14 asam amino mengandung belerang. Sedangkan pepton dari kreatin kaya akan prolin dan
sistein tetapi kurang lisin Crueger dan Crueger. 1984.
3. Koenzim
Mikroba membutuhkan vitamin B untuk pertumbuhannya seperti vitamin B1 tiamin, B2 riboflavin, B6 piridoxin dan vitamin B12 kobalamin yang diantaranya
berasal dari sumber kaya vitamin B seperti ekstrak khamir. Vitamin B ini digunakan dalam proses pembentukan koenzim yang akan berikatan dengan enzim dengan ikatan
yang tidak begitu kuat. Satu koenzim dapat berikatan dengan beberapa enzim pada kurun waktu yang berlainan selama pertumbuhan sel bakteri. Koenzim dapat dianggap sebagai
substrat khusus karena akan diubah oleh daya kerja apoenzim bagian protein dari enzim secara kimia, namun kemudian akan diubah kembali pada bentuk semula pada akhir
reaksi. Fenomena ini menjadikan koenzim berperan sebagai penghubung berbagai apoenzim yang menggabungkan beberapa reaksi kimia yang berbeda.
Koenzim dapat memindahkan satu molekul dari suatu enzim ke enzim lainnya karena sifatnya tidak khusus dan dapat mengikat diri ke beberapa enzim. Namun
demikian setiap koenzim dapat memindahkan hanya satu jenis molekul yang kecil. Berdasarkan proses demikian maka reaksi enzimatis pembentukan produk dari
substratnya tidak dapat berlangsung bila tidak ada koenzim walaupun ada apoenzimnya. Menurut Lay dan Hastowo 1992, kekurangan vitamin sebagai koenzim menyebabkan
enzim tidak dapat berfungsi semestinya.
4. Garam-garam M ineral
Unsur-unsur mineral seperti magnesium, fosfor, kalium, kalsium, sulfur dan klor, ditambahkan dalam bentuk garam dengan konsentrasi yang tepat Stanbury dan
Whitaker, 1984. Komposisi media untuk produksi xilanase, masing- masing pada media termofilik alkalofilik dan netral disajikan pada Tabel 3.
Seperti halnya sumber karbon, garam-garam nutrien akan menghambat laju pertumbuhan pada konsentrasi tertentu. Bila yang digunakan garam amonium sebagai
sumber nitrogen, penghambatan dimulai pada konsentrasi 10 gl. Penggunaan garam nutrien dari amonium, fosfat dan nitrat masing- masing 9 gl, 10 gl, 5 gl Wang et al.,
1997.
15 Tabel 3 Media pertumbuhan bakteri penghasil xilanase
No Bahan
Komposisi g100 l media Media alkali
a
Media netral
b
1. Polipepton
0,5 -
2. Ekstrak khamir
0,1 0,2
3. K
2
PO
4
0,1 1,5
4. MgSO
4
. 7 H
2
O 0,02
0,025 5.
Xilan sumber karbon 0,5
0,7 6.
NaCl -
0,25 7.
NH
4
Cl -
0,5 8.
Na
2
HPO
4
- 5,0
Sumber : a Nakamura 1993 b Dung et al 1993
Kultivasi Mikroba Penghasil Xilanase
Kultivasi isolat mikroba penghasil xilanase dapat dilakukan dengan cara media padat dan cair. Untuk beberapa produk seperti enzim, kultur media cair akan lebih
menguntungkan dibanding kultur media padat dan telah secara luas digunakan dalam produksi enzim. Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh melalui kultur media cair
adalah komposisi dan komponen media dapat diatur dengan mudah, dapat memberikan kondisi yang optimal bagi pertumbuhan, penggunaan substrat lebih efisien, aerasi dapat
disesuaikan, laju pertumbuhan mikroba dapat diatur dan resiko kontaminan kecil Blevin dan Davis, 1979. Sementara menurut Scragg 1994, kultivasi dengan metode kultur
media cair membutuhkan penguasaan bioreaktor untuk memperoleh produksi yang tinggi. Melalui mekanisme pengadukan maka suhu, pH, oksigen, nutrien dan faktor lingkungan
lainnya dapat tersebar lebih merata di dalam bejana kultivasi.
1. Kondisi Suhu