6 Memiliki Sistematika
Kebijakan pendidikan tentunya merupakan sebuah sistem juga, oleh karenanya harus memiliki sistematika yang jelas
menyangkut seluruh aspek yang ingin diatur olehnya. Sistematika itu pun dituntut memiliki efektifitas dan efisiensi agar kebijakan
pendidikan itu tidak bersifat pragmatis, diskriminatif, dan rapuh strukturnya akibat serangkaian faktor yang hilang atau saling
berbenturan satu sama lainnya. Hal ini harus diperhatikan dengan cermat agar pemberlakuannya kelak tidak menimbulkan kecacatan
hukum secara internal. eksternal dan harus selaras dengan kebijakan lainnya : kebijakan politik, kebijakan moneter, bahkan
kebijakan pendidikan di atas, di samping dan di bawahnya. http:ikmsatu.multiply.comjournalitem2.
b. Kebijakan Sertifikasi
Dalam Permendiknas No. 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi Guru dalam Jabatan dikatakan bahwa Sertifikasi guru sebagai upaya
peningkatan mutu guru dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan guru, sehingga diharapkan dapat meningkatkan mutu pembelajaran dan
mutu pendidikan di Indonesia secara berkelanjutan. Bentuk peningkatan kesejahteraan guru yaitu berupa pemberian tunjangan
profesi sebesar satu kali gaji pokok kepada guru yang memiliki sertifikat pendidik. Tunjangan tersebut berlaku untuk semua guru, baik
guru yang berstatus Pegawai Negeri Sipil PNS maupun guru yang berstatus Non Pegawai Negeri Sipil Non PNS.
Selanjutnya bahwa Sertifikasi guru adalah proses perolehan sertifikat pendidik bagi guru. Sertifikat pendidik yang diperoleh guru
berlaku sepanjang yang bersangkutan melaksanakan tugas sebagai guru sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sertifikat pendidik
ditandai dengan satu nomor registrasi guru yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan Nasional.
Sertifikat diperoleh melalui pendidikan profesi yang diakhiri dengan uji kompetensi. Kompetensi yang harus dikuasai oleh guru
meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Di dalam Landasan Hukum pedoman Sertifikasi Guru bahwa
Penyelenggaraan sertifikasi guru ini didasarkan pada : 1
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Pasal 42 ayat 1 Pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar, sehat
jasmani dan rohani, serta mempunyai kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan Nasional.
Pasal 43 ayat 2 Sertifikasi pendidik diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga
kependidikan yang terakreditasi. 2
Undang-undang Republik Indonesia Nomor. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
Pasal 8, Guru wajib memiliki kualifikasi akademi, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Pasal 11 ayat 1 Sertifikat pendidik sebagaimana dimaksud dalam
pasal 8 diberikan kepada guru yang telah memenuhi persyaratan, ayat 2 sertifikasi pendidik diselenggarakan oleh perguruan tinggi
yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh pemerintah, ayat 3 sertifikasi
pendidik dilaksanakan secara obyektif, transparan, dan akuntabel, ayat 4 ketentuan lebih lanjut mengenai sertifikasi pendidik
sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dan ayat 3 diatur dengan Peraturan Pemerintah.
c. Kebijakan Otonomi Daerah