Koefisien Determinasi Koefisien Korelasi

dan 2 . Dalam persamaan model regresi linier yang diperoleh, maka antara nilai Y dan akan menimbulkan perbedaan hasil yang sering disebut sebagai kekeliruan. Untuk mengetahui ketepatan persamaan estimasi dapat digunakan kesalahan standar estimasi standard error of estimate. Besarnya kesalahan standar estimasi menunjukkan ketepatan persamaan estimasi untuk menjelaskan nilai variabel tidak bebas yang sesungguhnya. Kesalahan standar estimasi dapat ditentukan dengan rumus: .12 = − 2 �− −1 2.7 Keterangan: .12 = Kesalahan baku Y i = nilai data sebenarnya  i Y = nilai taksiran n = banyak ukuran sampel k = banyak variabel bebas

2.5 Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi yang dinyatakan dengan R 2 untuk pengujian regresi linier berganda yang mencakup lebih dari dua variabel adalah untuk mengetahui proporsi keragaman total dalam variabel tak bebas Y yang dapat dijelaskan atau diterangkan oleh variabel-variabel bebas X yang ada dalam model persamaan regresi linier berganda secara bersama-sama. Maka 2 akan ditetukan dengan rumus, yaitu: Universitas Sumatera Utara R 2 = 2 y JK reg  2.8 Dengan: �� = 1 1 + 2 2 + ⋯ + 2.9

2.6 Koefisien Korelasi

Studi yang membahas derajat hubungan antara variabel-variabel tersebut dikenal dengan nama analisis korelasi. Ukuran yang dipakai untuk mengetahui derajat hubungan, terutama data kuantitatif dinamakan koefisien korelasi. Besarnya hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yag lain dinyatakan dengan koefisien korelasi yang disimbolkan dengan “r” yang besarnya adalah akar koefisien determinasi. Atau secara matematis dapat ditulis sebagai berikut: r = 2 2.10 Untuk mengetahui keeratan hubungan antara dua variabel dengan menggunakan koefisien korelasi adalah dengan menggunakan nilai absolut dari koefisien tersebut. Besarnya koefisien korelasi r antara dua variabel adalah nol sampai dengan 1. Apabila dua buah variabel mempunyai nilai r = 0, berarti antara dua variabel tersebut tidak ada hubungan. Sedangkan apabila dua buah variabel mempunyai r = ± 1, maka dua buah variabel tersebut mempunyai hubungan yang sempurna. Selain diturunkan dari koefisien determinasi R 2 , koefisien korelasi r dapat pula ditentukan dengan menggunakan formulasi sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 1 = � 1 − 1 � 2 − 2 � 1 2 − 1 2 2.11 Keterangan: 1 = koefisien korelasi antara Y dan X 1 = Variabel bebas independen Y = Variabel terikat dependen Untuk lebih mengetahui seberapa jauh derajat antara variabel-variabel tersebut, dapat dilihat dalam perumusan berikut: 1,00 ≤ r ≤ - 0,80 berarti korelasi kuat secara negatif -0,79 ≤ r ≤ -0,50 berarti korelasi sedang secara negatif -0,49 ≤ r ≤ 0,49 berarti korelasi lemah 0,50 ≤ r ≤ 0,79 berarti berkorelasi sedang secara positif 0,80 ≤ r ≤ 1,00 berarti berkorelasi kuat secara positif Hubungan antar variabel dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis hubungan sebagai berikut : 1. Korelasi Positif Terjadinya korelasi positif apabila perubahan pada variabel yang satu diikuti dengan perubahan variabel yang lain dengan arah yang sama berbanding lurus. Artinya, apabila variabel yang satu meningkat, maka akan diikuti dengan peningkatan variabel lain. Universitas Sumatera Utara 2. Korelasi Negatif Korelasi negatif terjadi apabila perubahan pada variabel yang satu diikuti dengan perubahan variabel yang lain dengan arah yang berlawanan berbanding terbalik. Artinya apabila variabel yag satu meningkat, maka akan diikuti dengan penurunan pada variabel yang lain dan sebaliknya. 3. Korelasi Nihil Korelasi nihil terjadi apabila perubahan pada variabel yang satu diikuti perubahan pada variabel yang lain dengan arah yang tidak teratur acak, artinya apabila variabel yang satu meningkat, kadang diikuti dengan peningkatan pada variabel yang lain dan kadang diikuti dengan penurunan pada variabel yang lain.

2.7 Uji Regresi Linier Berganda