agregasi platelet yang membentuk sumbat hemostatik utama Majerus dan Tollefsen, 2008. Suspensi ekstrak etanol buah nanas dosis 50 mgkg BB
mempunyai efek memperlama waktu perdarahan mencit pada metode pengukuran waktu perdarahan, hal ini ditunjukan dengan terjadi perbedaan yang
bermakna terhadap kontrol negatif yang diberi CMC Na 1, tetapi yang mampu menyamai efek waktu perdarahan Asetosal dosis 40 mgkg BB adalah suspensi
ekstrak etanol buah nanas dosis 400 mgkg BB, yang menunjukkan hasil tidak berbeda secara bermakna dari hari ke tujuh hingga hari ke dua puluh delapan,
secara berturut-turut adalah, 198,83 ± 0,75 detik; 229,83 ± 0,75 detik; 258,00 ± 0,89 detik; 283,33 ± 1,17 detik p 0,01. Sementara suspensi ekstrak etanol
buah nanas dibawah dosis 400 mgkg BB belum mampu menyamai Asetosal dosis 40 mgkg BB, yang dapat dilihat ada perbedaan yang bermakna p ≤ 0,01
antara kelompok uji suspensi dosis 50 mgkg BB, 100 mgkg BB, 200 mgkg BB, dan 300 mgkg BB terhadap kelompok pembanding yang diberi Asetosal 40
mgkg BB. Asetosal dosis 40 mgkg BB sangat efektif sebagai antiagregasi platelet,
karena beberapa percobaan menunjukkan bahwa antiagregasi platelet asetosal efektif pada dosis 100 sampai 325 mg per hari Dewoto, 2008.
4.4.2 Uji Waktu Koagulasi
Waktu koagulasi adalah waktu yang diperlukan untuk terbentuknya benang fibrin, uji ini untuk melihat perubahan fibrinogen menjadi fibrin. Hasil
Universitas Sumatera Utara
dari penelitian uji antiagregasi platelet dengan menggunakan metode waktu koagulasi dapat dilihat pada Tabel 4.5 dan grafik pada Gambar 4.3, persentase
peningkatan lama waktu koagulasi dapat dilihat pada Tabel 4.6 dan Gambar 4.4.
Tabel 4.5 Waktu koagulasi darah mencit putih jantan dengan berbagai
perlakuan.
Keterangan :
Berbeda bermakna terhadap kontrol negatif pada p ≤ 0,01 Berbeda bermakna terhadap pembanding pada p ≤ 0,01
p Signifikansi
N o
Perlakuan Waktu koagulasi detik
Hari ke- 0
Hari ke- 7
p Hari ke-
14 p
Hari ke-21
p Hari ke-
28 P
1 Kontrol
CMC Na 88,00
± 0,61 88,33
± 1,97 0,00
88,50 ± 1,76
0,00 88,50
± 1,76 0,00
88,67 ± 1,50
0,00 2 EEBN 50
mgkg bb 90,50
± 2,26 139,17
± 1,47 0,00
0,00 202,17
± 1,94 0,00
0,00 250,50
± 2,74 0,00
0,00 271,00
± 1,09 0,00
0,00 3 EEBN 100
mgkg bb 91,33
± 2,25 194,67
± 2,25 0,00
0,00 225,17
± 1,47 0,00
0,00 253,67
± 1,50 0,00
0,00 288,17
± 2,14 0,00
0,00 4 EEN 200
mgkg bb 86,67
± 1,63 207,00
± 1,89 0,00
0,00 252,83±
1,72 0,00
0,00 276,50
± 1,52 0,00
0,00 301,50±
1,05 0,00
0,00 5 EEBN 300
mgkg bb 87,17
± 1,17 224,00
± 0,89 0,00
0,00 258,00
± 0,89 0,00
0,00 281,67
± 1,21 0,00
0,00 309,33
± 0,82 0,00
0,00 6 EEBN 400
mgkg bb 87,17
± 1,17 234,83
± 1,47 0,00
0,11 266,67
± 0,82 0,00
0,29 285,33
± 1,63 0,00
1,00 315,67
± 1,96 0,00
0,99 7 Asetosal 40
mgkg bb 88,67
± 2,16 237,67
± 2,06 0,00
268,67± 1,75
0,00 285,33
± 1,63 0,00
316,17± 2,56
0,00
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.6 Persentase peningkatan lama waktu koagulasi darah mencit putih
jantan dengan berbagai perlakuan.
N O
Perlakuan peningkatan lama waktu koagulasi terhadap hari ke -0
Hari ke- 7
P Hari ke-
14 p
Hari ke- 21
p Hari ke-
28 P
1 Kontrol
CMC Na 1,33
± 1,12 0,00
2,27 ± 2,16
0,00 1,89
± 1,17 0,00
2,08 ± 1,32
0,00 2 EEBN 50
mgkg bb 53,85
± 4,06 0,00
0,00 123,54
± 7,47 0,00
0,00 176,96
± 8,71 0,00
0,00 199,57
± 6,93 0,00
0,00 3 EEBN 100
mgkg bb 113,23
± 5,49 0,00
0,00 146,63
± 4,98 0,00
0,00 177,84
± 5,40 0,00
0,00 215,67
± 7,73 0,00
0,00 4 EEBN 200
mgkg bb 138,88
± 2,90 0,00
0,00 191,79
± 4,55 0,00
0,01 219,13
± 6,36 0,00
0,98 247,99
± 7,05 0,00
0,31 5 EEBN 300
mgkg bb 157,02
± 3,93 0,00
0,00 196,02
± 3,67 0,00
0,29 223,17
± 3,38 0,00
1,00 254,93
± 4,89 0,00
0,99 6 EEBN 400
mgkg bb 169,44
± 3,14 0,00
0,99 206,35
± 4,52 0,00
0,94 228,35
± 5,16 0,00
0,57 262,19
± 5,30 0,00
0,82 7 Asetosal 40
mgkg bb 168,18
± 7,47 0,00
203,17 ± 8,38
0,00 221,98
± 9,24 0,00
256,79 ± 10,97
0,00
Keterangan
: Berbeda bermakna terhadap kontrol pada p ≤ 0,01 Berbeda
bermakna terhadap pembanding pada p ≤ 0,01 p Signifikansi
50 100
150 200
250 300
350
7 14
21 28
W ak
tu k
oagu lasi
det ik
Hari ke
CMC Na EEBN 50 mgkg bb
EEBN 100 mgkg bb EEBN 200 mgkg bb
EEBN 300 mgkg bb EEBN 400 mgkg bb
Asetosal 40 mgkg bb Keterangan
Gambar 4.3 Grafik lama waktu koagkulasi darah mencit putih jantan dengan
berbagai perlakuan.
Universitas Sumatera Utara
Pada metode pengukuran waktu koagulasi ini, parameter yang diamati adalah waktu awal terbentuknya benang fibrin darah mencit pada pipa kapiler
yang telah dipatahkan, sehingga waktu koagulasi ditentukan. Adanya efek ditunjukkan oleh semakin panjangnya waktu koagulasi Sukandar
a
, dkk., 2008. Penelitian dengan menggunakan metode pengukuran waktu koagulasi ini
perlakuan yang dilakukan sama seperti perlakuan pada metode pengukuran waktu perdarahan, dengan menggunakan hewan uji yang terdiri dari tujuh
perlakuan, dengan masing-masing kelompok berjumlah enam hewan uji n=6. Perlakuan terdiri dari kelompok 1 adalah kontrol negatif yang diberikan suspensi
50 100
150 200
250 300
7 14
21 28
p en
in gk
at an
Hari ke
CMC Na EEBN 50 mgkg bb
EEBN 100 mgkg bb EEBN 200 mgkg bb
EEBN 300 mgkg bb EEBN 400 mgkg bb
Asetosal 40 mgkg bb Keterangan
Gambar 4.4 Grafik persentase peningkatan lama waktu koagulasi mencit
putih jantan dengan berbagai perlakuan.
Universitas Sumatera Utara
Na CMC 1 secara oral, kelompok 2 adalah pembanding kontrol positif yang diberikan Asetosal dosis 40 mgkg BB secara oral, dan kelompok 3, 4, 5, 6, 7
diberikan suspensi ekstrak etanol buah nanas dengan variasi dosis, secara berturut-turut adalah, 50 mgkg BB, 100 mgkg BB, 200 mgkg BB, 300 mgkg
BB dan 400 mgkg BB secara oral. Penelitian dengan menggunakan metode pengukuran waktu koagulasi
menunjukkan terjadi peningkatan lama waktu koagulasi mencit. Perlakuan yang diberikan suspensi ekstrak etanol buah nanas dalam lima variasi dosis
menunjukkan ada peningkatan lama waktu koagulasi, yang meningkat dengan meningkatnya dosis yang diberikan. Kemudian dibandingkan dengan kelompok
kontrol dan kelompok pembanding, perbedaan antar kelompok dianalisis dengan melihat perbedaan yang bermakna antara kelompok uji terhadap kontrol
pembanding. Penelitian ini menunjukkan terjadi perbedaan bermakna waku koagulasi
darah hewan uji secara statistik p ≤ 0,01 antara perlakuan kelompok kontrol negatif CMC Na 1 terhadap perlakuan kelompok suspensi ekstrak dengan
variasi dosis, yang diberikan suspensi ekstrak etanol buah nanas dosis 50 mgkg BB, dosis 100 mgkg BB, dan dosis 200 mgkg BB, 300 mgkg BB dan 400
mgkg BB. Secara berturut-turut waktu koagulasi darah mencit pada hari ke- 28 adalah 271,00 ± 1,09 detik; 288,17 ± 2,14 detik; 301,50 ± 1,05 detik; 309,33 ±
0,82 detik; 315,67 ± 1,96 detik. Perbandingan antara kelompok kontrol dengan kelompok pembanding yang diberikan Asetosal dosis 40 mgkg BB juga
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan terjadi perbedaan secara bermakna 316,17 ± 2,56 detik, ini menunjukkan ada perbedaan efek antara masing-masing perlakuan.
Perbandingan ke lima kelompok uji yang diberikan suspensi ekstrak etanol buah nanas, antara dosis 50 mgkg BB, dosis 100 mgkg BB, 200 mgkg BB, 300
mgkg BB dan 400 mgkg BB menunjukkan terjadi perbedaan secara bermakna antar kelompok p ≤ 0,01. Pemberian ekstrak etanol buah nanas yang
mengandung enzim bromelin dengan dosis yang berbeda menyebabkan efek koagulasi yang didapatkan juga berbeda, karena pemberian enzim bromelin yang
semakin tinggi dapat menyebabkan semakin tingginya penurunan kadar fibrinogen di dalam darah Maurer, 2001.
Berdasarkan uraian di atas, hasil penelitian yang kemudian dianalisis dengan Anava dan uji lanjutan Tukey dapat disimpulkan, suspensi ekstrak etanol
buah nanas dosis 50 mgkg BB sudah mempunyai efek memperlama waktu koagulasi darah mencit pada metode pengukuran waktu koagulasi, hal ini
ditunjukkan dengan terjadi perbedaan yang bermakna p ≤ 0,01 secara statistik terhadap kontrol negatif yang diberi CMC Na 1, tetapi yang mampu
menyamai efek dari Asetosal dosis 40 mgkg BB sebagai kelompok pembanding kontrol positif, secara statistik hanya suspensi ekstrak etanol buah nanas dosis
400 mgkg BB dengan hasil tidak berbeda secara bermakna dari hari ke tujuh hingga hari ke dua puluh delapan, dengan waktu koagulasi secara berturut-turut
adalah, 234,83 ± 1,47 detik; 266,67 ± 0,82 detik; 285,33 ± 1,63 detik; 315,67 ± 1,96 detik, yang menunjukkan hasil tidak berbeda bermakna p 0,01.
Sementara suspensi ekstrak etanol buah nanas dibawah dosis 400 mgkg BB,
Universitas Sumatera Utara
belum mampu menyamai Asetosal dosis 40 mgkg BB, yang dapat dilihat secara statistik ada perbedaan yang bermakna p ≤ 0,01 antara kelompok uji suspensi
dosis 50 mgkg BB, 100 mgkg BB, 200 mgkg BB, dan 300 mgkg BB terhadap kelompok pembanding yang diberi Asetosal 40 mgkg BB.
Dosis asetosal 40 mgkg BB menurut Yasa, dkk., 2012, merupakan dosis tertinggi jika dikonversikan ke dosis manusia yaitu 310 mgkg BB, dosis
asetosal untuk antiagregsi platelet adalah 81-325 mg per hari. Pengambatan fungsi platelet dapat berpengaruh terhadap rangsang aktivitas lokal faktor-faktor
koagulasi, sehingga menyebabkan lamanya pembentukan bekuan fibrin yang mendorong terbentuknya agregasi platelet Majerus dan Tollefsen, 2008.
Secara normal platelet beredar dalam darah dalam bentuk tidak aktif, tetapi akan menjadi aktif karena adanya berbagai ransangan, sehingga platelet menempel
pada kolagen yang terbuka dalam lapisan subendotel dari pembuluh darah yang luka, lalu platelet akan melapaskan granul yang mengandung mediator kimia
seperti, tromboksan A
2
, ADP, tromboplastin, sehingga akan memacu agregasi platelet Mycek, dkk., 2001. Kerusakan yang terjadi pada platelet akan
menyebabkan pelepasan suatu zat tromboplastin, zat inilah yang akan merangsang proses pembentukan beku darah. Tromboplastin akan mengubah
protrombin yang terdapat didalam darah menjadi trombin, yang kemudian bereaksi dengan fibrinogen menjadi fibrin. Selain itu trombin juga menyebabkan
pecahnya platelet sehingga terbentuk lebih banyak tromboplastin. Banyaknya darah yang mengalir melalui tempat terjadinya kerusakan ini, sehingga faktor-
faktor pembekuan yang dikeluarkan oleh platelet, akan terbawa oleh aliran darah
Universitas Sumatera Utara
sehingga tidak terjadi proses pembekuan darah pada tempat ini, tetapi hanya terjadi suatu trombus Sudiono dan Yuwono, 2003.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN