Pasal 8, Guru wajib memiliki kualifikasi akademi, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Pasal 11 ayat 1 Sertifikat pendidik sebagaimana dimaksud dalam
pasal 8 diberikan kepada guru yang telah memenuhi persyaratan, ayat 2 sertifikasi pendidik diselenggarakan oleh perguruan tinggi
yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh pemerintah, ayat 3 sertifikasi
pendidik dilaksanakan secara obyektif, transparan, dan akuntabel, ayat 4 ketentuan lebih lanjut mengenai sertifikasi pendidik
sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dan ayat 3 diatur dengan Peraturan Pemerintah.
c. Kebijakan Otonomi Daerah
Menurut Danim, 2010 : 158-159, bahwa Otonomi Daerah sebagai realisasi pelaksanaan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999,
merupakan salah satu upaya reformasi sistem pemerintahan yang pada hakikatnya dimaksudkan untuk melakukan perubahan dari pendekatan
kekuasaan ke pendekatan pelayanan atau pemberdayaan masyarakat dalam rangka membangun tatanan kehidupan rakyat yang lebih baik.
Menyadari pula bahwa guru merupakan ujung tombak dunia pendidikan sebagai bagian dari pelaksanaan otonomi di daerah dan guru
sebagai perekat pemersatu bangsa dalam kerangka NKRI. Memahami bahwa pendidikan dalam kerangka otonomi daerah
pada dasarnya merupakan peluang bagi terwujudnya pendidikan
nasional yang bercorak daerah dan pendidikan daerah yang bercorak nasional yang memiliki peluang besar untuk 1 daerah untuk
mengembangkan pendidikan yang lebih sesuai dengan kondisinya, 2 mempartisipasikan
masyarakat secara
lebih nyata,
3 menyederhanakan jalur birokrasi, 4 peningkatan kesejahteraan guru
dan tenaga kependidikan lainnya, 5 pengelolaan pendidikan yang lebih profesional.
Memahami pula bahwa sebagai satu perubahan inovatif, pelaksanaan otonomi daerah memerlukan satu mekanisme adaptasi
yang bersifat sistemik, sinergik, dan simbiotik, yang harus didukung oleh SDM yang berkualitas serta sarana dan prasarana yang memadai.
Mencermati, sejak dilaksanakan otonomi daerah, proses perubahan adaptasi belum berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Keragaman
kebijakan setiap daerah dalam mengelola pendidikan termasuk guru belum menunjukkan kondisi yang kondusif sehingga banyak merugikan
guru dan dikhawatirkan akan mempengaruhi kinerja pendidikan Nasional.
Mencermati pula bahwa manajemen guru dalam otonomi daerah belum menempatkan guru sebagai subyek mitra dalam pendidikan dan
masih cenderung lebih banyak memperlakukan guru sebagai obyek dalam kerangka pola-pola birokratis yang kaku. Keadaan ini akan
menghambat kinerja guru dan pendidikan pada umumnya. Mendesak kepada penyelenggara negara di pusat dan daerah baik
legislatif maupun eksekutif untuk melakukan pengkajian ulang dan perbaikan terhadap berbagai perundang-undangan dan kebijakan
pendidikan, termasuk Peraturan Daerah tentang Pendidikan yang berkaitan dengan otonomi daerah agar dapat terwujud sesuai dengan
tujuannya. Mengusulkan agar manajemen guru berada dalam kendali
Nasional dengan tetap menjaga semangat dan realisasi otonomi daerah dalam wadah NKRI.
4. Manfaat Kebijakan