bahwa peningkatan ekspresi dari epidermal growth factor reseptor EGFR dan transforming growth factor-alpha TGF-alpha mungkin berhubungan dengan
paparan awal karsinogen yang menyebabkan inverted papilloma. Infeksi Human papilloma virus HPV mungkin juga merupakan awal dari proses panjang yang
menyebabkan perubahan inverted papilloma menjadi ganas.
3,23,30,31
Telah lama dicurigai bahwa virus merupakan penyebab terjadinya papilloma sinonasal. Barnes melaporkan bahwa 131 38 dari 341 kasus
papilloma sinonasal yang dilakukan analisis biologi molekular hibridisasi in situ atau polymerase chain reaction menunjukkan hasil positif terhadap Human
Papilloma Virus HPV, terutama HPV 6 dan 11, beberapa HPV 16 dan 18, dan sangat jarang tipe lainnya misalnya HPV 57. Namun belum diketahui secara
pasti apakah ada hubungan sebab-akibat antara kehadiran HPV dengan perkembangan tumor ini.
3,10,23,30,31
2.5 Gambaran Klinis
Gejala awal cenderung tidak spesifik dan bervariasi, mulai dari obstruksi hidung unilateral, diikuti dengan rhinorrhea jernih encer, serosanguinosa,
purulen, sampai epistaksis. Pada keadaan lanjut, tumor tumbuh besar sampai ke pipi, dapat menginvasi ke orbita, pterygopalatine, fossa infratemporal, kavitas
pada kranial, dan dapat menimbulkan rasa nyeri terutama di malam hari atau saat berbaring, gangguan neurologi parastesia, anastesia sampai paralisis saraf-saraf
otak, dan gangguan visual dan exoftalmus. Pada beberapa kasus ditemukan tanpa gejala awal sehingga diagnosis sering terlambat dan pasien datang dengan
penyakit telah memasuki stadium lanjut.
1,12,29
Universitas Sumatera Utara
Gambaran klinis dapat juga bergantung pada lokasi primer dan arah perluasan penyebaran. Tumor rongga hidung muncul dengan gejala pada hidung
berupa obstruksi hidung unilateral dan rhinorrhea. Sekretnya sering bercampur darah atau terjadi epistaksis. Tumor yang besar dapat mendesak tulang hidung
sehingga terjadi deformitas hidung. Khas pada tumor yang ganas sekret berbau karena mengandung jaringan nekrotik. Tumor etmoid juga muncul dengan gejala pada
hidung, namun juga bisa memiliki gejala pada orbita seperti proptosis, epifora, exoptalmus, diplopia, hingga terjadi penyumbatan sakus lakrimalis. Tumor sinus
frontalis cenderung muncul hanya berupa gejala orbita. Tumor sinus sfenoid umumnya muncul terlambat pada spesialis neurologi dengan gejala
neurologis.
1,9,19,29
Invasi ke rongga hidung menyebabkan obstruksi hidung dan epistaksis dan tumor umumnya terlihat jelas. Sebagai catatan bahwa epistaksis pada pasien dewasa
yang tidak hipertensi membutuhkan investigasi radiologis. Perluasan tumor ke rongga mulut menyebabkan gejala oral berupa penonjolan atau ulkus di palatum
atau di prosessus alveolaris. Pasien mengeluh gigi palsunya tidak pas lagi atau gigi geligi goyang. Seringkali pasien datang ke dokter gigi karena nyeri di gigi,
tetapi tidak sembuh meskipun gigi yang sakit telah dicabut. Perluasan tumor ke depan akan menyebabkan gejala fasial berupa pembengkakan pada wajah disertai
nyeri, anastesia atau parastesia jika mengenai nervus trigeminus. Perluasan tumor ke intrakranial menyebabkan gejala intrakranial berupa sakit kepala hebat,
oftalmoplegia dan gangguan visus. Dapat di sertai likourea, yaitu cairan otak yang keluar melalui hidung. Jika perluasan sampai ke fossa kranii media maka saraf-
saraf kranial lainnya yang terkena. Jika tumor meluas ke belakang, terjadi trismus
Universitas Sumatera Utara
akibat terkenanya muskulus pterigoideus di sertai anastesia dan parastesi daerah persarafan nervus maksilaris dan mandibularis. Perluasan ke arah nasofaring dapat
menimbulkan gejala sumbatan tuba Eustachius, seperti nyeri telinga, tinnitus dan gangguan pendengaran.
1,9,12,32
Gambaran karakteristik klinis berbagai varian papilloma sinonasal ini dirangkum oleh Cheng et al. dalm satu tabel.
2.6 Gambaran Radiologis