c. Tipe K kromel-alumel
d. Tipe R-S platinum-platinum rhodium
e. Tipe T tembaga-konstantan
Tegangan keluaran emf elektro motive force thermokopel masih sangat rendah, hanya beberapa milivolt. Thermokopel bekerja berdasarkan perbedaan
pengukuran. Oleh karena itu, untuk mengukur suhu yang tidak diketahui, terlebih dulu harus diketahui tegangan Vc pada suhu referensi reference temperature.
Bila thermokopel digunakan untuk mengukur suhu yang tinggi maka akan muncul tegangan sebesar Vh. Tegangan sesungguhnya adalah selisih antara Vc dan Vh
yang disebut net voltage Vnet.
Besarnya Vnet ditentukan dengan rumus: Vnet = Vh
– Vc Keterangan :
Vnet = tegangan keluaran thermokopel Vh = tegangan yang diukur pada suhu tinggi
Vc = tegangan referensi
Gambar 2.10 Grafik tegangan terhadap suhu pada thermokopel tipe E, J, K dan R
2.9.11 Sensor Suhu
Sensor untuk suhu adalah thermistor yang dijelaskan pada artikel sebelumnya. Nilai tahanan thermistor akan semakin berkurang dengan
meningkatnya suhu. Cara terbaik untuk menggunakan komponen ini adalah dengan menyambungkannya ke sebuah rangkaian pembagian tegangan.
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya informasi mengenai suhu akan muncul sebagai tegangan pada persambungan junction rangkaian pembagi tegangan. Dengan kata lain, suhu
direpresentasikan dalam bentuk sinyal tegangan yang dihasilkan oleh rangkaian pembagi tegangan. Di bawah ini merupakan rangkaian pembagi tegangan untuk
thermistor sebagai sensor suhu.
Gambar 2.11 IC LM 35
Berfungsi untuk mengubah suhu menjadi tegangan tertentu yang sesuai dengan perubahan suhu.
Gambar 2.12 Rangkaian dasar IC LM 35
Tegangan keluaran rangkaian bertambah 10 mV0C. Dengan memberikan tegangan referensi negatif -Vs pada rangkaian, sesor ini mampu bekerja pada
rentang suhu -550C – 1500C. Tegangan keluaran dapat diatur 0 V pada suhu 00C
dan ketelitian sensor ini adalah ± 10C.
2.9.12 Mikrokontroler ATMega
Minimum sistem ini merupakan sistem kontrol dari keseluruhan sistem kerja menggunakan tiga minimum sistem. Pada proyek akhir ini digunakan
Universitas Sumatera Utara
sistem minimum yang berbasis pada mikrokontroller ATmega16, digunakan ATmega16 karena bahasa pemrograman AVR tersebut adalah bahasa C yaitu
bahasa pemrograman tingkat menengah bahasa instruksi program mendekati bahasa manusia sehingga lebih mudah untuk membuat atau menerapkan suatu
algoritma program. Kelebihan lainnya adalah setiap pin dalam satu port dapat kita tentukan sebagai input atau output secara mudah karena didalamnya sudah
dilengkapi fasilitas tersendiri untuk inisialisasi. Rangkaian IO dari mikrokontroller mempunyai kontrol direksi yang tiap bitnya dapat
dikonfigurasikan secara individual, maka dalam pengkonfigurasian IO yang digunakan ada yang berupa operasi port ada pula yang dikonfigurasikan tiap bit
IO. Berikut ini akan diberikan konfigurasi dari IO mikrokontroller tiap bit yang ada pada masing-masing port yang terdapat pada mikrokontroller. Ø Port A Port
A ini dalam perancangan sistem digunakan untuk input dari sensor.
Dari 8 bit yang ada digunakan 7 bit untuk MSB difungsikan sebagai aktif low, sedangkan LSB difungsikan sebagai aktif high. Ø Port B Ø Port C ini dalam
perancangan sistem difungsikan sebagai output LCD. Ø Port D dan PIND.0 dikonfigurasikan sebagai output aktuator lampu. J
ika logika “0” maka aktuator tersebut mati tidak menyala, sedangkan logika “1” berarti aktuator tesebut
sedang menyala hidup. Sedangkan pengambilan data dari sensor SHT 11 tersebut akan di up date setiap 1 detik untuk mendapatkan nilai suhu maupun
kelembaban yang kemudian ditampilkan pada LCD, dimana pengambilan data dari sensor SHT 11 secara bergantian dalam waktu 1 detik tersebut. Dengan
mikrokontroller dapat mengendalikan suatu peralatan agar dapat bekerja secara otomatis. Untuk mengakses LCD 2x16 harus mengkonfigurasikan pin dari LCD
dengan pin IO mikrokontroller tersebut. Pada gambar menunjukkan konfigurasi dari pin-pin LCD tersebut
Gambar 2.12 Mikrokontroler ATMega
Universitas Sumatera Utara
2.9.13 Skala Suhu