2. Kendala Pembelajaran di luar Kelas
Selain kendala yang ada di dalam kelas, ada juga kendala yang di luar jam mata pelajaran. Di sekolah SMP Negeri 30 Semarang ini juga
ditemukan berbagai kendala-kendala yang ada di dalam pembinaan sikap nasionalisme siswa. Kendala yang diperoleh dari guru sejarah, Bapak
Basuki Gunarto Wawancara 7 Mei 2013 yang menyatakan sebagai berikut:
“meskipun di dalam sekolah terdapat adanya suatu pembinaan sikap yang namanaya siswa dengan karakter yang berbeda-beda,
tetep saja ada siswa yang menyimpang dari pembinaan. Apalagi dengan anak SMP, dimana anak mengalami masa-
masa puber”. Selain masalah waktu, Bapak Wisnu juga mengalami kendala
dalam pelaksanaan pembinaan sikap nasionalisme pada diri siswa. Hal ini dikarenakan sulitnya mendidik siswa Sekolah Menengah Pertama.
Pernyataan ini juga diperkuat dengan pernyataan Bapak Drs. Al Bekti Wisnu Tomo M.M selaku Kepala Sekolah yang menyatakan bahwa
“hambatan-hambatan dalam pembinaan sikap nasionalisme siswa adalah anak-anak sulit diajak, karena jumlahnya yang banyak dan tergantung
dari niat para guru untuk membinanya sifat nasionalisme” Wawancara 9 Mei 2013.
Cara untuk mengatasi kendala-kendala dalam pembentukan sikap nasionalisme siswa, semua para guru dan Kepala Sekolah mempunyai
cara tersendiri bagi siswa agar siswa tidak menyimpang dari perbuatan- perbuatan yang tidak termasuk bagian dari pembentukan sikap
nasionalisme. Berikut upaya yang digunakan oleh guru sejarah Bapak Basuki Gunarto Wawancara 7 Mei 2013 yang menyatakan bahwa:
“cara untuk mengatasinya ya ada prosedur tersendiri, ada Bimbingan dan Konseling, ada STP2K, untuk penanganan yang
dilakukan untuk para siswa” Pernyataan tersebut juga diperkuat dengan adanya pernyataan dari
Kepala Sekolah Bapak Wisnu Tomo M.M Wawancara 9 Mei 2013 yang menyatakan sebagai berikut:
“Cara mengatasi hambatan-hambatan tersebut yang pertama saya serahkan kepada pihak-pihak yang bertugas, seperti Bimbingan
Konseling dan STP2K. Yang kedua mengadakan diskusi, sharing, rapat dan evaluasi yang dilakukan setiap sebulan sekali oleh semua
para guru, harus ada panggilan orang tua bila anak sudah melampaui batas-batas aturan sekolah dan tidak dapat di
kendalikan lagi maka sekolah wajib mengembalikan kepada orang
tuanya.” Berdasarkan pengamatan pada tanggal 2 Mei - 13 Mei 2013
pembinaan sikap nasionalisme diterapkan di SMP Negeri 30 Semarang. Peserta didik di lingkungan sekolah mampu menerapkan perbuatannya
sesuai dengan sifat-sifat nasionalisme. Peserta didik juga mampu menjalankan nilai etika, nilai nasionalisme, nilai informatif, nilai
keilmuan, nilai budaya dan nilai kependidikan serta nilai kedisiplinan. Upaya yang dilakukan dalam mengatasi adanya kendala-kendala
berupa adanya peraturan-peraturan sekolah, Bimbingan dan Konseling dan STP2K.
Berdasarkan pernyataan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa adanya kendala yang di alami dalam pembelajaran sejarah, baik kendala
di dalam kelas ataupun kendala di luar kelas yang menjadikan siswa yang
menyimpang tetapi dapat diatasi dengan Bimbingan Konseling dan STP2K.
C. Pembahasan 1. Peranan Pembelajaran Sejarah dengan Model