swast a sebagian besar perusahaan kit a adalah perusahaan keluarga (Solomon dan Solomon 2004) yang dengan demikian t ent u j uga dikendalikan oleh para anggot a keluarga. Meskipun dengan dibukanya pasar modal sebagian dari perusahaan-perusahaan t ersebut t elah menj ual sahamnya ke masyarakat umum, namun dominasi keluarga dalam kepemilikan saham ini masih t et ap bert ahan. Dengan demikian berbagai prinsip good corporat e governance sebagaimana disebut di at as menj adi sulit unt uk diaplikasikan secara efekt if. Misalnya perlindungan t erhadap pemegang saham minorit as dan asing menj adi kurang, dit unj uknya kalangan keluarga sebagai anggot a direksi yang selalu mengabaikan unsur profesionalisme, informasi menj adi t idak t ransparan dan sebagainya.

Lebih lanj ut para pelaku bisnis (pemilik perusahaan-perusahaan swast a besar, sering disebut konglomerat ) ini memiliki hubungan sangat erat dengan para pej abat pent ing di negara ini (Tj ager dkk. 2003) sehingga perusahaan-perusahaan t ersebut selalu mendapat perlakuan ist imewa dan perlindungan dari pemerint ah. Hal ini mengakibat kan t idak dipergunakannya konsep-konsep korporasi yang benar dalam menj alankan roda bisnisnya. Akibat nya pelaku usaha menj adi kurang profesional dan memiliki daya saing yang rendah. Hal ini t elah dibukt ikan dengan ambruknya para konglomerat ket ika t erj adinya krisis keuangan t ahun 1997-1998 yang berlanj ut menj adi krisis ekonomi yang berkepanj angan. Tanri Abeng menyat akan: “ Kedigj ayaan perekonomian yang dimot ori dan dipilari oleh para pengusaha swast araksasa alias konglomerat -yang kit a banggakan t iga t ahun silam-t idak ada art inya dalam menghadapi krisis” (Nugroho dan Siahaan 2005).

BUMN merupakan salah sat u pelaku bisnis yang mendominasi perekonomian kit a sej ak dilaksanakannya kebij akan nasionalisasi perusahaan milik Belanda oleh pemerint ah. Namun dominasi t ersebut kelihat annya hanya berlaku unt uk j umlah dan bidang usaha yang dimasuki, dan t idak dalam peranan dan fungsinya sebagai mot or penggerak ekonomi. Dalam t eori


(18)

pengert ian yang j elas sehingga BUMN sepert inya t idak memiliki pemilik sama sekali, maka BUMN dalam banyak hal beroperasi secara t idak efisien. Beberapa st udi t elah membukt ikan dan mendukung kesimpulan ini, sepert i st udi Hanke (1987), Mardj ana (1995). Begit u j uga halnya dengan t eori monopoli yang menyat akan bahwa BUMN dalam banyak kasus sering menerima

privel ege monopoli yang mengakibat kan sering t erj erumus menj adi t idak

efisien. Dengan t erperangkap dalam j ebakan inefisiensi ini, maka j elas bukan hanya daya saing yang lemah saj a yang melekat pada t ubuh BUMN, melainkan j uga rendahnya kinerj a yang dicapai.

Selain beroperasi secara inefisiensi, sudah menj adi rahasia umum pula bahwa BUMN kit a merupakan lembaga bisnis milik negara yang sudah lama t erj angkit virus KKN. Apalagi berbagai kepent ingan polit ik j uga ikut mengint ervensi perj alanan BUMN sehingga akhirnya mengganggu ruang gerak manaj emennya dalam menuj u efisiensi yang j elas merupakan unsur yang sangat pent ing dalam menghasilkan kinerj a yang t inggi dan daya saing yang kuat . Hal yang t idak j auh berbeda j uga t erj adi dengan koperasi yang sudah memiliki sej arah panj ang yang kurang enak unt uk didengar.

Dari gambaran t ent ang kondisi pelaku bisnis ini dapat disimpulkan bahwa kondisi aplikasi corporat e governance di era sebelum krisis ekonomi berlangsung adalah buruk. Hal ini j uga dapat diukur dari keberadaan elemen-elemen ut amanya yang sekurang-kurangnya t erdiri dari: ket ersediaan pedoman resmi (nat ional code) prakt ik good corporat e governance, eksist ensi komisaris independen (independent direct ors) dan eksist ensi komit e audit dalam perusahaan di sej umlah negara Asia (t ermasuk Indonesia). Kondisi t ersebut dapat dilihat dalam t abel di bawah ini.


(19)

Tabel 2.

Kondisi Corporat e Governance per Januari 1997

Country

Official Code of Best Practices

Mandatory Independent Directors

Mandatory Audit Committee

Cina

Hongkong YES YES India

Indonesia

Korea

Malaysia YES YES Filipina

Singapura YES YES Taiwan

Thailand

Sumber: Alij oyo dan Zaini (2004).

Dari t abel di at as t erlihat bahwa pada Januari 1997 (pada saat krisis mulai dan t ent unya j uga menggambarkan kondisi sebelum krisis t erj adi), Indonesia sama sekali belum memiliki pedoman at au st andar best pract ices of

good corporat e governance dan hal ini t ent u merupakan indikat or yang kuat

bahwa kondisi corporat e governance kit a buruk. Hal ini didukung pula dengan kenyat aan bahwa pada masa it u keberadaan komisaris independen dan j uga komit e audit belum menj adi suat u keharusan. Kondisi ini berlaku unt uk ket iga pelaku bisnis kit a yang ada.

Dengan kondisi sebagaimana t ergambar di at as, j elaslah bahwa para invest or yang profesional akan merasa enggan unt uk berinvest asi di Indonesia karena keamanan invest asinya t idak t erj amin. Berbagai survai t elah dilakukan unt uk melihat bagaimana kondisi implement asi corporat e governance pada ket ika it u. Salah sat u di ant aranya adalah survai yang dilakukan oleh

Pricewat erhouse Coopers di t ahun 1999 t erhadap invest or-invest or di Asia

yang dapat menggambarkan bagaimana implement asi corporat e governance di berbagai negara Asia. Dalam hasil survai it u t erlihat j elas bahwa negara kit a berada pada t ingkat an yang paling bawah.

Gambar di bawah ini memperlihat kan posisi berbagai negara Asia dan Aust ralia dalam penerapan corporat e governance menurut persepsi para invest or di Singapura.


(20)

Baik Buruk Gambar 2.

Hasil Penelitian Penerapan Standar Corporat e Governance di Beberapa Negara Asia dan Australia.

Selain buruknya kondisi prakt ik corporat e governance yang j elas memberikan kont ribusi t erbesar bagi t erj adi dan berlarut -larut nya krisis ekonomi kit a, berbagai kondisi dan fakt or lainnya j uga ikut memberikan kont ribusi yang cukup berart i. Fakt or-f akt or t ersebut ant ara lain dapat disebut kan, sepert i bank-bank yang dibebani dengan hut ang luar negeri yang t idak dihedge dalam j umlah yang cukup besar; pengalokasian kredit oleh bank-bank kepada perusahaan-perusahaan yang hanya memberikan perhat ian yang kecil kepada penyelesaian hut ang di masa depan; t ingkat keberlabaan usaha yang rendah; dan sebagainya.

4.2. Kondisi Pasca-Indonesian Code

Berbagai upaya dan langkah t elah dilakukan guna mengat asi krisis yang berlangsung. Sej umlah organisasi bisnis swast a dan LSM, sepert i The Indonesia

Net herl ands Associat ion and Transparency Int ernat ional t elah memulai inisit if

yang mendukung perbaikan t ransparansi dan corporat e governance. Begit u j uga halnya pada t ingkat birokrat , pemerint ah bersama-sama dengan berbagai inst it usi donor int ernasional, sepert i Int ernat ional Monet ary Fund (IMF),

Worl d Bank dan Asian Devel opment Bank (ADB) t elah mencoba merumuskan

berbagai upaya unt uk mereformasi good corporat e governance. Pada t anggal 19 Agust us 1999 Pemerint ah t elah membent uk Komit e Nasional Kebij akan


(21)

Corporat e Governance (KNKCG) at au Nat ional Commit t ee on Corporat e Governance (NCCG) yang bert ugas unt uk menggalakkan dan memant au

perkembangan reformasi good corporat e governance. NCCG ini memiliki 22 anggot a yang berasal dari kalangan profesi, sekt or publik dan sekt or swast a yang mewakili profesi hukum dan akunt an, bank, BUMN, perusahaan swast a, Bapepam, dan wakil pemerint ah.

Set elah melakukan beberapa kali pert emuan dan diskusi, akhirnya komit e ini berhasil merumuskan konsep (draf t ) t ent ang pedoman prakt ik good

corporat e governance (Code of Good Corporat e Governance). Pedoman yang

dit erbit kan dalam bulan Maret t ahun 2001 ini menunj uk secara j elas t iga belas bidang pent ing yang perlu diperbaharui (Tj ager dkk. 2003), yait u:

1) Hak dan t anggung j awab pemegang saham; 2) Fungsi, t ugas, dan kewaj iban dewan komisaris; 3) Fungsi, t ugas, dan kewaj iban dewan direksi;

4) Sist em audit , t ermasuk peran audit or ekst ernal dan komit e audit ; 5) Fungsi, t ugas, dan kewaj iban sekret aris perusahaan;

6) Hak st akehol ders dan akses kepada informasi yang relevan; 7) Ket erbukaan yang t epat wakt u dan akurat ;

8) Kewaj iban para komisaris dan direksi unt uk menj aga kerahasiaan; 9) Larangan penyalahgunaan informasi oleh orang dalam;

10) Et ika berusaha;

11) Ket idakpat ut an pemberian donasi polit ik;

12) Kepat uhan pada perat uran perundang-undangan t ent ang prot eksi kesehat an, keselamat an kerj a, dan pelest arian lingkungan;

13) Kesempat an kerj a yang sama bagi para karyawan.

Bukan hanya pada lingkungan birokrat saj a, di kalangan swast a pun j uga muncul berbagai inisiat if unt uk membant u upaya sosialiasi corporat e

governance ini. Hal ini dit andai dengan t erbent uknya beberapa organisasi

non-pemerint ah (NGO), sepert i Forum f or Corporat e Governance f or Indonesia

(FCGI), The Indonesian Inst it ut e f or Corporat e Governance (IICG), Corporat e Leadership Devel opment in Indonesia (CLDI), Indonesian Inst it ut e of Independent Commissioners (IIIC) dan Kadin (CG t ask f orce). Dari sudut ini


(22)

dapat dikat akan bahwa t elah t imbul kemauan dari berbagai pihak unt uk mengaplikasikan corporat e governance sebagai salah sat u solusi ut ama unt uk mengat asi krisis ekonomi yang t erj adi. Namun, amat lah disayangkan bahwa t ernyat a kemauan it u belum merupakan suat u kesadaran mendasar yang sepenuhnya benar. Sebagian besar kalangan pelaku bisnis (t ermasuk j uga kalangan birokrat ) masih menganggap bahwa corporat e governance merupakan sesuat u yang harus diikut i dan dij alankan sebagai wuj ud “ kepat uhan” kepada at uran yang ada, dan bukannya merupakan sesuat u yang memang diperlukan agar perusahaan dapat menghasilkan kinerj a yang opt imal secara berkelanj ut an sehingga roda kehidupan perusahaan dapat t erus berput ar (sust ainabl e).

Bila digunakan ukuran yang menunj ukkan eksist ensi aplikasi good

corporat e governance yang sekurang-kurangnya t erdiri dari ket ersediaan

pedoman resmi (nat ional code) prakt ik good corporat e governance, eksist ensi komisaris independen (independent direct ors), dan eksist ensi komit e audit , maka t elah t erj adi kemaj uan yang cukup berart i dalam pelaksanaan good

corporat e governance di Indonesia set elah t erbent uknya berbagai lembaga

dan pedoman pelaksanaan sebagaimana disebut di at as. Perkembangan t ersebut dapat dilihat dalam t abel berikut .

Tabel 3: Kondisi Corporat e Governance per Januari 2003

Country

Official Code of Best Practices

Mandatory Independent

Directors

Mandatory Audit Committee

Cina YES YES YES

Hongkong YES YES (NO)

India YES YES YES

Indonesia YES YES YES

Korea YES YES YES

Malaysia YES YES YES

Filippina YES YES YES Singapurs YES YES YES

Taiwan YES YES (NO)

Thailand YES YES YES


(23)

Dari t abel di at as t erlihat bahwa kondisi corporat e governance di Indonesia sudah sej aj ar dengan negara-negara Asia yang lain, baik negara yang kondisi corporat e governance-nya memang sudah baik sebelumnya, sepert i Hongkong, Malaysia, dan Singapura (lihat Tabel 2) maupun negara-negara yang kondisi sebelumnya masih buruk, sepert i Cina dan Thailand. Jadi, apabila dinilai dari sudut hal-hal yang bersifat mandat ory, t elah t erj adi kemaj uan yang cukup cepat dan berart i dalam reformasi corporat e

governance di Indonesia. Pemenuhan t erhadap hal-hal yang bersifat mandat ory secara fundament al belumlah menj amin adanya prakt ik yang

memuaskan. Kondisi inilah yang menggiring pada kesimpulan bahwa kesadaran akan pent ingnya prakt ik good corporat e governance bagi peningkat an kinerj a dan kesinambungan usaha yang berkualit as di Indonesia belum t ercapai.

Posisi perusahaan-perusahaan t erbaik Indonesia di kalangan negara Asia dalam penerapan good corporat e governance secara keseluruhan masih belum memuaskan dan masih t et ap di posisi yang rendah. Berdasarkan rangking yang diberikan oleh Finance Asia com Lt d. t ahun 2004, dari 100 perusahaan t erbaik di Asia dalam penerapan good corporat e governance, j umlah paling sedikit berasal dari Indonesia. Perbandingannya dapat dilihat dalam t abel di bawah ini.

Tabel 4.

Distribusi 100 perusahaan terbaik Asia dalam Penerapan Good Corporat e Governance Tahun 2004

No. Negara Jumlah Perusahaan Terbaik

Nama Perusahaan Terbaik dari masing-masing negara 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Korea Hongkong Taiwan China India Malaysia Singapura Thailand Indonesia 18 17 17 12 11 8 7 7 5

Samsung Elect ronics Sun Hung Kai Propert ies TSMC

CNOOC

Inf osys Technologies Public Bank

Singapore Telecommunicat ions Siam Cement s

Astra International


(24)

Bila dibandingkan dengan Cina dan India yang dalam survai sebelumnya (lihat Gambar 2) j uga berada dalam posisi yang sama (posisi paling buruk), dalam survai ini t elah mengalami peningkat an yang j auh lebih baik. Dari 100 perusahaan t erbaik t ersebut , 12 perusahaan berasal dari Cina, 11 perusahaan dari India, sement ara Indonesia hanya menyumbangkan 5 perusahaan saj a (5%). Perusahaan-perusahaan t ersebut : PT Telkom Indonesia Tbk., PT Bank Mandiri Tbk., PT Ast ra Int ernasional Tbk., PT Gudang Garam Tbk. dan PT Bank Cent ral Asia Tbk.

Unt uk memperoleh gambaran lebih lengkap berikut ini akan dibahas bagaimana kondisi t erbaru aplikasi good corporat e governance negara kit a dengan mengacu kepada prinsip-prinsip yang dij abarkan ke dalam lima aspek ut ama sebagaimana disinggung di bagian sebelumnya. Pembahasan didasarkan pada hasil evaluasi yang disiapkan oleh Worl d Bank bulan Maret t ahun 2005. 1) Aspek Hak-hak Pemegang Saham

Menyangkut t ent ang hak-hak dasar pemegang saham (basic sharehol der

right s) yang berkait an dengan hak pendaft aran kepemilikan, hak

ment ransfer saham, hak memperoleh informasi perusahaan secara rut in dan t epat wakt u, dan hak dalam pembagian dalam laba perusahaan dapat dinilai sudah memuaskan. Namun berkait an dengan hak berpart isipasi dalam RUPS dan hak unt uk ikut memilih anggot a dewan (dewan komisaris dan dewan direksi) t erdapat beberapa kondisi yang memerlukan perhat ian dan perbaikan di masa mendat ang. Meskipun sudah dit ent ukan bahwa semua pemegang saham berhak hadir dalam RUPS, namun dalam prakt ik para pemegang saham minorit as j arang sekali menghadirinya. Hal ini mungkin t erkait dengan UUPT yang belum ada mengat ur t ent ang kewaj iban perlakuan yang adil t erhadap pemegang saham minorit as. Dalam hal pemilihan anggot a dewan, hanya sej umlah kecil perusahaan t erdaft ar yang memiliki komit e nominasi unt uk pemilihan anggot a dewan komisaris dan dewan direksi dan dalam prakt iknya nominasi j ust ru dilakukan oleh manaj emen (at au pemegang saham pengendali, khususnya pada BUMN). Tidak ada mekanisme yang j elas bagi pemegang saham unt uk menominasikan anggot a dewan. Suara kumulat if (cumul at ive vot ing) yang


(25)

memungkinkan bagi pemegang saham minorit as menyalurkan suaranya unt uk menominasi anggot a dewan meskipun t idak dinyat akan dilarang t et api j uga t idak dinyat akan diizinkan. Hal ini menunj ukkan bahwa hak-hak pemegang saham minorit as masih belum diperhat ikan.

Berkait an dengan hak pemegang saham unt uk ikut sert a dalam keput usan-keput usan pent ing, misalnya dalam penambahan saham beredar at au t ransaksi yang dapat mengarah pada pengalihan kepemilikan perusahaan, kondisinya sudah cukup memuaskan. Keput usan unt uk hal-hal di at as diambil melalui RUPS (UUPT Pasal 103) dan secara rinci j uga diat ur oleh Bapepam.

Dalam pelaksanaan RUPS, pemegang saham selalu kurang memiliki akses t erhadap isi agenda rapat . Akibat nya, meskipun mereka memiliki hak unt uk mengaj ukan sesuat u usulan dalam rapat , namun hak ini j arang dipergunakannya. Begit u j uga halnya, bila ada pesert a rapat yang keberat an dengan sesuat u usulan dari kelompok mayorit as, pihak yang berkeberat an ini selalu dimint a unt uk menj elaskan alasannya sehingga cenderung menggiring mereka unt uk t idak berada dalam posisi berlawanan dengan suara mayorit as. Informasi mengenai st rukt ur kepemilikan dapat dinilai masih belum cukup, t erut ama dalam laporan t ahunan. Informasi lengkap t ersimpan dalam Daft ar Pemegang Saham (DPS) di mana secara hukum dewan komisaris harus mengizinkan pemegang saham memeriksanya, namun dengan alasan kerahasiaan dan persaingan, dewan dapat menolak pemberian izin ini.

2) Aspek Perlakuan yang Set ara/ Sama t erhadap Pemegang Saham

Menurut perat uran yang berlaku (UUPT), pemegang saham individu memiliki hak unt uk menunt ut kompensasi at as kerugian perusahaan yang t imbul dari t indakan-t indakan yang t idak sesuai dan t idak beralasan at au akibat kelalaian dewan komisaris at au dewan direksi, t et api hal ini hanya berlaku bagi para pemegang saham yang memiliki hak suara minimal 10% at au mewakili minimal 10% dari t ot al suara. Ket ent uan 10% ini dapat dikat akan t erlalu t inggi bila dibandingkan dengan ket ent uan yang sama


(26)

pada negara-negara Asia yang lain. Di Korea misalnya, ket ent uan ini hanya sebesar 5% at au 1% bagi perusahaan t ak t erdaft ar (perseroan bukan Tbk.), dan hanya 0,01% bagi perusahaan t erdaft ar (perseroan Tbk.).

Berkait an dengan t ransaksi dengan pihak dalam (insider t rading), adalah t erlarang menurut hukum yang berlaku dan Bapepam berkewaj iban memonit or kej adian ini. Begit u j uga halnya dengan t ransaksi dalam hubungan khusus (rel at ed part y t ransact ions) secara rinci t elah diat ur oleh Bapepam, namun ket ent uan t ersebut belum sepenuhnya dipahami dan dalam prakt ik dij umpai j uga ket idakpast ian hukum mengenai hal ini. Selain it u, dalam perat uran j uga t idak ada dipersyarat kan unt uk mengemukakan (discl ose) mengenai konflik kepent ingan, baik di pihak direkt ur maupun manaj er. Namun hal ini sebenarnya sudah cukup j elas diat ur dalam st andar akunt ansi Indonesia (SAK).

3) Aspek Peranan Pemilik Kepent ingan (St akehol der) dalam Corporat e

Governance

Terdapat berbagai pihak yang j uga memiliki kepent ingan dalam perusahaan yang disebut dengan st akehol der, misalnya karyawan, kredit ur, pelanggan dan masyarakat yang berada di sekit arnya. Kerangka good

corporat e governance seharusnya memperhat ikan hak-hak mereka ini baik

secara hukum maupun melalui kerj asama dengan perusahaan. Secara hukum, hak-hak karyawan adalah dilindungi di Indonesia, baik dalam UUPT maupun dalam perat uran ket enagakerj aan. Khusus unt uk hak-hak para kredit ur, meskipun j uga secara hukum t erlindungi, namun inf ormasi yang akurat at as hart a yang dij aminkan t idak t ersedia, sehingga dianggap bahwa hak-hak para kredit ur t ak t erlindungi secara baik. Meskipun demikian, secara hukum kredit ur berhak menj ualkan sesuat u j aminan sebagai gant i rugi. Selain it u, para st akehol der yang lain j uga sulit unt uk dapat berpart isipasi dalam corporat e governance karena inf ormasi yang diperlukan j uga t idak t ersedia dengan baik, misalnya laporan t ahunan at au informasi lainnya mengenai perusahaan t idak dengan mudah diperoleh oleh publik.


(27)

4) Aspek Pengungkapan dan Transparansi

Corporat e governance harus menj amin adanya pengungkapan yang

benar dan t epat wakt u at as semua hal yang mat eriil yang berkait an dengan perusahaan, t ermasuk sit uasi keuangan, kinerj a, kepemilikan, dan pengelolaan perusahaan. Pengungkapan it u hendaknya meliput i, t api t idak t erbat as hanya pada informasi yang mat eriil at as keuangan dan hasil operasional, t uj uan perusahaan, pemegang saham mayorit as dan hak suara, anggot a dewan dan eksekut if kunci sert a renumerasinya, fakt or-fakt or risiko yang secara mat eriil t erlihat , isu-isu pent ing yang berkait an dengan karyawan dan pemegang saham sert a st rukt ur dan kebij akan pengelolaan. Meskipun berbagai ket ent uan mengenai pengungkapan ini t elah diat ur, sepert i dalam UUPT, perat uran Bapepam, namun pemegang saham minorit as selalu t idak memperoleh akses t erhadap minut rapat direksi. Begit u j uga halnya t idak ada keharusan bagi perusahaan t erdaf t ar unt uk mengungkapkan t ent ang kondisi int ernal cont rol nya t ermasuk opini audit or at as hal it u, penj elasan mengenai st rukt ur corporat e governance khususnya yang berkait an dengan t anggung j awab dan independensi dewan komisaris dan dewan direksi sert a hak-hak pemegang saham minorit as.

Berkait an dengan st andar akunt ansi, meskipun sej ak t ahun 1994 IAI t elah mengadopsi Int ernat ional Account ing St andards (IAS) menj adi Pernyat aan St andar Akunt ansi Keuangan (PSAK), namun unt uk berbagai aspek di mana diperlukan penyesuaian dengan kondisi lokal, t erdapat berbagai ket idak konsist enan ant ara PSAK dan IAS. Khusus unt uk kegiat an pemeriksaan t elah dit erbit kan St andar Pemeriksaan Akunt an Profesional (SPAP) yang diadopsi dari st andar profesional AICPA. Namun dengan adanya perubahan pada st andar pemeriksaan int ernasional, maka t imbul ket idak- sesuaiannya dengan SPAP yang berdampak pada bervariasinya kualit as pemeriksaan. Penunj ukan ekst ernal audit or berada di t angan RUPS yang mungkin didelegasikan kepada komit e audit , namun unt uk sebagian kasus peranannya masih belum cukup kuat . Laporan keuangan perusahaan (t ermasuk opini audit or) harus dipublikasikan di media lokal paling lambat t iga bulan set elah t anggal laporan, t et api laporan t ersebut harus


(28)

diserahkan kepada RUPS paling lambat lima bulan set elah berakhir t ahun fiskal. Jangka wakt u lima bulan ini dipandang t erlalu lama, seharusnya paling lama t iga bulan set elah t ahun fiskal berakhir.

5) Aspek Tanggung Jawab Dewan

UUPT mengat ur bahwa semua perseroan harus memiliki dewan yang t erdiri dari dewan direksi yang bert ugas unt uk mengelola perusahaan sehari-hari, dan dewan komisaris yang bert ugas memonit or dan memberi nasihat kepada dewan direksi. Tet api di dalamnya masih belum ada diat ur mengenai keberadaan anggot a dewan komisaris yang independen walaupun

Jakart a St ock Exchange t elah ada mengat urnya, yait u dengan menet apkan

bahwa 30% dari anggot a dewan komisaris haruslah independen. Selanj ut nya di dalam prakt ik belum ada mekanisme t ent ang bagaimana pemegang saham memilih komisaris independen ini, sehingga meskipun dalam beberapa kasus komisaris independen ini t elah ada, namun t idak diket ahui bagaimana penunj ukannya. Menyangkut t ent ang renumerasi unt uk anggot a dewan, meskipun nilainya diungkapkan dalam laporan t ahunan, namun mekanisme penent uan dan peninj auannya j uga belum ada. Mungkin perlu dipert imbangkan unt uk mendirikan komit e renumerasi dan nominasi.

Dalam hal perlakuan yang adil t erhadap semua pemegang saham, UUPT belum ada mengat urnya secara t egas. Dengan demikian t idak ada kewaj iban bagi dewan direksi unt uk melakukannya. Hal ini t ent u dapat mengakibat kan kurang t erlindunginya hak-hak dan kepent ingan para pemegang saham, t erut ama pemegang saham minorit as dan asing dan sekaligus t ent u dapat dinilai sebagai unsur yang melemahkan aplikasi good

corporat e governance. Selain it u j uga t idak ada secara j elas diat ur agar

dewan direksi dan dewan komisaris perusahaan t erdaft ar memasukkan dalam laporan t ahunan t ent ang t anggung j awab mereka unt uk mencipt akan dan memelihara int ernal cont rol yang memuaskan dan kepat uhan t erhadap hukum dan perat uran yang berlaku. Karena sist em


(29)

dalam meningkat kan keamanan hart a milik perusahaan dan semakin t erj aminnya reliabilit as dan kualit as informasi sert a kepat uhan t erhadap ket ent uan, maka prakt ik sist em int ernal cont rol yang baik j uga seharusnya menj adi perhat ian bagi dewan direksi maupun dewan komisaris.

4.3. Kendala-Kendala Penerapan Good Corporat e Governance di Indonesia

Akt ivit as bisnis t idak akan t erlepas dari kondisi lingkungan yang melandasinya. Begit u pula halnya dengan penerapan good corporat e

governance yang sudah t ent u akan dipengaruhi oleh berbagai komponen yang

ada di sekelilingnya. Komponen-komponen dimaksud, sepert i hukum, budaya dan sebagainya ada yang bersifat mendukung, namun ada j uga yang akhirnya menj adi kendala dalam aplikasinya. Alinea berikut ini akan menyinggung serba ringkas berbagai kendala yang dihadapi dalam penerapan good corporat e

governance di Indonesia.

1) Kendala Hukum

Corporat e governance haruslah menj amin perlakuan yang sama dan

perlindungan at as hak-hak semua pemegang saham dari berbagai kemungkinan penyalahgunaan (abuses) oleh pihak-pihak t ert ent u. Di Indonesia, pemegang saham minorit as dan st akehol ders lainnya hanya mempunyai sedikit celah unt uk melindungi diri mereka t erhadap t indakan penyalahgunaan yang dilakukan oleh pemegang saham mayorit as. Dalam sist em hukum kit a mekanisme t erhadap t indakan sepert i it u memang ada diat ur, t et api karena masih lemahnya penegakan hukum dan prakt ik pengadilan (j udiciary) maka efekt ivit asnya menj adi t erbat as. Begit u j uga halnya dengan sist em kepailit an dan pengadilan yang memiliki kelemahan t elah membuat para kredit ur hanya memiliki pengaruh yang kecil t erhadap para debit ur mereka.

2) Kendala Budaya

Sebagaimana disinggung sebelumnya bahwa t erdapat suat u pandangan bahwa prakt ik corporat e governance it u hanyalah merupakan suat u bent uk kepat uhan (conf ormance) t erhadap perat uran at au ket ent uan dan bukannya


(30)

sebagai suat u sist em diperlukan oleh perusahaan unt uk meningkat kan kinerj a. Hal ini mengakibat kan aplikasi good corporat e governance t idak sepenuh hat i dilaksanakan, sehingga efekt ivit asnya menj adi berkurang.

Begit u j uga halnya dengan adanya dan t elah membudayanya anggapan bahwa t indakan penyelewengan (f raud) maupun t ransaksi dengan orang dalam (insider t ransact ions) hanyalah merupakan hal yang biasa dan lumrah dilakukan dan bahkan t indakan korupsi pun dipandang sebagai sesuat u t indakan yang t idak salah. Anggapan yang sepert i ini j elas bert ent angan dengan j iwa corporat e governance, sehingga akan mengganggu dan bahkan menghambat berj alannya aplikasi t ersebut . Kondisi ini dit ambah lagi dengan masih lemahnya prakt ik pengungkapan dan ket erbukaan sert a t idak efekt ifnya mekanisme pengungkapan dan kedisiplinan di pasar modal. Dalam beberapa kasus j uga dij umpai f enomena bahwa para manaj er dan direkt ur sangat kebal (immune) t erhadap pert anggungj awaban kepada para st akehol der.

3) Kendala Polit ik

Kendala ini t erut ama t erkait dengan perusahaan-perusahaan BUMN, yait u perusahaan yang dimiliki negara. Sebagaimana dikat akan di at as bahwa pengert ian negara selalu menj adi kabur, t erkadang diart ikan sebagai pemerint ah, t et api j uga ada yang mengart ikannya sebagai lembaga negara yang lain. Hal ini dit ambah lagi dengan dikaburkannya pemisahan ant ara kepent ingan bisnis dan kepent ingan pemerint ah maupun lembaga negara yang lain. Akibat nya berbagai keput usan bisnis di BUMN sangat diint ervensi oleh pemerint ah dan dalam kasus yang lain BUMN j ust ru dieksploit asi oleh para polit isi (Praset iant ono dalam Nugroho dan Siahaan 2005). Dalam beberapa kasus, hal ini j uga t erj adi pada perusahaan-perusahaan swast a. Kondisi lain yang mungkin dapat menj adi perhat ian adalah bahwa peranan lembaga pasar modal (Bapepam begit u j uga JSX) sebagai lembaga pengat ur masih belum cukup kuat dalam menut upi kelemahan yang ada di pengadilan.


(31)

4) Kendala Lingkungan Bisnis

Sebagaimana kondisi yang umum berlaku di berbagai negara Asia lainnya, bahwa perusahaan-perusahaan (meskipun berbent uk perseroan) Indonesia t erut ama dimiliki oleh keluarga (f amil y-owned). Dengan kondisi ini, maka prakt ik corporat e governance dapat saj a melenceng dari prakt ik yang seharusnya karena pert imbangan dan kepent ingan keluarga, misalnya dalam penunj ukan anggot a komisaris independen. Keadaan ini dalam berbagai kasus j uga t et ap berlaku meskipun perusahaan-perusahaan t ersebut sudah masuk dan memperdagangkan sahamnya di pasar modal (publ icl y l ist ed).

5) Kendala Lainnya

Bank-bank di Indonesia t elah diakui keberadaannya sebagai salah sat u lembaga int ermediary keuangan yang amat berperan dalam penyediaan (j uga membant u dalam menyediakan) dana yang dibut uhkan oleh para pelaku bisnis. Sebagai penyedia dana (pinj aman) bank-bank t ersebut semest inya berperan besar dalam memonit or akt ivit as perusahaan, t ermasuk akt ivit as manaj ernya dalam penggunaan dana. Dalam berbagai kasus t erlihat bahwa fungsi monit oring ini t idak berj alan secara efekt if, bahkan hal it u sudah t erj adi selama proses penilaian t erhadap proposal pinj aman yang diaj ukan. Hal ini dapat dilihat dari kasus-kasus diset uj uinya proposal kredit yang t idak/ kurang f easibl e sehingga pada akhirnya menimbulkan masalah dalam pengembaliannya kemudian (kredit macet ).

5. Peran Akuntansi dalam Menyukseskan Penerapan Good Corporat e Governance

Berikut ini akan dibahas bagaimana peran akunt ansi dalam mendukung aplikasi good corporat e governance. Pemakai informasi yang dihasilkan oleh akunt ansi dapat dikat egorikan ke dalam dua kelompok: pemakai ekst ernal dan pemakai int ernal. Sej alan dengan it u, maka dalam berbagai lit erat ur akunt ansi (misalnya: Garrison dan Noreen 2003; Sundem Horngren dan St rat t on, 2005) dikenal dua bidang akunt ansi, yait u Akunt ansi Keuangan


(32)

(Financial Account ing) dan Akunt ansi Manaj emen (Management Account ing). Para pemakai ekst ernal akan menggunakan informasi yang dihasilkan oleh bidang akunt ansi keuangan, sement ara pemakai int ernal akan menggunakan t erut ama informasi yang dihasilkan dari bidang akunt ansi manaj emen. Pembahasan mengenai peranan akunt ansi dalam corporat e governance di bawah ini didasarkan kepada pengelompokan t ersebut .

5.1. Bidang Akuntansi Keuangan

Prinsip t ransparansi menginginkan agar para pemegang saham memperoleh informasi yang cukup, benar, akurat , dan t epat wakt u sehingga para pemegang saham t idak t ersesat dalam pengambilan keput usan. Laporan keuangan sebagaimana diat ur oleh st andar akunt ansi haruslah menyaj ikan informasi sesuai dengan apa adanya, t anpa ada upaya unt uk menut up-nut upi segala sesuat u yang seharusnya diungkapkan. Hal ini diat ur dalam SAK yang secara j elas menet apkan berbagai karakt erist ik kualit at if yang harus dipenuhi oleh laporan keuangan. Karakt erist ik it u t erdiri dari dapat dipahami, relevan, andal, dan dapat dibandingkan. Pemenuhan t erhadap keempat karakt erist ik di at as akan menj adikan laporan keuangan it u mengandung informasi yang t idak menyesat kan bagi pemakainya. Selain it u, pengert ian dasar laporan keuangan it u t idaklah hanya sebat as laporan keuangan saj a, melainkan meliput i pula cat at an at as laporan keuangan yang secara keseluruhan akan menggambarkan secara lengkap kondisi keuangan, hasil usaha dan segala sesuat u yang berkait an dengan keuangan perusahaan.

Meskipun di dalam st andar akunt ansi t erdapat kemungkinan perusahaan menggant i met ode akunt ansi yang digunakan (misalnya met ode dalam penilaian persediaan, penyusut an hart a t et ap), t et api st andar akunt ansi mewaj ibkan adanya penggunaan sesuat u met ode at au t eknik sert a prinsip secara konsist en. Kalaupun dilakukan pergant ian, pengaruhnya waj ib unt uk dij elaskan. Ket ent uan ini j elas akan membuat laporan keuangan menj adi lebih bermut u dan bermanfaat karena para pemakainya dapat mengukur dan memperbandingkan kondisi dan perkembangan keuangan sert a kinerj a perusahaan dari wakt u ke wakt u. Uraian pada alinea ini dan alinea


(33)

sebelumnya j elas mendukung t erpenuhinya prinsip t ransparansi dari good

corporat e governance.

Prinsip “ Adil” dalam good corporat e governance menunt ut adanya perlakuan yang adil kepada semua pihak t erkait , t erut ama pemegang saham minorit as. Penegakan at as prinsip ini t ent u lebih banyak dit ent ukan oleh perat uran dan norma yang t ersedia sert a perilaku berbagai pihak, t erut ama manaj emen. Sedikit yang dapat disumbangkan oleh akunt ansi dalam hal ini, adalah bahwa akunt ansi it u bersifat net ral dan independen. Sikap net ral dan independen ini berlaku secara keseluruhan, t idak hanya secara t eori t et api j uga harus t ercermin dalam sikap dan perilaku para akunt an dalam kehidupannya. Hal ini diat ur dalam kode et ik akunt an. Dengan demikian informasi yang disiapkan melalui proses akunt ansi keuangan t idak akan dit uj ukan unt uk lebih mengunt ungkan bagi golongan pemakai t ert ent u karena ia t idak dirancang unt uk memenuhi kebut uhan salah sat u at au beberapa pemakai saj a, melainkan dipersiapkan unt uk memenuhi kebut uhan umum semua j enis pemakainya. Jadi sikap net ral dan independennya akunt ansi dan para akunt an akan mendukung t erealisasinya good corporat e governance.

Salah sat u prinsip dasar yang dianut dalam akunt ansi adalah prinsip konservat isme (conservat ism) yang menunj ukkan sikap kehat i-hat ian. Prinsip ini mengat ur bahwa dalam hal perusahaan berhadapan dengan kej adian-kej adian yang t idak past i (uncert aint y), maka laporan keuangan harus memilih angka dan posisi yang kurang mengunt ungkan. Perusahaan sudah dapat mencat at sesuat u kerugian yang belum direalisasi t api sudah ada dasarnya, sement ara laba yang sudah ada indikasinya belum boleh dicat at sebelum laba it u direalisasi. Dengan menganut prinsip ini j elas bahwa pelaporan akt iva maupun laba yang dit inggikan (overst at ed) at au sebaliknya pelaporan kewaj iban dan biaya at au rugi yang direndahkan (underst at ed) akan t erhindarkan. Para akunt an percaya bahwa dengan menganut prinsip ini para pemakai laporan keuangan kemungkinan kecil akan disesat kan (Schroeder dkk. 2001). Dengan demikian menganut prinsip konservat isme akan mendukung t ercipt anya good corporat e governance.


(34)

5.2. Bidang Akuntansi Manajemen

Oleh karena akunt ansi manaj emen hanya dit uj ukan unt uk melayani keperluan informasi para pemakai int ernal, yait u pihak manaj emen perusahaan, maka dukungan bidang akunt ansi ini t erhadap t ercipt anya good

corporat e governance t idaklah t erlihat secara langsung. Uraian-uraian berikut

ini akan mencoba menggambarkan bagaimana bidang akunt ansi manaj emen dapat memberikan kont ribusinya bagi keberhasilan dan peningkat an aplikasi

good corporat e governance. Topik-t opik t erkait meliput i ant ara lain masalah

efisiensi, dukungan dalam proses pengambilan keput usan yang opt imal, pengukuran kinerj a, perhit ungan dan penet apan renumerasi yang waj ar, sert a penyiapan st rat egi yang dapat meningkat kan posisi saing dan t ent unya j uga kinerj a perusahaan.

Dalam akunt ansi manaj emen dikenal sist em pengendalian biaya (cost

cont rol syst ems) yang t erdiri dari akunt ansi biaya dan manaj emen biaya.

Akunt ansi biaya bert uj uan unt uk menghit ung dan mengalokasikan biaya kepada produk sehingga harga pokok produk dapat dit et apkan secara benar, akurat dan dalam j umlah yang waj ar. Meskipun aspek efisiensi j uga ikut menj adi perhat ian, namun fokus ut ama akunt ansi biaya ini adalah kepada kandungan biaya (cost cont ainment ). Sebaliknya manaj emen biaya t erarah t erut ama kepada t uj uan unt uk menurunkan biaya dan perbaikan yang berkelanj ut an. Dengan demikian dapat dipahami bahwa keduanya bert uj uan agar perusahaan dapat menghasilkan produk yang efisien dan harga pokoknya t elah dihit ung secara benar dan akurat sesuai dengan t at a cara perhit ungan akunt ansi biaya. Hal ini j elas akan sangat membant u manaj emen dalam mengelola perusahaan secara benar, baik, dan efisien, yang t ent unya akan memberikan kont ribusi yang berart i j uga bagi aplikasi good corporat e

governance.

Dengan t ersedianya informasi akunt ansi manaj emen (t erut ama informasi biaya) pihak manaj emen akan lebih mudah dalam proses pengambilan keput usan. Semakin baik informasi yang dipersiapkan oleh akunt ansi manaj emen, maka akan semakin baik pula kualit as keput usan yang dibuat manaj emen. Keput usan yang t erbaik t ent unya akan memberikan prof it yang


(35)

opt imal bagi perusahaan. Prof it yang opt imal t ent u akan meningkat kan kesej aht eraan pemegang saham, manaj emen, dan karyawan perusahaan dan j elas sej alan dengan t uj uan dari aplikasi good corporat e governance.

Pengukuran kinerj a sebuah perusahaan secara keseluruhan dan j uga kinerj a bagian at aupun unit -unit perusahaan (t ermasuk manaj ernya) merupakan salah sat u fungsi pent ing dalam perusahaan. Pengukuran kinerj a ini bert uj uan unt uk memot ivasi manaj emen dan karyawan unt uk mencapai t uj uan perusahaan sert a mencegah mereka berperilaku menyimpang dari yang diinginkan guna dapat t ercapainya t uj uan t adi. Dengan demikian j elas bahwa pengukuran kinerj a diharapkan akan memberikan pengaruh posit if bagi peningkat an kinerj a perusahaan. Hal ini t ent u secara t idak langsung akan membant u berhasilnya aplikasi good corporat e governance dalam perusahaan. Begit u pula halnya akunt ansi manaj emen j uga berperan dalam analisis dan penent uan besarnya j umlah renumerasi yang waj ar bagi manaj emen maupun anggot a dewan direksi dan dewan komisaris. Akhir-akhir ini dalam akunt ansi manaj emen berkembang sist em pengukuran kinerj a yang t idak hanya t erfokus kepada aspek keuangan. Sist em ini dikenal sebagai Bal anced Scorecard yang meskipun masih menganggap kinerj a keuangan sebagai salah sat u krit eria pent ing, t et api sudah mengikut sert akan aspek nonkeuangan sebagai krit eria pengukuran, sepert i aspek pelanggan, int ernal proses, dan aspek pembelaj aran dan pert umbuhan.

Keberhasilan sebuah perusahaan dalam memenangkan persaingan dan sekaligus mencapai kinerj a yang t inggi sangat dit ent ukan oleh apa dan bagaimana st rat egi yang digunakannya. St rat egi merupakan langkah-langkah t indakan guna mewuj udkan t uj uan dan misi perusahaan. Dua st rat egi yang ut ama t erdiri at as product dif f erent iat ion dan cost l eadership.

Dif f erent iat ion adalah st rat egi berupa pencipt aan dan pemeliharaan produk

yang unik menurut persepsi konsumen, sement ara cost l eadership adalah st rat egi unt uk menghasilkan produk berkualit as dengan biaya yang t ermurah. Unt uk dapat menj alankan st rat egi-st rat egi ini, akunt ansi manaj emen amat berperan dalam penyediaan informasi yang diperlukan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa akunt ansi manaj emen—meskipun t idak t erlihat secara


(36)

langsung—j uga ikut membant u memberhasilkan aplikasi good corporat e

governance.

6. Penutup

Buruknya pelaksanaan corporat e governance selama ini di berbagai negara Asia t ermasuk Indonesia dipandang merupakan salah sat u akar penyebab t imbulnya krisis ekonomi. Dengan buruknya pelaksanaan corporat e

governance maka kepercayaan invest or menj adi t urun yang pada akhirnya

menyebabkan mereka mengalihkan dananya ke perusahaan at au negara lain.

Corporat e governance secara sederhana dapat diart ikan sebagai sist em yang

dibangun unt uk mengarahkan dan mengendalikan perusahaan sehingga t ercipt a t at a hubungan yang baik, adil dan t ransparan di ant ara berbagai pihak yang memiliki kepent ingan dalam perusahaan. Dengan t ercipt a dan t erlaksananya good corporat e governance maka pengelola perusahaan akan bert indak secara waj ar dengan menj aga kepent ingan semua pihak t erkait , sehingga t idak ada pihak yang dirugikan t erut ama para pemegang saham. Para pengelola perusahaan t idak akan bert indak dengan lebih mengut amakan kepent ingannya sendiri meskipun mereka memiliki kesempat an unt uk melakukannya, sehingga kepent ingan para pemegang saham akan t et ap t erj aga.

Telah t imbul inisiat if dari berbagai kalangan, ant ara lain pemerint ah, para pelaku bisnis, media massa, dan kelompok-kelompok masyarakat yang lainnya unt uk mendorong pembenahan pelaksanaan corporat e governance di Indonesia. Inisiat if t ersebut ant ara lain dapat dilihat dengan t erbent uknya berbagai organisasi yang peduli dan berkeinginan unt uk menyosialisasikan konsep t ersebut , sepert i NCCG, FCGI, IICG, dan lain-lain. Selanj ut nya j uga t elah dilakukan berbagai pert emuan dan diskusi (roundt abl e discussions) yang akhirnya melahirkan pedoman prakt ik (good corporat e governance code). Selain it u di berbagai perusahaan sudah pula t erbent uk komit e audit dan anggot a dewan komisaris yang independen. Jadi, apabila dinilai dari sudut


(37)

hal-hal yang bersifat mandat ory, t elah t erj adi kemaj uan yang cukup cepat dan berart i dalam reformasi corporat e governance di Indonesia.

Namun haruslah diingat bahwa pemenuhan t erhadap hal-hal yang bersifat mandat ory secara fundament al belumlah menj amin adanya prakt ik yang memuaskan. Prakt ik good corporat e governance yang memuaskan dan yang dapat memberikan hasil dan manfaat yang sebenarnya baru t erj adi bila t elah t imbul kesadaran dari para pelaku bisnis akan pent ingnya konsep t ersebut diprakt ikkan. Apa yang t erj adi adalah adanya anggapan dari sebagian pelaku bisnis bahwa pelaksanaan good corporat e governance hanya merupakan aksesoris belaka. Selain it u ada j uga yang menganggap bahwa pelaksanaan konsep it u hanyalah sebagai suat u bent uk kepat uhan t erhadap ket ent uan pengelolaan perusahaan dan bukannya merupakan suat u kebut uhan yang benar-benar diperlukan guna peningkat an kinerj a dan daya saing perusahaan.

Terdapat berbagai kendala dalam pelaksanaan good corporat e

governance di Indonesia. Kendala-kendala dimaksud ant ar lain kendala di

bidang hukum, budaya, polit ik, dan lingkungan bisnis. Oleh sebab it u diperlukan upaya kolekt if dari berbagai pelaku pasar/ bisnis t ermasuk

regul at or, akunt an, dewan komisaris, dan lain-lain unt uk menyosialisasikan

manfaat , kegunaan, dan pent ingnya good corporat e governance sehingga t imbul kesadaran akan pent ingnya prakt ik good corporat e governance bagi peningkat an kinerj a dan kesinambungan usaha yang berkualit as di Indonesia.

Pihak regulat or harus memperkuat penegakan hukum dan perat uran, sert a memperj elas t anggung j awab dewan t erhadap pelanggaran hukum. Begit u j uga peranan Bapepam sebagai regulat or di pasar modal j uga harus diperkuat . Upaya unt uk meningkat kan hak-hak pemegang saham minorit as j uga harus dilakukan. Para akunt an haruslah berperan dalam peningkat an t ransparansi dan reliabilit as laporan keuangan dan kecukupan pengungkapan informasi yang disampaikan. Unt uk it u, dari sudut kelembagaannya harus ada upaya yang serius agar st andar akunt ansi maupun st andar pemeriksaan int ernasional sepenuhnya diadopsi di Indonesia. Perlu j uga kiranya dipert imbangkan unt uk mengat ur t anggung j awab hukum dari para akunt an


(38)

publik t erhadap pihak ket iga. Dalam peningkat an t ransparansi haruslah diupayakan agar laporan t ahunan dan informasi relevan lainnya dapat t ersedia dengan cara yang sangat mudah, misalnya dari webside perusahaan. Akhirnya di samping upaya peningkat an efekt ivit as peranan komit e audit , j uga proses nominasi dan seleksi t erhadap komisaris independen harus diperkuat .

Jadi, dengan kondisi pelaksanaan good corporat e governance yang ada saat ini di Indonesia, diperlukan program-program menyeluruh, luas, dan t erpadu unt uk membangunkan kesadaran publik akan perlunya t ransparansi dan peningkat an st rukt ur sert a mekanisme pengelolaan yang baik di berbagai sekt or. Program-program penyadaran dimaksud dapat dilakukan melalui media massa, pert emuan-pert emuan publik, konf erensi, dan seminar-seminar. Pesan ut ama yang harus disampaikan adalah bahwa good corporat e governance dan t ransparansi akan membawa berbagai manfaat bagi semua pihak baik masyarakat pada umumnya, para pelanggan, pemasok, karyawan, invest or, pemegang saham dan manaj emen, sert a perekonomian sebuah negara.

Ucapan Terima Kasih

Hadirin yang saya muliakan,

Akhirnya di penghuj ung pidat o pengukuhan ini, perkenankanlah saya kembali mengucapkan syukur ke hadirat Allah SWT at as berbagai nikmat yang t elah saya t erima yang t iada t erhit ung j umlahnya dan salah sat u di ant aranya adalah apa yang saya t erima pada hari ini. Selanj ut nya perkenankanlah saya unt uk menyampaikan ucapan t erima kasih dan penghargaan kepada berbagai pihak yang t elah berperan dalam menyukseskan st udi dan karir saya.

Yang pert ama, saya ucapkan t erima kasih kepada Bapak Ment eri Pendidikan Nasional RI dan Bapak Direkt ur Jenderal Pendidikan Tinggi Depdiknas RI yang at as nama pemerint ah t elah memberi kepercayaan dan kehormat an kepada saya unt uk memangku j abat an Guru Besar dalam bidang Akunt ansi Manaj emen pada Fakult as Ekonomi Universit as Sumat era Ut ara.

Penghargaan dan t erima kasih yang t ulus saya hat urkan kepada Bapak Rekt or Universit as Sumat era Ut ara Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis,


(1)

5. Pelat ihan: “ St rat egi Penyehat an dan Manaj emen Perubahan Perguruan Tinggi,” Yogyakart a, 2005.

6. Seminar Proposal Penelit ian Dosen Tet ap STIE Harapan TA 2004/ 2005. 7. Seminar Hasil Penelit ian Dosen Tet ap STIE Harapan TA 2004/ 2005.

8. Konvensi Kampus unt uk Masa Depan Indonesia, UGM, Yogyakart a, 2004. 9. Simposium Nasional Akunt ansi VI, di Surabaya, 2003.

10. Seminar: “ Undang-Undang Pendidikan Nasional,” Jakart a, 2003.

11. Seminar: “ Analisis dan Kaj ian Ilmiah at as Sist em Perbankan Syariah sert a Peranannya dalam Pembangunan Bangsa,” Medan, 2003.

12. Seminar: “ Business Prospect in a Net worked Economy,” Medan, 2002.

13. Seminar: “ Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Korupsi, Kolusi, dan Nepot isme (KKN) dalam Mendorong Tercipt anya Clean Government dan Good Governance,” Medan, 2002.

14. Seminar: “ Sumut Human Devel opment Index,” Medan, 2001.

15. Seminar: “ Rest rukt urisasi dan Privat isasi BUMN dalam Perspekt if Perkembangan Wilayah Sumat era Bagian Ut ara,” Medan, 1998.

16. Seminar: “ Uj ian Sert ifikasi Akunt an Publik Indonesia sebagai Upaya Menghadapi Tant angan dan Kesempat an dalam Abad ke-21,” Medan, 1997. 17. Pelat ihan: “ Sol id Wast e Management & Pl anning, ” Bekasi, 1995.

18. Pelat ihan: “ Short Training Execut ive Leadership,” Bandung, 1993. 19. Seminar dan Workshop: “ Penulisan Proposal Penelit ian,” Medan, 1992. 20. Seminar: “ Perhit ungan Biaya Pelayanan Kebersihan Kot amadya Medan,”

Medan, 1991.

21. Pelat ihan: “ Pre-Depart ure Training Engl ish Course,” PPS IKIP Malang, 1986.


(2)

Publikasi Buku

1. Maksum, Azhar (2004), Informasi Akuntansi Manajemen dan Kinerja:

Keselarasan Tujuan, Otonomi, dan Upaya Manajerial sebagai Moderator,

(ISBN 979-3649-02-7), Bart ong Jaya.

2. Maksum, Azhar (2004), Dasar Dasar Akuntansi, (ISBN 979-3647-05-1), Bart ong Jaya.

3. Maksum, Azhar (1999), Pengantar Akuntansi, (ISBN-458-082-1), USUPress. 4. Maksum, Azhar (1998), Akuntansi (Analisis atas Unsur-Unsur Neraca),

(ISBN 979-458-130-6), USUPress.

Jurnal, Maj alah, Surat Kabar

1. Maksum, Azhar (2005), “ Meninj au Kurikulum Pendidikan Profesi Akunt ansi (PPAk),” Harian Waspada, 19 Pebruari.

2. Maksum, Azhar (2004), “ Pendidikan Profesi Akunt ansi Indonesia,” Harian

Waspada, 18 Desember.

3. Maksum, Azhar (2004), “ Aspek Perilaku Gaya Pekerj a: Kont ribusi Konsept ual pada Akunt ansi Manaj emen,” Jurnal MARKET, No.1/ Januari: 25 - 35.

4. Maksum, Azhar (2003), “ Pengaruh St rukt ur Kepemilikan Terhadap Kebij aksanaan Pendanaan Perusahaan,” Jurnal Ekonom, No.4/ Desember: 301 - 315.

5. Maksum, Azhar (2003), “ Peran Profesi Akunt an dalam Memberant as Korupsi,” Manaj emen & Bisnis, Edisi XI/ Sept ember: 1 - 7.

6. Maksum, Azhar, dan Kholis, Azizul (2003), “ Analisis t ent ang Pent ingnya Tanggung Jawab dan Akunt ansi Sosial Perusahaan (Corporat e

Responsibil it ies and Social Account ing),” Media Riset Akunt ansi, Audit ing & Inf ormasi, No.2/ Agust us: 101 - 132.


(3)

7. Maksum, Azhar (2003), “ Account ing f or Goodwil l ,” Manaj emen & Bisnis, Edisi X/ Januari: 1 - 9.

8. Maksum, Azhar (2002), “ Tant angan dan Peluang Profesi Akunt an dalam Era Teknologi Informasi,” Manaj emen & Bisnis, Edisi IX/ Sept ember: 1 - 5. 9. Maksum, Azhar (2001), “ Suat u Tinj auan at as Penggunaan Informasi

Akunt ansi Manaj emen oleh Manaj emen,” Jurnal Ekonom, No. 3/ Juni: 13 – 22.

10. Maksum, Azhar (2000), “ Ant ara Kebudayaan dan Akunt ansi,” Manaj emen &

Bisnis, Edisi V/ Pebruari: 16 - 26.

11. Maksum, Azhar (1999), “ Aplikasi Konsep Biaya Relevan dalam Pengambilan Keput usan,” Manaj emen & Bisnis, Edisi III/ Juni: 22 - 29.

12. Maksum, Azhar (1997), “ Peningkat an dan Pemant apan Peranan dan Posisi Akunt ansi dalam Lingkungan yang Berubah,” Jurnal Ekonom, No.4/ Agust us: 33 – 38.

13. Maksum, Azhar (1997), “ Peranan El ect ronic Dat a Int erchange (EDI) dalam Komunikasi Bisnis,” Jurnal Ekonom, No.3/ Juni: 58 - 66.

14. Maksum, Azhar (1997), “ Persepsi Manaj emen at as Manfaat Kehadiran Pemeriksa Int ern,” Jurnal Ekonom, No.02/ April: 18 – 24.

15. Maksum, Azhar (1996), “ Suat u Tinj auan at as Akunt ansi Leasing,”

Manaj emen & Bisnis, Edisi 2/ Nopember: 42 - 48.

16. Maksum, Azhar (1996), “ Variabl e Cost ing dan Kegunaannya,” Manaj emen

& Bisnis, Edisi 1/ April: 21 - 24.

17. Maksum, Azhar (1996), “ Meninj au Mut u Sat uan Pengawas Int ern PMA di Sumat era Ut ara,” Jurnal Ekonom, No.1/ Maret : 11 – 14.

18. Hamelaar, L., Maksum, Azhar (1996), “ Economy and Finance in Int egrat ed

Sust ainabl e Wast e Management ,” EWEP News, June.

19. Hamelaar, L., Maksum, Azhar (1996), “ Tarif f Set t ing in Int egrat ed


(4)

20. Maksum, Azhar dan Nurzaimah (1994), “ Posisi dan Fungsi Pemeriksa Int ern pada Beberapa Perusahaan di Sumat era Ut ara,” Maj alah Universit as

Sumat era Ut ara, Volume XX No. 1: 39 – 45.

21. Maksum, Azhar (1993), “ Pengakuan t erhadap Pendapat an Perusahaan Jasa dengan St udi Kasus pada Perusahaan Jasa Pelayanan Kebersihan,” Maj alah

Universit as Sumat era Ut ara, Volume XVIII No. 1: 104 – 110.

22. Maksum, Azhar (1992), “ Memerangi Sampah Upaya Pelest arian Lingkungan Hidup,” Harian Waspada, 15 Juni.

23. Maksum, Azhar (1991), “ Hubungan Teknik Penyaj ian Kuliah dan Nilai Mahasiswa,” Akunt ansi Mengembangkan Profesionalisme, No. 5/ Mei: 58– 61.

24. Maksum, Azhar (1991), “ Pengaruh Kebudayaan at as Beberapa Aspek Akunt ansi,” Akunt ansi Mengembangkan Profesionalisme, No. 4/ April: 40 – 45.

25. Maksum, Azhar (1990), “ Dapat kah Kredit ur Mempengaruhi Lessee dalam Memilih Met ode Akunt ansi unt uk Finance Lease,” Akunt ansi

Mengembangkan Profesionalisme, No. 4/ April: 11 – 15.

26. Maksum, Azhar (1989), “ Pengaruh Skala Perusahaan t erhadap Pemilihan Met ode Akunt ansi Leasing (Finance/ Capit al Lease),” Akunt ansi

Mengembangkan Profesionalisme, No. 8/ Agust us: 60 – 64.

Penghargaan yang diterima:

1. Tanda Kehormat an Sat yalancana Karya Sat ya 20 Tahun, KEPPRES RI No. 024/ TK/ Tahun 2001.

2. Pesert a Terbaik I pada Sol id Wast e Management & Pl anning Pusat Pelat ihan Bidang air Bersih & PLP, Dirj en Cipt a Karya, Depart emen Pekerj aan Umum RI Tahun 1995.

3. Dosen Teladan I Tingkat Fakult as di Lingkungan Universit as Sumat era Ut ara t ahun 1993, Keput usan Rekt or USU No. 721/ PT05.H/ SK/ I.93


(5)

Pengalaman Penelitian

1. Penelit ian Persepsi Alumni dan Mahasiswa Jurusan Akunt ansi t erhadap Pendidikan Profesi Akunt ansi – St udi Kasus Perguruan Tinggi Swast a di Kot a Medan, 2004.

2. Penelit ian Pengaruh St rukt ur Kepemilikan t erhadap Kebij akan Pendanaan Perusahaan, Medan, 2002.

3. Anggot a Penelit i Penelit ian Analisis t ent ang Pent ingnya Tanggung Jawab dan Akunt ansi Sosial Perusahaan (Corporat e Reponsibil it ies and Social

Account ing) St udi Kasus Empiris di Kot a Medan, 2001.

4. Ket ua Penelit i, Penelit ian t ent ang Pengaruh Kondisi Lingkungan Usaha t erhadap Penggunaan Informasi Akunt ansi Manaj emen, Medan, 2000.

5. Ket ua Penelit i, Penelit ian Ship and Harbour Wast e Management in Port of Belawan, Medan, 1999.

6. Anggot a Penelit i, Penelit ian t ent ang Pengaruh Informasi Akunt ansi t erhadap Keput usan Kredit yang Diambil oleh Bank di Wilayah Kot amadya Medan, 1998.

7. Penelit ian t ent ang Posisi dan Fungsi Pemeriksa Int ern pada Beberapa Perusahaan di Sumat era Ut ara, 1996.

8. Penelit ian t ent ang Kualifikasi Pemeriksa Int ern pada Perusahaan-Perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) di Propinsi Sumat era Ut ara, 1995.

9. Penelit ian t ent ang Posisi dan Fungsi Cont rol l er dalam Beberapa Perusahaan di Medan, 1994.

10. Penelit ian t ent ang Pengaruh Part isipasi dalam Penyusunan Anggaran t erhadap Prest asi Manaj er pada Perusahaan Manufakt ur di Medan, 1989 11. Penelit ian t ent ang Pemahaman Pengusaha Golongan Ekonomi Lemah di

Sumat era Ut ara t erhadap Laporan Keuangan, Medan, 1984.

12. Supervisor Penelit i, Penelit ian Syarat -Syarat Kerj a Sekt or Perkebunan di Sumat era Ut ara, Medan, 1983.


(6)

Kegiatan Pengabdian Masyarakat

No. Nama/ Topik Kegiatan Bentuk

Tempat/ Instansi

Waktu

1. Penyuluhan t ent ang Pembukuan Sederhana bagi Pengurus Anggot a KUD

Penyuluhan

Desa Jaring Halus, Secanggang,

Langkat 2002

2. Penyuluhan t ent ang Penyusunan

Laporan Keuangan bagi Pengusaha Kecil Penyuluhan Kodya Medan 2000

3. Pelat ihan Pembukuan Sederhana dan Penyusunan Laporan Keuangan unt uk

Pelaporan Paj ak bagi Pengusaha Kecil Penyuluhan Kodya Medan

1999

4. Upaya Meningkat kan Kemampuan

Berwiraswast a bagi Pengusaha Berskala Kecil

Penyuluhan Desa Cengkeh

Turi, Binj ai 1996

5. Penat aran Manaj emen dan Pembukuan

Sederhana Anggot a Kopinkra Sepat u Penyuluhan Kodya Medan 1989

6. Penat aran Pedagang Golongan Ekonomi

Lemah Penyuluhan

Desa Cengkeh

Turi, Binj ai 1989

7. Penat aran Manaj emen dan Pembukuan Sederhana Pedagang Golongan Ekonomi Lemah

Penyuluhan

Kodya Sibolga 1984

8. Kosult asi Manaj emen dan Pembukuan

Pengusaha Golongan Ekonomi Lemah Konsult asi Kisaran 1984

9. Kosult asi Manaj emen dan Pembukuan

Pengusaha Golongan Ekonomi Lemah Konsult asi

Sidikalang, Kab.

Dairi 1983

10. Kosult asi Manaj emen dan Pembukuan Pengusaha Golongan Ekonomi Lemah

Konsult asi Tarut ung, Kab. Tapanuli Ut ara

1983

11. Kosult asi Manaj emen dan Pembukuan

Pengusaha Golongan Ekonomi Lemah Konsult asi

Kabanj ahe,

Kab. Karo 1983

12. Penat aran Manaj emen dan Pembukuan Sederhana Pedagang Golongan Ekonomi Lemah

Penyuluhan Kabanj ahe,

Kab. Karo 1983

13. Penat aran Manaj emen dan Pembukuan Sederhana Pedagang Golongan Ekonomi Lemah

Penyuluhan Kodya Tebing

Tinggi 1983

14. Penat aran Manaj emen dan Pembukuan Sederhana Pedagang Golongan Ekonomi Lemah

Penyuluhan Kec. Deli Tua,