Termometer Ruangan Termometer Digital Termokopel

juga berbeda. Tinggi kolom ini digunakan untuk menentukan suhu. Prinsip kerja termometer buatan Galileo berdasarkan pada perubahan volume gas dalam labu. Tetapi dimasa ini termometer yang sering digunakan terbuat dari bahan cair misalnya raksa. Prinsip yang digunakan adalah pemuaian zat cair ketika terjadi peningkatan suhu benda. Raksa digunakan sebagai pengisi termometer karena raksa mempunyai keunggulan: 1. Raksa penghantar panas yang baik, 2. Pemuaiannya teratur, 3. Titik didihnya tinggi, 4. Warnanya mengkilap, dan 5. Tidak membahasi dinding.

2.9.10.1 Termometer Ruangan

Termometer ini berfungsi untuk mengukur suhu pada sebuah ruangan. Pada dasarnya termometer ini sama dengan termometer yang lain hanya saja skalanya yang berbeda. Skala termometer ini antara -50°C sampai 50°C.

2.9.10.2 Termometer Digital

Karena perkembangan teknologi maka diciptakanlah termometer digital yang prinsip kerjanya sama dengan termometer yang lainnya yaitu pemuaian. Termometer digital menggunakan logam sebagai sensor suhunya yang kemudian memuai dan pemuaiannya ini diterjemahkan oleh rangkaian elektronik dan ditampilkan dalam bentuk angka yang langsung bisa dibaca.

2.9.10.3 Termokopel

Termokopel merupakan termometer yang menggunakan bahan bimetal sebagai alat pokoknya. Ketika terkena panas maka bimetal akan bengkok ke arah yang koefisiennya lebih kecil. Pemuaian ini kemudian dihubungkan dengan jarum dan menunjukkan angka tertentu. Angka yang ditunjukkan jarum ini menunjukkan suhu benda. Sensor adalah sebuah alat yang dapat mengubah suatu isyarat atau keadaan menjadi sinyal-sinyal listrik. Terdapat beragam jenis sensor, seperti: sensor cahaya, sensor gaya, sensor suhu, sensor suara, sensor kelembaban, sensor getaran atau vibrasi, sensor kecepatan, sensor gas, sensor ledakan, dan masih banyak lagi. Universitas Sumatera Utara Termokopel terdiri dari dua konduktor atau ”termoelemen” yang berbeda, dihubungkan menjadi satu rangkaian seperti yang terlihat pada gambar 1. Dua termoelemen A dan B dihubungkan junction dan jika temperatur antara junction pertama cold junction dan kedua hot junction berbeda maka akan timbul arus akibat gaya gerak listrik EMF. Gambar 2.8 Diagram Skematik Termokopel Gambar 2.9 Pengukuran EMF Jika cold junction dan open circuit dihubungkan dengan voltmeter dengan impedansi yang tak terhingga besar sekali, seperti yang terlihat pada gambar 2, maka akan terbaca tegangan pada voltmeter, tegangan tersebut dikenal sebagai tegangan Seebeck. Laju perubahan nilai tegangan akibat perubahan temperatur disebut dengan koefisien Seebeck. Hubungan tegangan antara termo elemen A dan B dengan perbedaan temperatur adalah = Δ [1] Dimana : EABT adalah tegangan Seebeck ST adalah koefisien Seebeck, ΔT adalah perbedaan temperatur antara hot junction dengan cold junction. Prinsip Kerja : Jika salah satu bagian pangkal lilitan dipanasi, maka pada kedua ujung penghantar yang lain akan muncul beda potensial emf. Thermokopel ditemukan oleh Thomas Johan Seebeck tahun 1820 dan dikenal dengan Efek Seebeck. Tipe-tipe kombinasi logam penghantar thermokopel: a. Tipe E kromel-konstantan b. Tipe J besi-konstantan Universitas Sumatera Utara c. Tipe K kromel-alumel d. Tipe R-S platinum-platinum rhodium e. Tipe T tembaga-konstantan Tegangan keluaran emf elektro motive force thermokopel masih sangat rendah, hanya beberapa milivolt. Thermokopel bekerja berdasarkan perbedaan pengukuran. Oleh karena itu, untuk mengukur suhu yang tidak diketahui, terlebih dulu harus diketahui tegangan Vc pada suhu referensi reference temperature. Bila thermokopel digunakan untuk mengukur suhu yang tinggi maka akan muncul tegangan sebesar Vh. Tegangan sesungguhnya adalah selisih antara Vc dan Vh yang disebut net voltage Vnet. Besarnya Vnet ditentukan dengan rumus: Vnet = Vh – Vc Keterangan : Vnet = tegangan keluaran thermokopel Vh = tegangan yang diukur pada suhu tinggi Vc = tegangan referensi Gambar 2.10 Grafik tegangan terhadap suhu pada thermokopel tipe E, J, K dan R

2.9.11 Sensor Suhu