7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. BENDUNGAN PENAHAHAN SEDIMEN
2.1.1. Uraian Umum
Lahar yang terdapat pada lereng bagian hulu Gunung Merapi dan curah hujan yang sangat deras dalam waktu lama dengan intensitas tinggi, dapat
menyebabkan bahaya banjir lahar dingin atau bahaya sekunder. Bahaya sekunder diakibatkan oleh mengalirnya air yang membawa endapan berupa material yang
sebelumnya menumpuk pada lereng bagian hulu. Endapan awan panas pada lereng bagian hulu merupakan endapan material yang lepas yang sewaktu terjadi
hujan akan hanyut ke hilir dalam bentuk banjir lahar. Hujan dengan kondisi 50 mmjam sudah perlu diwaspadai akan terjadinya banjir lahar. Kecepatan aliran
lahar dapat mencapai 36 kmjam dan konsentrasi endapan material sedimen yang diendapkan dapat mencapai 40 . Dengan kecepatan yang cukup besar dan
kandungan yang besar tersebut, aliran akan bersifat merusak terhadap apapun yang dilalui aliran tersebut. Oleh karena itu untuk mengurangi besarnya sedimen
yang dibawa oleh aliran lahar dan mengurangi kecepatan aliran maka perlu adanya pengendalian banjir lahar dingin.
Prinsip-prinsip pengendalian banjir lahar dingin antara lain :
Menampung endapan sedimen di daerah hulu dan mengurangi produksi sedimen dari alur sungai dan tebing sungai dengan membangun dam penahan
sedimen sabo dam .
Menahan endapan sedimen di daerah endapan dengan membangun kantong- kantong lahar dan tanggul.
Mengarahkan aliran banjir di daerah hilir dengan pembuatan dam konsolidasi,
tanggul, dan perbaikan alur sungai. Upaya penanggulangan masalah erosi dan sedimentasi telah lama di
lakukan di Indonesia dengan menitik beratkan pada upaya pencegahan dengan menggunakan teknologi sederhana berupa penghutanan dan bendung pengendali
sedimen. Teknologi sabo mulai dikenalkan di Indonesia sejak kedatangan tenaga
8 ahli sabo dari Jepang, Mr. Tomoaki Yokota, pada tahun 1970. Sabo berasal dari
bahasa Jepang yang terdiri dari dua kata yaitu sa yang berarti pasir dan bo yang berati pengendalian, dengan demikian secara harfiah sabo mengandung pengertian
pengendali pasir. Akan tetapi dalam kenyataannya sabo merupakan suatu sistem penanggulangan bencana alam akibat erosi dan sedimentasi. Termasuk di
dalamnya erosi dan sedimentasi yang disebabkan oleh adanya lahar hujan,
sedimen luruh, tanah longsor, dan lain-lain.
Bentuk sabo dam memiliki perbedaan dengan bangunan bendung seperti di bawah ini :
main dam lubang drainase
sub dam
Gambar 2.1. Sketsa memanjang sabo dam
lantai hulu mercu
lantai terjun
R
2
R
1
Gambar 2.2. Sketsa memanjang bendung
Ada beberapa macam bangunan sabo antara lain :
Dam konsolidasi : untuk mengurangi produksi sedimen dari alur dan tebing sungai.
Check dam : untuk menampung dan mengendalikan sedimen.
Sandpocket : untuk menahan endapan sedimen di daerah endapan.
Tanggul : untuk mengarahkan aliran banjir dan mengurangi pengikisan
tebing.
9 Jenis pekerjaan sabo terbagi atas dua bagian, yaitu :
1. Pekerjaan langsung, yaitu pemantapan lereng bukit sebagai upaya pencegahan
terjadinya erosi, antara lain sengkedan, penghutanan, bendung pengendali sedimen, dan lain-lain.
2. Pekerjaan tidak langsung, sebagai upaya pengendalian aliran sedimen dan
sedimen luruh debris flow , antara lain bendung penahan sedimen, kantong sedimen, normalisasi kanalisasi alur, tanggul dan lain-lain.
Aliran debris adalah aliran sedimen lahar dalam jumlah yang banyak
akibat erupsi lahar yang disertai awan panas dan mengalir ke sungai berdasarkan kemiringan gunung.
2.1.2. Pola Penanggulangan Banjir Lahar Dingin