BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Negara Indonesia yang lahir pada 17 Agustus 1945 adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Dalam penyelenggaraan pemerintahannya, daerah Indonesia terdiri atas
beberapa daerahwilayah provinsi, dan disetiap daerahwilayah provinsi terdapat daerahwilayah kabupatenkota. Selanjutnya di tiap daerah kabupatenkota terdapat satuan
pemerintahan terendah yang disebut desa dan kelurahan. Dengan demikian desa dan kelurahan merupakan satuan pemerintahan terendah dibawah kabupatenkota.
Desa dan kelurahan adalah dua satuan pemerintahan terendah dengan status berbeda. Desa adalah satuan pemerintahan yang diberi hak otonomi adat, yaitu merupakan wilayah
dengan batas-batas tertentu sebagai kesatuan masyarakat hukum adat yang berhak mengatur dan mengurus urusan masyarakat setempat berdasarkan asal-usulnya. Sedangkan kelurahan
adalah satuan pemerintahan administrasi yang hanya merupakan kepanjangan tangan dari pemerintah kabupatenkota. Jadi, kelurahan bukan badan hukum melainkan hanya sebagai
tempat beroperasinya pelayanan pemerintahan dari pemerintah kabupatenkota di wilayah kelurahan setempat, berbeda dengan desa yang merupakan badan hukum.
Dalam konteks Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah, Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus Urusan Pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, danatau hak
tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Berbeda dengan kelurahan yaitu merupakan satuan pemerintahan
1
Universitas Sumatera Utara
dibawah kecamatan yang merupakan wilayah pelayanan dari kabupatenkota, kelurahan hanyalah wilayah pelayanan pejabat yaitu lurah, yang diberi tugas oleh bupatiwalikota
dibawah koordinasi camat. Menurut P.J.Bournen 1971: 19 desa adalah salah satu bentuk kuno dari kehidupan
bersama sebanyak beberapa ribu orang, hampir semuanya saling mengenal; kebanyakan yang termasuk didalamnya hidup dari pertanian, perikanan, dan sebagainya usaha-usaha yang
dapat dipengaruhi oleh hukum dan kehendak alam. Dan dalam tempat tinggal itu terdapat banyak ikatan-ikatan keluarga yang rapat, ketaatan, dan kaedah-kaedah sosial. Sedangkan
menurut I.Nyoman Beratha 1982: 27 desa atau dengan nama aslinya yang setingkat yang merupakan kesatuan masyarakat hukum berdasarkan susunan asli adalah suatu “badan
hukum” dan adalah pula “badan pemerintahan”,yang merupakan bagian wilayah kecamatan atau wilayah yang melingkunginya. Selanjutnya menurut R.H. Unang Soenardjo desa adalah
suatu kesatuan masyarakat berdasarkan adat dan hukum adat yang menetap dalam suatu wilayah yang tertentu batas-batasnya; memiliki ikatan lahir dan batin yang sangat kuat, baik
karena seketurunan maupun karena sama-sama memiliki kepentingan politik, ekonomi, sosial, dan keamanan; memiliki susunan pengurus yang dipilih bersama-sama; memiliki
kekayaan dalam jumlah tertentu dan berhak menyelenggarakan urusan rumah tangga sendiri dalam Hanif Nurcholis,2011 :4. Berdasarkan pengertian tersebut dapat ditarik suatu
pemahaman bahwa desa adalah suatu wilayah yang didiami oleh sejumlah penduduk yang saling mengenal atas dasar hubungan kekerabatan atau kepentingan politik, sosial, ekonomi,
dan keamanan yang dalam pertumbuhannya menjadi kesatuan masyarakat hukum berdasarkan adat sehingga tercipta ikatan lahir batin antara masing-masing warganya, di
dalam desa juga terdapat organisasi yang menjalankan pemerintahan desa yang dipilih bersama sama oleh masyarakatnya, selain itu juga dapat kita pahami bahwa desa juga
mempunyai hak untuk mengatur rumah tangga sendiri.
Universitas Sumatera Utara
Sebagai sebuah satuan pemerintahan terkecil, tentu saja desa memiliki organisasi yang berfungsi menjalankan pemerintahan. Dalam konteks Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014 tentang Pemerintah Daerah, pemerintahan desa terdiri atas Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan
Desa. Pemerintah desa seperti yang disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014 di atas yakni Kepala Desa beserta perangkatnya sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa memiliki peran besar dalam mewujudkan pembangunan di suatu desa.
Pembangunan biasanya didefinisikan sebagai rangkaian usaha mewujudkan pertumbuhan secara terencana dan sadar yang ditempuh oleh suatu Negara atau bangsa menuju modernitas
dalam rangka pembinaan bangsa, misalnya pembangunan dibidang ekonomi, apabila pembangunan ekonokmi telah berjalan dengan baik maka pembangunan dibidang lain akan
berjalan dengan baik Siagian, 2000:4. Suatu skema baru otonomi daerah yang didalamnya termuat semangat melibatkan masyarakat, dengan menekankan bahwa kualitas otonomi
daerah akan ditentukan oleh sejauh mana keterlibatan masyarakat, maka dengan sendirinya harus adanya seluruh aspirasi masyarakat semenjak dini Abe, 2005.
Partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintah juga harus ada sebab masyarakat adalah pemilik kedaulatan dan masyarakat adalah subjek dalam pembangunan.
Selain itu, program-program yang dirumuskan dan dilaksanakan secara partisipasi turut memberikan kesempatan secara langsung kepada masyarakat dalam perencanaan yang
menyangkut kesejahteraan mereka. Dalam pembangunan, partisipasi masyarakat merupakan salah satu elemen proses pembangunan desa, oleh karena itu partisipasi masyarakat dalam
pembangunan perlu dibangkitkan terlebih dahulu oleh pihak lain seperti pemerintah desa, sehingga dengan adanya keterlibatan pemerintah desa besar kemungkinan masyarakat akan
merasa diberi peluang atau kesempatan ikut serta dalam pembangunan, karena pada dasarnya
Universitas Sumatera Utara
menggerakkan partisipasi masyarakat desa merupakan salah satu sasaran pembangunan desa itu sendiri. Masyarakat sebagai subjek pembangunan berarti masyarakat terkena langsung
atas kebijakan dan kegiatan pembangunan. Dalam hal ini masyarakat perlu ikut dilibatkan baik dari segi formulasi kebijakan maupun aplikasi kebijakan tersebut, sebab merekalah yang
dianggap lebih tahu kondisi lingkungannya. Salah satu wujud kepemerintahan yang baik ialah suatu kepemerintahan yang
memperhatikan dan responsif terhadap kehendak dan aspirasi masyarakat serta melibatkan mereka partisipasi dalam setiap pengambilan keputusan yang menyangkut berbagai aspek
kepentingan masyarakat kebijakan publik. Masyarakat dilibatkan dan berpartisipasi dalam penyusunan program pembangunan serta pengambilan kebijakan, baik yang diambil dalam
forum legislatif maupun eksekutif atau secara bersama-sama. Selain itu juga manajemen kepemerintahan dilaksanakan secara terbuka dan transparan, serta dapat dipertanggung
jawabkan akuntabel kepada masyarakat, menggunakan prinsip-prinsip pelayanan untuk kepuasan masyarakat, efisiensi, dan efektivitas.
http:www.kompasiana.comsimonmanalukonsep- otonomi-daerah-good-governance-dan-reinventing-government-dalam-pembangunan-daerah diakes pada 13
November 2015 pukul 6.21
Peran serta langsung masyarakat desa sangat diperlukan dalam mewujudkan pembangunan di desa itu sendiri dan terus diperkuat dan diperluas. Dengan demikian istilah
partisipasi tidak sekedar menjadi retorika semata tetapi diaktualisasikan secara nyata dalam berbagai kegiatan dan pengambilan kebijakan pembangunan. Partisipasi masyarakat dalam
pembangunan mutlak diperlukan, tanpa adanya partisipasi masyarakat pembangunan hanyalah menjadikan masyarakat sebagai objek semata. Memang dalam kenyataan seringkali
masyarakat merasa “tidak memiliki” dan “acuh tak acuh” terhadap program pembangunan yang ada. Penempatan masyarakat sebagai subjek pembangunan mutlak diperlukan sehingga
masyarakat akan dapat berperan serta secara aktif mulai dari perencanaan, pelaksanaan
Universitas Sumatera Utara
hingga monitoring dan evaluasi pembangunan, terlebih apabila kita akan melakukan pendekatan pembangunan dengan semangat kualitas.
Partisipasi masyarakat memiliki banyak bentuk, mulai dari yang berupa keikutsertaan langsung masyarakat dalam program pemerintahan maupun yang sifatnya tidak langsung,
seperti berupa sumbangan dana, tenaga, pikiran, maupun pendapat dalam pembuatan kebijakan pemerintah. Namun demikian ragam dan kadar partisipasi seringkali ditentukan
secara massa yakni dari banyaknya individu yang dilibatkan. Padahal partisipasi masyarakat pada hakikatnya akan berkaitan dengan akses masyarakat untuk memperoleh informasi.
Hingga saat ini partisipasi masyarakat masih belum menjadi kegiatan tetap dan terlembaga khsususnya dalam pembuatan keputusan. Sejauh ini, partisipasi masyarakat masih terbatas
pada keikutsertaan dalam pelaksanaan program-program atau kegiatan pemerintah, padahal partisipasi masyarakat tidak hanya diperlukan pada saat pelaksanaan tapi juga mulai tahapan
perencanaan bahkan pengambilan keputusan. Adanya kebijakan otonomi daerah telah memberikan kewenangan kepada daerah
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi yang berkembang pada masyarakat. Kebijakan tersebut memberikan kesempatan
kepada masyarakat untuk turut serta berpartisipasi dalam seluruh proses kebijakan pembangunan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pemeliharaan dan pengawasan. Untuk
mewujudkan kegiatan pembangunan yang lebih demokratis sebagai upaya dalam mendukung berjalannya roda pemerintahan, pemerintah pusat telah memberikan wewenang kepada
daerah untuk lebih menentukan nasib pembangunan daerah itu sendiri melalui UU No. 23 Tahun 2014 tetang Pemerintah Daerah. Maksud dan tujuan Undang-Undang tersebut adalah
menciptakan pemerataan pembangunan nasional dalam mengatasi kesenjangan antar daerah, karena dengan pembangunan daerah itulah yang akan dapat menjangkau pelosok negeri.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, kewenangan Desa meliputi kewenangan di bidang penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan
Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan adat istiadat Desa. Kemudian
selanjutnya dalam pasal 18 diatur mengenai kewenangan desa yang mencakup: a.
kewenangan berdasarkan hak asal usul; b.
kewenangan lokal berskala Desa; c.
kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah KabupatenKota; dan
d. kewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau
Pemerintah Daerah KabupatenKota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.
Pemerintah daerah adalah pelaksanaan fungsi-fungsi pemerintah daerah yang dilakukan oleh lembaga pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD.
Pemerintah daerah yang dimaksud adalah termasuk didalamnya pemerintah desa. Pemerintah desa diharapkan mampu membentuk daerah baik kemampuan ekonomi, potensi daerah,
kependudukan, sosial politik maupun pertahanan dan keamanan. Disini jelas bahwa pemerintah daerah dalam rangka meningkatkan efisiensi penyelenggaraan otonomi daerah
perlu memperhatikan hubungan antar susunan pemerintahan dan antar Pemerintahan Daerah. Hakikat otonomi daerah adalah efisiensi dan efektifitas dalam penyelenggaraan
pemerintahan, yang ada pada akhirnya bernuansa pada pemberian pelayanan kepada masyarakat yang hakikatnya semakin lama semakin baik, disamping untuk memberi peluang
peran serta masyarakat dalam kegiatan pemerintahan dan pembangunan secara luas dalam konteks demokrasi, dan bila dikaitkan dengan pemerintah desa yang keberadaanya adalah
berhadapan langsung dengan masyarakat, maka sejalan dengan otonomi daerah yang
Universitas Sumatera Utara
dimaksud. Upaya untuk memberdayakan pemerintah desa harus dilaksanakan, karena posisi pemerintah yang paling dekat masyarakat adalah pemerintah desa. Peran serta masyarakat
dan partisipasinya dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan pemerintahan desa dari seluruh aspeknya, tidak akan dapat berjalan secara maksimal, bilamana pemerintah desa Kepala
Desa sebagai orang yang terdepan dengan memiliki kewenangan untuk menggerakkan masyarakat sebagai administrator pembangunan besifat apatis atau acuh tak acuh terhadap
kondisi masyarakatnya dan pemerintahannya, maka yang terjadi adalah kefakuman. Hal yang menarik dan sejauh pengamatan penulis di Desa Pekubuan Kecamatan
Tanjung Pura Kabupaten Langkat terlihat bahwa pemerintah desa Kepala Desa belum maksimal dalam melakukan fungsi motivator sebagai pemerintah desa. Desa Pekubuan yang
berada di Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat ini terdiri dari 10 dusun. Dan sejauh pengamatan penulis sebelum melakukan penelitian memang berbagai program pembangunan
telah tampak di Desa Pekubuan Kabupaten Langkat ini seperti pengaspalan jalan di gang yang ada di desa Pekubuan ini meskipun belum seluruhnya, selain itu juga ada program
pembangunan rumah atau bedah rumah bagi masyarakat desa yang kurang mampu. Progam bedah rumah ini merupakan program yang memberikan kesempatan bagi masyarakat yang
kurang mampu untuk memiliki rumah yang layak huni. Jadi, bagi masyarakat Desa Pekubuan yang belum memiliki rumah layak huni sesuai standar akan mendapatkan bantuan berupa
program bedah rumah ini. Progam bedah rumah ini dilakukan atas dasar partisipasi masyarakat Desa Pekubuan dalam hal pembangunannya. Namun, dalam program ini tidak
semua masyarakat ikut terlibat. Hanya sebagian masyarakat yang ikut berpartisipasi secara aktif dalam program tersebut. Sebagian lagi acuh tak acuh. Tentu dalam hal ini dibutuhkan
peranan dari pemerintah desa untuk memberikan dorongan agar masyarakat mau ikut berpartisipasi. Karena partisipasi dari masyarakat desa akan sangat berpengaruh dalam
pembangunan desa itu sendiri.
Universitas Sumatera Utara
Oleh karena itu berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul
“Peranan Pemerintah Desa Untuk Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan” Studi Kasus di Desa Pekubuan Kecamatan
Tanjung Pura Kabupaten Langkat.
1.2. Fokus Masalah